بسم الله الرحمن الرحيم
Ketika sedang membaca Kitab berbahasa Arab kerap kali kita dibingungkan oleh beberapa susunan atau arti yg diharapkan, & gres-baru ini saya pula merasakannya di dikala saya mencoba mengartikan Kitab Fathul Mubin Bi Syarh Al-arba’in karangan Al-Imam Ibn Hajar Al-Haitami, tatkala membaca Syarh [penjelasan] dr Hadits Kelima saya memperoleh Untaian Kata yg Berupa :
فانها توفيت سنة سبع او ثمان وخمسين، لثلاث عشرة بقيت من رمضان بعد الوتر. [فتح المبين بشرح الأربعين ص ٢٢١
Lalu saya gundah untuk mengartikannya, apakah benar maksudnya ialah pada Tanggal/ Malam ke 13 sebelum Bulan Romadlon habis, yakni Malam Tanggal 18 Romadlon? atau bukan? Karena jika di Indonesia khususnya yaitu daerah di mana saya tinggal, yg namanya tanggal itu kan dihitungnya dr awal bulan bukan dr tamat bulan… Tapi apakah di dlm Bahasa Arab memang ada hitungan kebelakang semacam ini? atau tidak???…
Dan Alhamdulillah karenanya saya mendapatkan titik terang, ternyata benar yg dikehendaki adalah tanggal/ Malam ke 13 sebelum habis bulan Romadlon. Dan Benar pula ternyata di dlm Bahasa Arab ada sistem pencatatan tanggal yg dihitung dr belakang.
Sehingga mampu disimpulkan bahwa arti dr untaian Kata yg ada di dlm Kitab Fath Al-Mubin yg saya kutip di atas itu Insya Allah yaitu sebagaimana berikut ini :
فانها توفيت سنة سبع او ثمان وخمسين، لثلاث عشرة بقيت من رمضان بعد الوتر. [فتح المبين بشرح الأربعين ص ٢٢١
“Karena bergotong-royong Sayyidah A’isyah Wafat pada tahun 57 atau 58 Hijriyah, Pada Tanggal ke 13 [Malam Ke 13] yg tersisa dr bulan Romadlon, Setelah Sholat Witir.”
[Berarti bila dibilang di dlm bahasa Indonesia yakni malam 18 Romadlon sesudah Sholat Witir, & dikarenakan di dlm Kitab Fath Al-Mubin di atas ditulis setelah Sholat Witir memiliki arti Beliau Rodliyallohu ‘Anha Wafatnya pada malam hari].
Kesimpulan saya wacana pengartian di atas tersebut berdasarkan informasi yg ada di dlm Kitab Syarh Jamal Az-Zajjaji karangan Al-Imam Ibn Ushfur Al-Isybili dgn Ibaroh sebagaimana berikut ini :
واعلم أن الكتاب اختلفوا في التأريخ. فمنهم من يؤرخ أبدا بما مضى قل أو كثر، فيقول “كتبت لعشرين ليلة خلت من شهر كذا، ولثمان وعشرين ليلة خلت من كذا” ولا يؤرخ بما بقي لأنه مجهول، الا ترى أن الشهر لا يتحقق كماله.
Artinya :
“Ketahuilah bahwasannya para penulis berlainan pendapat di dlm tata cara pencatatan sejarah [yakni tanggal], di antara mereka ada yg selamanya senantiasa mencatat tanggal menggunakan hitungan hari yg telah dilewati, baik berjumlah sedikit ataupun banyak, sehingga [di saat menceritakan maka] ia akan berkata ” Aku menulisnya pada 20 malam yg terlewati dr bulan begini [misalkan], & 28 malam yg terlewati dr bulan begini [misalkan] “, & mereka tak mencatat tanggal menggunakan hitungan hari yg tersisa [dari bulan tersebut] dikarenakan hal itu majhul [tidak dimengerti], bukankah anda mengetahui bahwasannya bulan tersebut tak bisa [belum mampu] dipastikan akan sempurna [30 Hari]???”…
ومنهم من يؤرخ بالأقل مما بقي أو مما مضى، فان كان الأقل ما مضى أرخ به، وان كان الأقل ما بقي أرخ به، فان تساوى الماضي والباقي جاز التأريخ بأيهما شئت
Artinya :
“Diantara mereka ada pula yg mencatat tanggal dgn memakai jumlah yg paling sedikit diantara dua hal : yakni hitungan hari yg tersisa [di bulan itu], atau justru hari yg sudah terlewati [di bulan tersebut], sehingga apabila jumlah yg terminim yakni hari-hari yg terlewati [dari bulan tersebut] maka mereka mencatat tanggal dgn memakai hari yg terlewati itu, & apabila yg lebih sedikit ialah hari-hari yg tersisa [di bulan itu] maka mereka mencatat tanggal memakai hari yg tersisa tersebut, kemudian bila hari-hari yg terlewati & hari-hari yg tersisa [di bulan tersebut] berjumlah sama maka boleh mencatat tanggal [sejarah] dgn memakai mana yg anda kehendaki diantara keduanya.”
ومنهم من يؤرخ بالأقل مما مضى او مما بقي، فاذا تساويا أرخ بالماضي، والأحسن ما بدأنا به أولا
Artinya:
“Dan diantara mereka terdapat Ulama’ yg mencatat tanggal dgn menggunakan jumlah yg paling sedikit antara hari yg terlewati atau hari yg tersisa [dari bulan itu], lalu tatkala keduanya berjumlah sama maka mereka mencatat tanggal tersebut dgn hari yg sudah terlewati, namun yg terbaik yaitu pertimbangan yg kami buat permulaan di permulaan tadi.”
والذي يجيز التاريخ مما بقي منهم من يبني على الكمال. فيقول “كتبت هذا لثلاث بقيت أو بقين”، ومنهم من يذهب مذهب التحقيق، فيقول ان بقيت
Artinya:
“Sedangkan bagi Para Ahli pencatat tanggal yg memperbolehkan sistem mencatat tanggal dgn hitungan hari-hari yg tersisa [mengkalkulasikan tanggal dr belakang], ada dr mereka ini yg menduga-ngirakan kesempurnaan bulan tersebut [yakni menganggapnya seakan 30 hari, untuk selanjutnya dijumlah ke belakang/ mengecil] sehingga mereka akan berkata : “Aku menulis ini pada waktu tiga hari yg tersisa, atau yg kesemua tiga hari itu tersisa [dari bulan demikian]” & adapula dr mereka yg beropini dgn pertimbangan pasti senyata-nyatanya [seakurat-akuratnya] sehingga mereka akan berkata : “Apabila memang masih tersisa” [sebab mengantisipasi bilamana pada nantinya bulan itu cuma berjumlah 29 hari maka ia akan tetap benar di dlm penulisan]”.
# Syarh Jamal Az-Zajjaji Li Ibn Ushfur Al-Isybili. Juz 2 Halaman 175. Bab At-Ta’rikh.
Sekian yg mampu saya tuliskan dgn derma Allah pada peluang kali ini, gampang-mudahan diberikan kebenaran & kemanfaatan. Amiiin.
Wallahu A’lam Bis-Showab. Penulis : Ahmad Gholib.