Benarkah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Lahir Hari Senin? (Bagian 2)

Lanjutan dr Benarkah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Lahir Hari Senin?

Pada hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dilahirkan, Abdullah bin Abdul Muthalib pergi menemui Aish, lalu bangun di tempat ibadahnya, kemudian memanggilnya, “Wahai Aish.”

Dia pun mengajukan pertanyaan, “Siapa ini?”

Abdullah menjawab, “Ini aku, Abdullah.”

Aish pun menjamunya lalu berkata, “Jadilah ayah yg baik, bayi itu yg pernah saya ceritakan pada kalian, yaitu ia dilahirkan pada hari Senin, diutus sebagai Nabi pada hari Senin, & akan meninggal pada hari Senin.”

Abdullah berkata, “Anakku lahir menjelang subuh.” Aish mengajukan pertanyaan, “Siapa namanya?” Abdullah menjawab, “Muhammad.”

Aish berkata, “Demi Allah, sungguh gue ingin menjadi keluarga bagi anak yg baru lahir ini, karena pada dirinya terdapat tiga ciri yg menciptakan kami mengenalnya, yaitu bintangnya sudah terbit kemarin, lahir pada hari ini, & namanya adalah Muhammad. Pergilah & temuilah ia, karena ia yakni bayi yg dahulu pernah gue ceritakan pada kalian.”

Sayang sekali, hadits ini dha’if, disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir dlm Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/705,706), dia menyampaikan, mirip inilah yg diriwayatkan Abu Nu’aim, & pada sanadnya terdapat kecacatan.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada malam hari.

Aisyah Radhiyallahu Anhu berkata,

“Dahulu kala, ada seorang Yahudi yg berdagang di kota Mekah. Pada malam dilahirkannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia berkata, “Wahai kaum Quraisy, apakah pada malam ini sudah lahir seorang bayi di tengah-tengah kalian?”

Mereka menjawab, “Kami tak mengetahuinya.”

Orang Yahudi itu berkata, “Pada malam ini, sudah lahir seorang Nabi dr umat yg terakhir, di antara dua pundaknya terdapat sebuah tanda kenabian, yg pada tanda tersebut terdapat beberapa rambut yg berjajar seperti rambut leher kuda.”

  Ummu Kultsum, Mujahidah Putri Nabi (Bagian 3)

Mereka pun pergi bersama orang Yahudi itu untuk bertemu dgn ibu si bayi yg baru lahir.

Lalu mereka berkata, “Tolong perlihatkan bayimu pada kami.”

Si ibu pun membawanya ke hadapan mereka. Setelah itu, mereka menyingkapkan punggungnya, maka terlihatlah tanda kenabian tersebut & tiba-datang si Yahudi itu pingsan.

Ketika terjaga, mereka mengajukan pertanyaan, “Ada apa denganmu?” Orang Yahudi itu berkata, “Demi Allah, hilanglah sudah kenabian dr Bani Israil.”

HR. Al-Hakim (2/601), & ia menyatakannya hadits shahih. Adz-Dzahabi mengkritisinya & mengatakan, “Saya tak baiklah dengannya.”

Hadits ini memberikan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terlahir dgn tanda kenabian yg terdapat di antara kedua pundaknya. Dengan tanda kenabian tersebut, para ahli kitab mampu mengenali dia, yakni mereka telah usang mengajukan pertanyaan tentangnya & ingin mengetahuinya.

Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada hari Senin.

Sebagian goresan pena ini dikutip dr kitab Latha`if Al-Ma’pintar karya Ibnu Rajab.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]