“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…
Turut berdukacita atas berpulangnya sahabat kita tersayang ke pangkuan Illahi pada hari ini. Semoga diterima amal ibadahnya, diampuni dosanya, dilapangkan kuburnya & arwah almarhum mendapatkan tempat yg terbaik di segi Allah SWT.
Keluarga yg ditinggalkan diberi kekuatan, ketabahan & kesabaran. Aamiin.
Sahabat kita ini orang yg baik. Kita semua sayang dia. Tapi Allah lebih sayang padanya. Teman kita sudah tak mencicipi sakit yg sungguh lagi. Kita semua akan senantiasa mengenang kebaikannya & pertemanan selama ini. Kita semua kehilangannya. Selamat jalan, kawan!”
Kalimat obituari itu disampaikan seorang teman pada temannya yg meninggal pada suatu petang. Beberapa ucapan pula dijalankan mutual friend lain di dinding (wall) Facebook. Kawannya meninggal sebab sakit. Umurnya masih terbilang muda, 34 tahun.
Mendengar atau membaca layang ajal memang menyedihkan. Kematian memang belakang layar Allah. Hak prerogratif. Tak seorang pun tahu sekalipun ia seorang nabi atau delegasi Allah. Sekalipun jin-jin mengintip, mencuri tahu soal itu untuk membantu para dukun. Tak akan pernah tahu tentu kapan mati.
Ada orang yg sakit tetap diberi umur panjang. Ada orang sehat, tiba-tiba info kematiannya tiba dadakan. Muncul belasungkawa dr segala platform hingga laman-laman media umum kita. Ada yg menjenguk orang sakit tetapi yg meninggal malah yg menjenguk.
Kematian itu tentu terjadi pada siapa pun tanpa terkecuali. Maka dlm Alquran, akhir hayat disebut dgn اليقين (QS. Alhijr:99)
Ada manusja yg mengingkari Allah. Keluar masuk agama seperti naik lift saja. Mereka mengingkari Allah, tapi tak ada yg berani mengingkari akhir hayat. ia adalah keniscayaan. Mati=Yakin.
Agar tetap ‘hidup’ setelah ajal kita, tuliskanlah status Facebook yg berfaedah untuk dibaca, atau lakukanlah sesuatu yg patut untuk ditulis.
Ingatlah senantiasa, jangan hingga banyak yg menderita alasannya status yg kita tulis di wall Facebook. Umur ini pendek. Kita butuh doa-doa kebaikan, bukan doa kejelekan.
“Ya Allah, ampunilah ia, rahmatilah ia
, lindungilah ia & maafkanlah ia & muliakanlah kawasan tinggalnya kini ini, & lapangkanlah kuburnya. Bersihkanlah ia dgn air yg jernih lagi sejuk, & bersihkanlah ia dr segala kesalahan sebagaimana Engkau telah membersihkan baju putih yg bersih dr kotoran, & gantilah rumahnya didunia dgn rumah yg lebih baik ketimbang yg ia tinggalkan, & gantilah keluarganya didunia (yang ditinggalkan) dgn keluarga yg lebih baik (di akhirat). yg lebih baik, dr yg ditinggalkan, & pasangan yg lebih baik dr yg ditinggalkan.”
Kalimat doa indah itu, mungkin akan mampir, akan timbul di dinding Facebook. Yang ditujukan pada kita. Waktu kita ternyata telah habis.
[Paramuda/Wargamasyarakat]