Di antara nirwana & neraka terdapat sebuah kawasan tinggi yg bernama al-A’raf. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala di dlm al-Qur’an, lewat surat ketujuh, al-A’raf.
Imam Mujahid mengatakan, “Al-A’raf merupakan dinding pembatas antara nirwana & neraka. Ialah dinding yg memiliki pintu.”
Pengertian ini pula menjadi pertimbangan Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, Imam Sufyan bin Waki’, Imam Ibnu ‘Uyainah, Imam ‘Abdullah bin Abi Yazid, & lainnya sebagaimana dirujuk dr perkataan teman mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu.
“Al-A’raf,” tulis Imam Ibnu Katsir mengutip keterangan sahabat mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu dlm Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim ketika menjelaskan ayat 46 surat al-A’raf, “adalah bukit yg terletak di antara nirwana & neraka. Di sana, orang-orang yg berdosa di tahan di antara nirwana & neraka.”
Lantaran tingginya daerah tersebut, orang-orang yg berada di sana bisa menyaksikan nirwana & neraka. Saat memalingkan persepsi menuju surga, mereka mampu mencicipi sejuk & damainya angin nirwana. Tatkala memalingkan pandangan ke neraka, mereka pun bisa mencicipi pengap, panas, & mengerikannya neraka.
Siapakah yg berada di al-A’raf?
“Yaitu,” simpul Imam Ibnu Katsir, “mereka yg kebaikan & keburukannya setara. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh sahabat mulia Hudzaifah bin Yaman, ‘Abdullah bin Mas’ud, ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhum & sahabat-teman serta ulama’ lainnya dr golongan salaf & khalaf.”
Yang mempesona, di antara para penghuni al-A’raf itu, kita bisa mengenali wajah-wajah ahli surga & andal neraka.
“Yang masing-masing dr dua golongan itu saling mengenal dgn tanda-tanda mereka.” (Qs. al-A’raf [7]: 46)
Bagaimanakah cara mengenali wajah penghuni nirwana & penghuni neraka?
“Para penghuni nirwana dikenal dgn putihnya wajah mereka. Sedangkan para penghuni neraka diketahui dgn hitamnya wajah mereka.” tutur Imam Ibnu Katsir mengutip pertimbangan Imam ‘Ali bin Abi Thalhah dr teman mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu.
Allahu akbar walillahil hamd. Mudah-mudahan ini tak sekadar kita pahami. Praktis-mudahan penjelasan para sahabat Nabi & ulama ini mampu menyadarkan kita.
Kelak sesudah meninggal dunia, dimanakah daerah kita? Adakah kita berwajah putih & layak mewarisi surga? Ataukah termasuk wajah kelam & hitam hingga dijebloskan ke dlm neraka?
Astaghfirullahal ‘azhiim.
Wallahu a’lam. [Pirman/wargamasyarakat]
*Pesan Tafsir Ibnu Katsir di 085691479667