Awan dan Hujan – Hujan yaitu tetesan air dari udara yang jatuh di atas permukaan bumi. Proses terbentuknya juan diawali dengan pembentukan awan. Secara sederhana Awan itu sendiri terbentuk dari titik-titik uap air dari bumi (misalkan uap air laut) yang berkumpul di udara dan melekat pada media yang mampu ditempeli oleh uap iar tersebut dalam ketinggian tertentu di atas permukaan Bumi. Media yang mampu ditempeli oleh partikel-partikel uap air tersebut umumnya yaitu partikel garam dari lautan atau asap dari Bumi sehingga kumpulan partikel uap air tersebut membentuk gumpalan awan yang besar. Awan ini ialah bibit hujan yang bergerak sesuai dengan arah tiupan angin.
A. PROSES PEMBENTUKAN AWAN
Adapun proses kondensasi dalam pembentukan awan adalah mirip berikut ini:
1. Udara yang Naik ke Atas mengalami pendinginan
Udara akan mengalami proses adiabatik pada ketinggian tertentu sehingga menyebabkan kelembapan nisbinya (RH) bertambah, akan namun sebelum RH meraih 100 yaitu sekitar 78 inti telah memulai kondensasi. RH mengalami pergeseran sebab adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan uap bosan lewat pendinginan.
2. Tetes Air Muncul di Awan
Saat RH mendekati 100 tetes air lalu mulai berkembang menjadi tetes awan. Karena uap air sudah digunakan pada inti yang besar maka inti yang kecil menjadi kurang aktif sehingga volume tetes awan yang terbentuk lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.
3. Diperlukan Tetes Awan yang Besar untuk Jatuh
Biasanya tetes awan yang terbentuk memiliki jari-jari 5-20 mm. Tetes dengan ukuran tersebut akan jatuh dengan kecepatan 0,01-5 cm/s namun kecepatan anutan udara diatas tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Bahkan jika kelembapan udara kurang dari 90 tetes tersebut akan menguap. Perlu diketahui bahwa tetes air untuk mampu jatuh ke bumi tanpa menguap maka dibutuhkan tetes yang lebih besar ialah sekitar 1 mm (1000 mikrometer), sebab hanya ukuran demikian tetes tersebut mampu mengalahkan udara ke atas (Neiburger, et. Al., 1995)
4. Tetes Awan dan Tetes Hujan
Sehingga perbedaan tetes awan dan tetes hujan hanyalah pada ukurannya. Jika sebuah awan berkembang secara berkelanjutan, maka puncak awan akan melalui isoterm 00C. Akan namun sebagian tetes-tetes awan masih berupa air dan sebagiannya lagi berbentuk padat. Jika tidak memiliki inti pembekuan, maka tetes-tetes awan tetap berupa cair hingga mencapai suhu -400C atau bisa lebih rendah lagi.
Awan Hangat dan Awan Dingin
Awan dapat dibedakan menurut suhu lingkungan fisi atmosfer dimana awan tersebut meningkat , ialah awan hangat (warm cloud) dan awan dingin (cold cloud). Awan hangat ditunjukkan pada awan yang semua bagiannya berada diatas titik beku (> 00C), sedangakan awan masbodoh ditunjukkan pada semua bab awan berada pada lingkungan atsmosfer dengan suhu di bawah titik beku (< 00C).
Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Hangat
Awan hangat yang terbentuk dari partikel-partikel air mampu menyebabkan terjadinya hujan gerimis. Awan hangat ini bisa jatuh ke permukaan Bumi alasannya adalah pengaruh gravitasi dan dikala jatuh ke Bumi masih berwujud kumpulan partikel air yang kecil. Dalam perjalanan jatuh ke Bumi, kumpulan partikel air ini ada yang menguap dalam perjalanan sehingga beliau tidak hingga ke permukaan bumi, akan tetapi ada juga yang bisa sampai ke permukaan bumi sehingga membentuk hujan gerimis.
Awan hangat juga bisa membentuk hujan lebat, proses terjadinya ketika partikel air dari awan hangat ini jatuh ke dalam awan yang berada di bawahnya dan saling bertabrakan sehingga membentuk tetesan air yang lebih besar. Tetesan air yang jatuh ke Bumi ini mampu bergabung dengan tetesan dari awan lain sehingga membentuk hujan yang lebat.
Pengertian Angin, Faedah Angin Serta Cara Mengukur Angin
Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Dingin
Selain terbentuk dari awan hangat, hujan lebat juga bisa terbentuk dari awan cuek yang terbentuk dari kristal es dan partikel air yang berada jauh lebih tinggi dari pada awan hangat. Uap air atau partikel air akan melekat pada kristal es dan ikut membeku sehingga kristal es ini semakin membesar dan berat. Karena kristal es tersebut semakin besar karena tertempeli oleh uap air yang ikut membeku, maka ia akan makin berat dan karenanya jatuh ke permukaan Bumi. Dalam perjalanan jatuh, udara hangat akan mencairkan kristal es tersebut sehingga yang jatuh ke permukaan Bumi cuma berwujud tetesan air atau hujan yang lebat. Bila udara yang dilewati es ini saat jatuh acuh taacuh (misalnya di daerah yang beriklim hambar) maka kristal ini akan jatuh tetap pada wujud kristal dan terjadi yaitu hujan salju.
B. PROSES TERJADINYA HUJAN
Hujan terjadi melewati beberapa proses, adapun proses terjadinya hujan yakni sebagai berikut ini:
1. Air Menguap Akibat Panas Matahari
Matahari menyoroti bumi dan menghasilkan efek panas, panas tersebut membuat air danau, air bahari, air sungai menguap. Selain dari air danau, air bahari, dan air sungai yang menguap ke udara, bisa juga disebabkan dari badan manusia, hewan, dan tanaman yang mengandung air
2. Uap Air Berubah Menjadi Padat (Awan)
Suhu udara yang tinggi akibat panas matahari menciptakan air tersebut mengalami kondensasi (pemadatan) dan berkembang menjadi embun. Embun terbentuk dari dari titik kecil sehingga suhu udara semakin tinggi membuat titik-titik dari embun semakin banyak dan berkumpul memadat dan membentuk awan.
3. Awan Kecil Menjadi Besar Karena Bantuan Angin
Awan-awan bergerak ke tempat lain alasannya adalah adanya angin yang meniupnya. Pergerakan angin menyebabkan imbas yang besar kepada awan sehingga terjadilah gabungan awan-awan kecil sehingga menjelma awan-awan besar. Awan tersebut kemudian bergerak menuju kawasan yang mempunyai suhu yang rendah. Karena bertambah banyak butiran awan yang terkumpul maka awan bermetamorfosis hitam.
4. Terbentuklah Hujan
Awan yang sudah bermetamorfosis hitam memiliki titik-titik air makin berat dan tidak mampu terbendung lagi sehingga menjadikan butiran-butiran air jatuh ke bawah (bumi). Butiran-butiran yang jatuh ke bawah itu lah yang kita sebut dengan hujan.
Itu tadi sedikit klarifikasi wacana Proses Terbentuknya Awan dan Hujan. Semoga mampu berfaedah. Sekian dan hingga jumpa pada artikel selanjutnya. Terimakasih atas kunjugannya dan jangan lupa untuk dishare.
Sumber: R. Aden. 2010. Fakta-fakta Unik. Yogyakarta: Penerbit Siklus.