close

Biografi Imam An-Nasa’i

Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’malu bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan an-Nasai, lahir pada tahun 215 Hijriyah. Dikenal dengan nama Nasa’i dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasa’i mendapatkan Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist di Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab. 

Imam Nasa’i populer sebab ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan An-Nasa’i mengandung lebih minim Hadist Dhaifnya, sesudah Hadist Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara para gurunya adalah Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. 
Adapun ulama-ulama yang pernah berguru kepadanya diantaranya : Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang kitab Mu’jam), Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni. 
Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i, diantaranya : 
1. As-Sunan al-Kubra yang diketahui dengan Sunan An-Nasa’i
2. As-Sunan al-Mujtaba
3. Kitab at-Tamyiz
4. Kitab Adh-Dhu’afa
5. Khasa’is Ali
6. Musnad Ali
7. Musnad Malik, dan 
8. Manasik al-Hajji
Latar sejarah dibukukannya “Kitab Sunan An-Nasa’i”

Sebelum disebut dengan Sunan al-Nasa`i, kitab ini diketahui dengan al-Sunan al-Kubra. Setelah tuntas menulis kitab ini, Imam An-Nasa’i kemudian menghadiahkan kitab ini terhadap Amir Ramlah (Wali kota Ramlah) sebagai tanda penghormatan. Amir lalu bertanya kepada al-Nasa`i, “Apakah kitab ini seluruhnya berisi hadits shahih?” 

Imam an-Nasai menjawab dengan kejujuran, “Ada yang shahih, hasan, dan ada pula yang hampir serupa dengannya”. Kemudian Amir berkata kembali, “Kalau demikian halnya, maka pisahkanlah hadits yang shahih-shahih saja”. 
Atas seruan Amir ini, Imam An-Nasa’i lalu menyeleksi dengan ketat semua hadits yang sudah tertuang dalam kitab al-Sunan al-Kubra. Dan akhirnya ia berhasil melaksanakan perampingan terhadap al-Sunan al-Kubra, sehingga menjadi al-Sunan al-Sughra. Dari sisi penamaan saja, sudah bisa dinilai bahwa kitab yang kedua ialah bentuk perampingan dari kitab yang pertama.

Pendapat dan kritikan Ibnu al-Jauzy

Ibnu al-Jauzy seorang pengarang kitab al-Maudhuat (hadis-hadis imitasi), mengatakan : Bahwa hadits-hadits yang ada di dalam kitab al-Sunan al-Sughra tidak semuanya berkualitas shahih, tetapi ada yang maudhu (artifisial). Ibn al-Jauzy memperoleh sepuluh hadis maudhu’ di dalamnya, sehingga menimbulkan kritik tajam kepada dapat dipercaya al-Sunan al-Sughra. 

Seperti yang telah disinggung dimuka, hadits itu semua shahih berdasarkan Imam al-Nasa’i. Adapun orang belakangan menganggap hadits tersebut ada yang maudhu, itu ialah persepsi subyektivitas seorang penilai. Dan masing-masing orang mempunyai kaidah-kaidah berdikari dalam menilai mutu suatu hadis. 
Demikian pula kaidah yang disediakan Imam al-Nasa’i dalam menilai keshahihan suatu hadits, tampaknya berlawanan dengan kaidah yang dipraktekkan oleh Ibnu al-Jauzy. Sehingga dari sini akan menimbulkan pandangan yang berlawanan, dan itu sesuatu yang wajar terjadi. Sudut pandang yang berbeda akan menyebabkan kesimpulan yang berlawanan pula.
Kritikan pedas Ibn al-Jauzy kepada keautentikan karya monumental Imam al-Nasa’i ini, tampaknya menerima bantahan yang cukup keras pula dari pakar hadis kala ke-9, yaitu Imam Jalal al-Din al-Suyuti, dalam Sunan al-Nasa’i, memang terdapat hadis yang shahih, hasan, dan dhaif. Hanya saja jumlahnya relatif sedikit. 
Imam al-Suyuti tidak hingga menghasilkan kesimpulan bahwa ada hadis maudhu’ yang termuat dalam Sunan al-Nasa’i, sebagaimana kesimpulan yang dimunculkan oleh Imam Ibn al-Jauzy. Adapun usulan ulama yang mengatakan bahwah hadits yang ada di dalam kitab Sunan al-Nasa’i seluruhnya bermutu shahih. 
Ini merupakan pandangan yang menurut Muhammad Abu Syahbah tidak disokong oleh observasi mendalam dan jeli. Kecuali maksud pernyataan itu bahwa secara umum dikuasai (sebagian besar) isi kitab Sunan al-Nasa’i berkualitas shahih.
Kematian
Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 Hijriyah yang bertepatan dengan tahun 915 Masehi dan dimakamkan di Bait Al Maqdis, Palestina. (215-303 H/839-915). 
Demikian bahasan singkat perihal biografi Imam An-Nasai sosok ulama hadits sejati, agar bermanfaat. Semoga Allah SWT menempatkan dia disisi-Nya. Aamiin. Wallaahu A’lam
Dari banyak sekali sumber