Seorang anak yng sering mendapatkan perlakuan bernafsu dari orang renta semisal dibentak dari akan cenderung menjadi takut, memberontak, serta tak yakin kepada orangtuanya sendiri. Anak akan cenderung menutup diri dan menutup kran komunikasi yang dengannya orang tuanya sendiri. Anak akan mempunyai keseringan mencari zona tenteram yang dengannya sahabat-temannya. Hal ini Amat terang berakibat tidak baik pada kekerabatan anak serta orang tuanya.
Berdasarkan beberapa observasi ilmiah, membentak anak mampu berakibat fatal kepada kerusakan otak anak. Adalah Lise Gliot, seorang ilmuan dari Fakultas Kedokteran Chicago, menyampaikan bantu-membantu memarahi anak bisa mengganggu struktur otak anak. Malah pada anak yng masih dalam perkembangan otak yaitu pada kala golden age yaitu 2-3 tahun pertama kehidupannya, suara keras serta membentak yng keluar dari orang tua mampu menggugurkan sel otak yng sedang berkembang.Lise Gliot melakukan observasi ini pada anaknya sendiri yang dengannya memasang kabel perekam otak yng dihubungkan yang dengannya suatu monitor komputer mengakibatkan bisa melihat setiap perubahan yng terlaksana dalam kemajuan otak anaknya. Hasilnya luar biasa, kurun menyusui terbentuk rangkaian indah, akan namun era beliau kagetserta tidak banyak bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung semisal balon, lalu pecah berserakan serta terealisasi pergeseran warna.
Sedangkan pertimbangan dari Martin Teicher, seorang profesor psikiatri di Harvard Medical School, disaat orang tua berteriak kepada anak-anaknya akan terlaksana kerusakan struktur otak pada anak. Pada otak anak yng sering dibentak, kanal yng menghubungkan otak kanan yang dengannya otak kiri menjadi lebih kecil. Hal ini memberi efek area otak yng bekerjasama yang dengannya emosi serta perhatian. Perubahan ini pada masa anak remaja akan menyebabkan kecemasan, stress, serta gangguan kepribadian, resiko bunuh diri serta acara otak yng seperti yang dengannya epilepsi.[1]