Cara Memahami Perasaan Sandal

Memahami perasaan seseorang mungkin sungguh susah dikerjakan. Tidak berkata kasar, tak menyakiti dgn kata-kata penuh caci atau tak mengungkit-ungkit masa lalu yg membuat orang tersinggung. Namun bagaimana bila harus memahami perasaan sandal? Tunggu, mengetahui perasaan sandal? Kenapa harus mengerti perasaan sandal? Apakah sepasang sandal tersemat suatu perasaan?

Sandal memang bukan manusia yg mampu baper (bawa perasaan). Namun tunggu dulu, kita berpikir sejenak perihal posisi & kedudukannya. Dia, sandal, sering diajak hujan-hujanan, panas-panas di aspal yg panas. Posisinya senantiasa diinjak-injak. Karena diinjak-injak & berada di bawahlah ini ia mempunyai daya guna. Selain itu, sandal bila sendirian, ia tak menghadirkan faedah. Dipakai pula membuat orang terlihat pincang jalannya. Paling ngetop pula buat melempar anjing liar di depan gang yg sering gangguan kita. Dia, sandal, selalu jalan berdua dgn pasangannya. Kanan & kiri. Tidak sesama jenis. Kanan dgn kanan, atau kiri dgn kiri. ia bisa dibawa-bawa ke mana-mana. Ke warung, ke kamar mandi hingga dibawa ke masjid. Yang terakhir disebut, sandal kerap tertukar, terpencar jauh, atau hilang digunakan orang lain tatkala di masjid. Hal ini kadang dialami ananda tatkala sedang Jumatan.

Nyatanya, perkara sandal dipinjam orang tanpa bilang (goshob) tak cuma terjadi di masjid. Ceritanya, suatu kali seorang mahasiswa yg nyambi kerja berangkat kuliah dr daerah kerja. Karena tergesa-gesa, ia tak menggunakan sepatunya, melainkan pakai sandal—kampusnya memperbolehkan memakai sandal– yg ada di depan ruang kerja. Sesampai di kampus tatkala wudhu Maghrib, ia bertemu dgn rekan kerjanya yg kebetulan sedang ada kebutuhan di kampus tersebut.

  8 Wasiat Imam Ghazali tentang Lisan yang Banyak Dilanggar kaum Muslimin (2)

“Lho, sandal saya kok ada di sini?” Tanya sang rekan tersebut heran.

Sang cowok yg nyaris menggunakan sandalnya, cuma nyengir saja & menyampaikan ia yg menggunakan sandal itu alasannya adalah terburu-buru.

“Oalah, pinjam sandal kok ndak bilang-bilang. Sampai galau saya mencarinya.” Kata rekan yg empunya sandal gunung itu.

Sepulang kuliah sang pemuda itu bermaksud mengembalikan sandal tersebut ke kantor & menggunakan kembali sepatunya. Dan itu sudah terealisasi dgn baik. Ia mengembalikan sandalnya tepat pada posisi semula.

Ketika hingga di kostan, ia dibentuk heran. Sandalnya raib. Hilang. Apakah ini suatu hukuman alam? Ah, Islam tak mengenal hukuman alam. Mungkin ini teguran dr Allah alasannya adalah ia pinjam sandal tanpa izin. Eh, diulangi lagi, tatkala sholat shubuh terpaksa ia goshob sandal teman kostannya agar mampu ke masjid. Tatkala jelang berangkat kerja ia menanyakan ihwal kehilangan tersebut ke ibu kost barangkali tahu. Sayangnya ibu kost tak tahu menahu, hanya menyarankan sandalnya diminta bawa masuk saja jangan diletakkan di luar. Padahal, sandal yg hilang itu gres ia beli dua bulan kemudian.

Kembali lagi memahami perasaan sandal. Sandal memang tak punya hati maka itu tak mungkin pula kita memahami perasaan. Sandal pula tak mungkin akan baper mirip kita tatkala menyaksikan gadis incaran dipinang teman. Tapi kita bisa mengerti perasaan sandal dgn membawanya ke tempat-tempat yg baik seperti ke masjid, karena tindakan kita nanti akan dimintai pertanggungjawaban di yaumil hisab. Memahami perasaan sandal artinya kita mengerti perasaan pemilik sandal tatkala kita asal main goshob & asal main curi tatkala di masjid. Dan mengetahui perasaan sandal, artinya kita tak boleh baper terlalu mendalam tatkala sandal kita hilang waktu jamaah di masjid. Bilal bin Rabah saja langkah sandalnya sudah terdengar di surga, sementara kita terlalu sering trauma tatkala sandal hilang di masjid & enggan kembali ke sana.

  Jihad bagi Kaum Wanita

Wallahua’lam.

[Paramuda/ Wargamasyarakat]