Cerita Pengangkatan Umar Bin Abdul Azis Menjadi Khalifah

Umar naik mimbar, dan dalam tatap muka pertama dengan rakyat, beliau mengatakan, “Jamaah sekalian, bahu-membahu saya telah diuji dengan masalah ini, tanpa dimintai usulan, tidak pernah ditanya dan tidak pula ada musyawarah dengan kaum muslimin. Aku sudah membatalkan baiat untukku, sekarang seleksilah seseorang untuk memimpin kalian.” Orang-orang bersama-sama menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, kami telah memilihmu, kami menerimamu, silahkan pimpin kami dengan kebaikan dan keberkahan.”
Di dikala itulah Umar merasa bahwa dirinya mustahil mengelak dari tanggung jawa khalifah, maka Umar menambahkan kata-katanya untuk menerangkan kebijakan-kebijakannya dalam menata umat Islam (Umar bin Abdul Aziz wa Siyasatuhu fi Radd al-Mazhalim, Hal: 102), “Amma ba’du, tidak ada lagi nabi sehabis nabi kalian, tidak ada kitab selain kitab yang diturunkan kepadanya. Ketahuilah bahwa apa yang Allah halalkan yaitu halal sampai hari kiamat. Aku bukanlah seorang hakim, saya hanyalah pelaksana, dan saya bukanlah pelaku bid’ah melainkan saya ialah pengikut sunnah. Tidak ada hak bagi siapapun untuk ditaati dalam kemaksiatan. Ketahuilah! Aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, aku hanyalah seorang pria bagian dari kalian, hanya saja Allah Subhanahu wa Ta’ala memberiku beban yang lebih berat dibanding kalian.
Kaum muslimin, siapa yang mendekat kepadaku, hendaknya beliau mendekat dengan lima perkara, jikalau tidak, maka janganlah mendekat: Pertama, mengadukan hajat orang yang tidak kuasa untuk mengadukannya, kedua, membantuku dalam kebaikan sebatas kemampuannya, ketiga, memperlihatkan jalan kebaikan kepadaku sebagaimana saya dituntut untuk meniti jalan tersebut, keempat, tidak melaksanakan ghibah kepada rakyat, dan kelima, tidak menyangkalku dalam urusan yang bukan urusannya.
Aku berwasiat kepada kalian agar kalian bertakwa kepada Allah, alasannya adalah takwa kepada Allah menawarkan akibat yang baik dalam setiap hal, dan tidak ada kebaikan apabila tidak ada takwa. Beramallah untuk akhirat kalian, karena barangsiapa beramal untuk darul baka, niscaya Allah akan mencukupkan dunianya. Perbaikilah (jaga) diam-diam (yang ada pada diri kalian), agar Allah memperbaiki apa yang tampakdari (amal perbuatan) kalian. Perbanyaklah mengenang akhir hayat, bersiaplah dengan baik sebelum akhir hayat itu menghampiri kalian, sebab kematian adalah penghancur kenikmatan. Sesungguhnya umat ini tidak berselisih wacana Tuhannya, tidak perihal Nabinya, tidak tentang Kitabnya, akan namun umat ini bertikai alasannya dinar dan dirham. Sesungguhnya saya, demi Allah, tidak akan menawarkan yang batil terhadap seseorang dan tidak akan menghalangi hak seseorang.”
Kemudian Umar meninggikan suaranya semoga orang-orang mendengar, “Jamaah sekalian, barangsiapa yang menaati Allah, maka dia wajib ditaati dan barangsiapa mendurhakai Allah, maka tidak wajib taat kepadanya dalam urusan tersebut. Taatilah aku selama aku (menyuruh untuk) menaati Allah, namun kalau (perintahku) mendurhakai-Nya, maka kalian dihentikan taat dalam hal itu…” lalu Umar turun dari mimbar.
Begitulah prosesi pengangkatan Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah umat Islam, salah seorang khalifah Daulah Umawiyah. Ia diangkat pada hari Jumat, 11 Shafar 99 H (al-Bidayah wa an-Nihayah, 12: 667).