Sahabat mulia Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu-sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullahu Ta’ala-dan sobat mulia Abu Qilabah Radhiyallahu ‘anhu-sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abdurrazzaq & Imam al-Baihaqi Rahimahumallahu Ta’ala-menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Kebaikan tak akan punah. Dosa tak akan terlupa. Allah Ta’ala tak pernah tidur. Dan ananda pasti menerima akhir sesuai perbuatanmu.”
Jika kita sibuk dgn kebaikan, maka Allah Ta’ala akan menunjukkan akibat atas kebaikan itu, pun bila kebaikan itu cuma sebesar biji dzarrah. Begitu pula saat kita melakkan kejelekan, maka Allah Ta’ala akan menimpakan akibat dgn sungguh adil. Sebab, dia tidak mungkin menzhalimi hamba-hamba-Nya.
Imam Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullahu Ta’ala yg ialah salah satu ulama sufi terkemuka menuturkan, “Perbuatan maksiat yg saya lakukan bisa saya pahami lewat sikap binatang tungganganku & budakku.”
Perbuatan maksiat, sekecil apa pun, memiliki atsar yg bisa dimengerti. Siapa pun yg melaksanakan langkah-langkah keburukan, ia diberi kemampuan untuk mengenalinya. Baik dr keluarga erat, orang-orang yg dicintai, penduduk sekitar, murid-murid atau para santri, sampai binatang yg menjadi piaraannya.
Sayangnya, banyak di antara kita yg tak bisa menyadari atau enggan mengakui bahwa yg kita alami ialah buah dr maksiat yg pernah dikerjakan.
“Jika Anda menyaksikan kekacauan pada sesuatu,” tulis Imam Ibnul Jauzi dlm Shaid al-Khatir, “ingatlah bahwa ada suatu lezat yg tak disyukuri atau kesalahan yg sudah (Anda) jalankan.”
Apakah ada banyak pekerjaan kita yg berurusan? Apakah tim kerja kita banyak yg tak amanah? Adakah santri-santri kita berlaku tak wajar? Adakah transaksi-transaksi bisnis yg macet tanpa sebab yg terperinci?
Apakah pasangan kita banyak berulah? Apakah kita tak ditaati selaku suami & ayah? Apakah Anda tak disayangi sebagai istri & ibu? Apakah Anda tak dipenuhi haknya selaku anak?
“Waspadai berpalingnya nikmat & hadirnya azab yg tak terkira, & jangan terkecoh oleh luasnya pengampunan, karena pengampunan itu dapat saja dipersempit seketika.” pungkas Imam Ibnul Jauzi menerangkan.
Mari mengakui & menyadari; jangan-jangan, kerepotan hidup & banyaknya dilema yg tak kunjung usai merupakan buah dr dosa, kesalahan, & maksiat yg kita jalankan.
Wallahu a’lam. [Pirman/wargamasyarakat]
*Beli terjemah kitab Shaid al-Khatir tulisan Imam Ibnul Jauzi di 085691548528