Bolehkah Berhubungan pada 10 Malam Terakhir Ramadhan?

Bagi yg menjalankan i’tikaf seperti dicontohkan Rasulullah, pasti pada 10 malam terakhir Ramadhan suami istri tak boleh bekerjasama. Lalu bagaimana dgn suami istri yg tak beri’tikaf? Bolehkah bekerjasama?

Secara lazim, Allah Subhanahu wa Ta’ala membolehkan suami istri berhubungan pada malam hari di bulan Ramadhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa, bercampur dgn istri-istri kau; mereka itu yakni busana bagimu, & kau pun adalah busana bagi mereka. Allah mengetahui bahu-membahu kamu tak mampu menahan nafsumu, alasannya itu, Allah mengampuni kau & memberi maaf kepadamu. Maka kini campurilah mereka & ikutilah apa yg telah ditetapkan Allah untukmu, & makan minumlah kau, hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yakni fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa itu hingga malam, (namun) janganlah kamu campuri mereka itu, se&gkan kamu beriktikaf dlm masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kau mendekatinya. Demikianlah Allah membuktikan ayat-ayatNya kepada manusia supaya mereka menjadi bertaqwa” (Q.s. Al-Baqarah: 187).

Ibnu Katsir di dlm Tafsirnya menerangkan bahwa dulunya, pada zaman permulaan Islam, seseorang yg puasa, beliau cuma boleh makan, minum & berhubungan dari berbuka hingga Isya’. Jika beliau tertidur atau telah melakukan shalat Isya’, maka dia tak boleh lagi makan, minum & berafiliasi suami istri. Ayat ini kemudian menghapus ketentuan itu & mengubahnya dgn yg ketentuan yg baru bahwa suami istri boleh berafiliasi di malam hari; mulai dari waktu berbuka hingga menjelang terbitnya fajar.

  Macam-Macam Air Untuk Bersuci Dalam Fiqih Islam

Se&gkan pada siang hari, pada dikala puasa Ramadhan, suami istri tak boleh berafiliasi. Bahkan, ada kafarat sangat berat bagi orang yg melakukannya. Yakni membebaskan budak. Jika beliau tak mampu, maka kafarat-nya berganti menjadi berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika dia juga tak bisa, maka kafarat-nya berganti menjadi memberi makam 60 fakir miskin.

Adapun 10 malam terakhir Ramadhan, itu ialah waktu-waktu yg sangat istimewa. Waktu puncak keistimewaan Ramadhan. Sebab pada salah satu malam dari 10 malam terakhir Ramadhan terdapat lailatul qadar yg lebih baik dibandingkan dgn seribu bulan. Pada 10 hari terakhir Ramadhan itu Rasulullah mencontohkan melakukan I’tikaf. Demikian pula istri-istri dia & para sahabat beliau. Sebagaimana disebutkan dlm ayat di atas, bagi orang-orang yg beri’tikaf, secara otomatis mereka dilarang berafiliasi suami istri.

Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan kondisi Rasulullah pada 10 hari terakhir Ramadhan: “Jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya & membangunkan keluarganya (untuk beribadah).”

Makara, boleh bagi suami istri yg tak beri’tikaf untuk bekerjasama pada 10 malam terakhir Ramadhan alasannya adalah tak ada dalil yg melarangnya. Namun, lebih mustahab (disenangi) & sesuai sunnah bila ia beri’tikaf pada malam-malam itu, menggiatkan ibadah & tak berafiliasi di malam-malam itu. Wallahu a’lam bish shawab. [Tim Redaksi Webmuslimah.com]