Biografi Imam Muslim, Ulama Penyusun Kitab Shahih Kedua di Dunia

Hadits ialah sumber hukum kedua dlm Islam. Bicara hadits, kita tak bisa lepas dr nama Imam Muslim. Ulama hebat hadits penyusun kitab shahih kedua sehabis Shahih Bukhari.

Langsung saja kita masuk pada biografi Imam Muslim. Ulama ahli hadits al hafizh yg sungguh cerdas, teliti & luar biasa kontribusinya bagi umat Islam.

Nama & Nasab Imam Muslim

Nama lengkap ia ialah Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kausyadz Al Qusyairi An Naisaburi. Kausyadz kadang disebut dgn Kawisyadz.

Imam Muslim pula mempunyai panggilan Abul Husain. Ia seorang imam besar, hafizh, hujjah & shadiq. Hafizh di masa lalu tak sama dgn perumpamaan hafizh di masa sekarang. Jika di masa kini hafizh ialah seorang muslim yg hafal Al Qur’an 30 juz, di masa para ulama terdahulu hafizh yakni seorang ulama yg hafal banyak hadits. Minimal puluhan ribu hadits.

Beliau tergolong Al Qusyairi. Yakni penisbatan pada kabilah Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah. Kabilah yg banyak melahirkan ulama.

Kelahiran & Masa Kecil

Imam Muslim lahir pada tahun 204 hijriyah, tahun wafatnya Imam Syafi’i.  Lahir kota Naisabur, kota terbaik di Khurasan. Karenanya ia adalah An Naisaburi.

Ayahnya, Al Hajjaj, yaitu seorang guru & termasuk ulama. Maka sejak kecil Muslim bin Al Hajjaj hidup dlm situasi cinta ilmu.

Keluarganya pula tergolong kaya. Keluarga pedagang. Kelak Muslim bin Al Hajjaj pula menjadi seorang pedagang busana yg berhasil. Pebisnis kaya raya yg hidup berkecukupan & mampu membiayai perjalanan rihlah serta dakwahnya sendiri.

Sejak kecil, Muslim bin Al Hajjaj tekun mencar ilmu. Pada usia 12 tahun ia mulai mencar ilmu hadits sehingga walaupun tak ada tahun pasti kapan ia hafal Al Qur’an, nyaris pasti ia sudah hafal Al Qur’an di masa kecil. Sebagaimana para ulama besar yang lain.

Rihlah ke Berbagai Negeri

Ciri khas ulama andal hadits adalah rihlah. Mereka bepergian ke berbagai negeri dlm rangka mencari & memvalidasi hadits. Sebagaimana Imam Bukhari melakukannya, Imam Muslim pula melakukannya.

Pada usia 18 tahun, Muslim sudah berguru dr ulama terkemuka Yahya bin Yahya At Tamimi. Pada usia 20 tahun, ia menunaikan ibadah haji kemudian mencar ilmu pada para ulama di Makkah. Terutama pada Al Qa’nabi.

Sebelum genap 30 tahun, ia sudah melaksanakan rihlah ke aneka macam negeri sehingga mendapatkan banyak hadits & ilmu dr banyak ulama. Mulai di Kharasan, Ray, Hijaz, Mesir & wilayah-kawasan lain. Rihlah pula ia lakukan sehabis usia itu.

Sifat & Karakter Imam Muslim

Secara fisik, Imam Muslim memiki postur badan yg tinggi & good looking. Penampilannya rapi, wajahnya ganteng. Pakaiannya pula manis. Sering kali ujung surban terurai di antara kedua pundaknya.

Tidak mengherankan bila pakaiannya elok sebab Muslim ialah seorang pedagang kain yg kaya raya. Ia pula populer sebagai senang memberi yg banyak menggunakan kekayaannya untuk sedekah & menolong orang yg membutuhkan.

Beliau seorang ulama yg dihormati para pembesar kerajaan. Mereka mempersilakan ia untuk memimpin shalat & kaum muslimin dlm jumlah besar mengikutinya.

Beliau pula orang yg populer sungguh jujur & penuh kemuliaan. “Kami tak akan pernah sepi dr kebaikan selama Allah masih menawarkan potensi kepadamu berada di tengah-tengah kaum muslimin,” kata Abu Amr Ahmad bin Al Mubarak.

Keilmuan & Kecerdasan Imam Muslim

Imam Muslim memiliki ingatan yg sungguh kuat. Para ulama mengakui kecerdasan & kejeniusannya.

“Orang paling hafizh di dunia ini ada empat; Abu Zar’ah di Ray, Muslim di Naisabur, Ad Darimi di Samarkand & Muhammad bin Ismail di Bukhara,” kata Muhammad bin Basyar.

Muhammad bin Abdul Wahab Al Farra, menyampaikan wacana muridnya:  “Muslim ialah ulamanya manusia & gudang ilmu. Saya tak mengetahuinya kecuali kebaikan.”

Imam Muslim hafal 300.000 hadits. Dari hadits sebanyak itu beliau kemudian menyeleksinya & hanya memasukkan sekitar 7.500 hadits dlm Shahih Muslim tergolong pengulangan.

“Aku sudah menulis kitab karyaku (Shahih Muslim) ini dr 300.000 hadits opsi yg masmu’ah,” kata dia.

Penyusunan kitab Shahih Muslim sendiri mengkonsumsi waktu 15 tahun. Waktu yg cukup lama untuk menulis sebuah kitab. Namun karena ini ialah kitab hadits yg penyusunannya sungguh teliti, ia tergolong cepat. Sebagian ulama menyebutkan, untuk bisa menyusun kitab hadits seotentik Shahih Muslim, butuh waktu 200 tahun.

Iman An Nawawi mengatakan, “Imam Muslim dlm mencantumkan hadits-hadits dlm kitab karyanya Ash Shahih menempuh jalan yg sangat cermat, teliti & wira’i dgn wawasan yg dlm di bidang hadits.”

Guru & Murid Imam Muslim

Penyusun Shahih Muslim ini mempunyai guru yg sungguh banyak. Setiap kali rihlah di satu kota, ia berguru pada banyak ulama di kota tersebut. Ia telah melaksanakan rihlah ke aneka macam kota & mendapatkan guru-guru terbaik dlm jumlah besar.

Berikut ini sebagian guru beliau:

  • Di Khurasan: Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rawahaih, dll
  • Di Ray: Muhammad bin Mahran, Abu Ghassan, dll
  • Di Hijaz: Said bin Manshur, Abu Mush’ab, dll
  • Di Mesir: Amr bin Sawwad, Harmalah bin Yahya, dll

Ia pula berguru pada Imam Bukhari. Bahkan Imam Bukhari tergolong ulama yg paling berjasa dlm membentuk keilmuannya.

“Kalau tak ada Imam Bukhari, Imam Muslim tak akan bisa mirip ini & tak akan menciptakan karya seperti Shahih Muslim ini,” kata Ad Daruquthni.

Imam Muslim pula berguru pada sebagian gurunya Imam Bukhari. Karenanya tak mengherankan bila sebagian hadits dlm kedua Shahih itu sama.

Sedangkan murid-muridnya, jumlahnya sangat banyak. Di antaranya ialah nama-nama besar selaku berikut:

  • Imam Tirmidzi
  • Ibrahim bin Ishaq Ash Shairafi
  • Ibrahim bin Abi Thalib
  • Ibrahim bin Muhammad bin Hamzah
  • Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan Al Faqih
  • Abu Hamid Ahmad bin Hamdun Al A’masyi
  • Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah Al Hafizh
  • Abu Amr Ahmad bin Nashr Al Khafaf Al Hafizh
  • Abu Sa’id Hatim bin Ahmad
  • Dll

Antara Shahih Bukhari & Shahih Muslim

Jumhur ulama sepakat bahwa Shahih Bukhari merupakan kitab paling shahih sehabis Al Qur’an. Baru setelahnya adalah Shahih Muslim. Mereka sepakat bahwa Shahih Bukhari lebih unggul ketimbang Shahih Muslim.

Namun demikian, ada sebagian ulama yg lebih mengutamakan Shahih Muslim. Di antaranya yakni para ulama Maroko.

Al Hafizh Abu Ali An Naisaburi mengatakan, “Tidak ada kitab di kolong langit ini yg lebih shahih dibandingkan Shahih Muslim.”

Di antara keunggulan Shahih Muslim adalah sistematika penyusunannya. Satu hadits ditempatkan dgn banyak sekali macam sand & aneka redaksi matannya. Sehingga orang yg mempelajarinya lebih singkat mengerti & mengambil keuntungannya.

Selain itu, ia sangat jeli membedakan haddastana & akhbarana. Baginya, haddatsana tak boleh digunakan kecuali seseorang mendengar hadits dr seorang Syaikh dengan-cara sendirian. Sedangkan akhbarana jika Syaikh mendiktekan hadits pada banyak orang.

Imam An nawawi mengakui kelebihan ilmu & sistematika ini. “Melalui Shahih Muslim, mampu diketahui betapa kokoh keilmuan Imam Muslim. Sistematika yg tertib serta periwayatan hadits yg baik & belum pernah ada sebelumnya ialah bukti kasatmata.”

Namun ia meluruskan, walaupun ada keunggulan Shahih Muslim atas Shahih Bukhari, dengan-cara keseluruhan Shahih Bukhari tetap lebih unggul. Pertama, persyaratan penerimaan hadits Imam Bukhari lebih ketat. Bagi Imam Bukhari, ‘an’anah bukan muttashil sebagaimana sami’tu kecuali terbukti bahwa kedua perawi pernah bertemu.

Kedua, Shahih Bukhari lebih shahih daripada Shahih Muslim sebagaimana pendapat jumhur ulama.

Ketiga, Imam Muslim yaitu murid Imam Bukhari & mengakui kelebihan gurunya. Beliau menentukan hadits atas isyarat Imam Bukhari. Baru sesudah itu mengoreksi & memilih hadits-hadits riwayatnya selama sekitar 16 tahun dr ribuan kitab hadits.

Karya Imam Muslim

Mungkin sebagian kita hanya mengenali Shahih Muslim sebagai karya beliau. Padahal karyanya sungguh banyak. Berikut ini sebagian karya dia:

  • Al Jami’ Ash Shahih (Shahih Muslim)
  • Al Kuna wal Asma’
  • Al Munfaradat wal Wihdan
  • Rijal Urwah bin Az Zubair
  • At Tamyiz
  • Al Musnad Al Kabir ‘ala Ar Rijal
  • Al Jami’ ‘alal Abwab
  • Al Asma wal Kuna
  • Auham Al Muhadditsin
  • Thabaqatu At Tabi’in
  • Al Mukhdharimin
  • Al ‘Ilal
  • Al Aqran
  • Dll

Wafatnya Imam Muslim

Imam Muslim wafat pada usia 57 tahun. Sebelum wafat, dia mengalami sakit perut sehabis kecapekan & makan kurma kado.

Kisahnya, sewaktu beliau mengajar, ada murid menanyakan suatu hadits yg ia belum mengetahuinya. Beliau lantas masuk kamar & semalaman mencari hadits itu.

Saat meneliti hadits tersebut, beliau disuguhi kurma kado dr seseorang. Sambil meneliti semalaman, ia menghabiskan satu per satu kurma tersebut.

Paginya, Imam Muslim memperoleh hadits tersebut. Namun sejak saat itu dia sakit perut. Sebagian ulama menyebutkan dua hal itu selaku faktor penyebab sakitnya. Yakni kelelahan & makan kurma tersebut.

Akhirnya Imam Muslim wafat pada Ahad petang, 4 Rajab 261 Hijriyah. Beliau dimakamkan keesokan harinya, 5 Rajab 261. Begitu banyak orang yg tiba untuk turut sholat mayat & memakamkan. Beliau tiada, tapi ilmunya ‘baka’ sepanjang masa. Pahala jariyah terus mengalir saat kaum muslimin terus mempelajari hadits dr Shahih Muslim karyanya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

Referensi:
1. 60 Biografi Ulama Salaf karya Syaikh Ahmad Farid
2. Syarah Shahih Muslim karya Imam An Nawawi
3. Mushtalah Hadits karya Mahmud Ath Thahhan
4. Mabahits fi Ulumil Hadits karya Manna Al Qaththan

  Cara Itikaf, Niat, Waktu, Syarat, Pengertian dan Keutamaan