Batuan Metamorf: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Batuan metamorf yaitu salah satu dr 3 jenis penjabaran batuan besar yg ada di bumi ini. Karena terbentuk lewat proses metamorfosis atau pergeseran tertentu, jumlah batuan ini tak sebanyak watu lainnya. Meskipun begitu, batuan ini tetap menjadi komponen yg penting dlm daur biogeokimia di planet Bumi.

Pada artikel ini, kita akan menjajal membahas dengan-cara lebih detail apa itu batuan metamorf, proses pembentukannya, ciri-ciri, jenis, serta pola-misalnya.

Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah kerikil yg berasal dr batuan lain seperti kerikil beku ataupun batu sedimen, namun mengalami proses metamorfosis.

Proses metamorfisme ini kemudian akan mengganti karakteristik dr batuan induk tersebut, mulai dr teksturnya, warnanya, sampai kandungan mineralnya. Hasil simpulan dr proses pergeseran yg panjang ini yaitu batuan metamorf.

Oleh lantaran itu, tak jarang batuan metamorf memiliki bentuk, tekstur, & warna yg relatif lebih unik & menawan dibandingkan dgn batuan-batuan yang lain.

 

Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Proses Pembentukan batuan metamorf

Seperti yg sudah diterangkan diatas, batuan metamorf hanya terbentuk tatkala terjadi proses metamorfisme khusus di permukaan bumi. Batuan ini tak terbentuk dengan-cara pribadi, melainkan mesti melalui proses metamorfisme ini.

Proses ini akan mengubah batuan induk yg berbentukbatuan beku ataupun batuan sedimen menjadi batu metamorf dgn karakteristik & bentuk serta warna yg berbeda dibandingkan dgn batuan aslinya.

Secara lazim, proses pembentukan batuan metamorf dapat disederhanakan menjadi beberapa tahapan

  1. Tersedia batuan Induk atau Protolith
  2. Protolith terkena proses metamorfisme
  3. Batuan protolith mulai berganti karakteristiknya
  4. Terbentuk batuan metamorf

Awalnya, semua batuan metamorf berasal dr batuan induk yg diketahui sebagai protolith. Batuan ini kemudian terkena proses metamorfisme yg dipengaruhi oleh tekanan tinggi & suhu yg tinggi pula.

Proses metamorfisme tersebut dengan-cara perlahan-lahan mengganti karakteristik batuan protolith menjadi batuan lain yg bersifat metamorf. Pada akhir proses panjang metamorfisme, batuan protolith tersebut akan berkembang menjadi batuan metamorf sepenuhnya yg sudah mempunyai karakteristik & bentuk foliasi tertentu.

Pada potongan ini, kita akan mempelajari faktor-faktor apa saja yg mempengaruhi proses metamorfisme ini serta jenis-jenis metamorfisme seperti apa yg ada dlm pembentukan batuan ini.

Faktor yg Mempengaruhi Pembentukan Batuan Metamorf

Secara biasa , terdapat beberapa faktor yg mempengaruhi proses metamorfisme batuan. Faktor-faktor tersebut antara lain yakni

  • Temperatur
  • Tekanan
  • Perubahan Kimiawi

Agar kalian mampu dgn lebih mudah memahami ketiga faktor & proses diatas, dibawah ini kita akan membahas dengan-cara lebih detail ketiganya

Perubahan Temperatur

Temperatur pula menjadi salah satu faktor yg mensugesti proses metamorfisme. Temperatur yg tinggi mampu membuat batuan meleleh & membeku kembali.

Jika dipadukan dgn tekanan yg tinggi, suatu batu dapat melebihi titik lelehnya tanpa meleleh, sehingga membuat bentuk kristalisasi & komposisi yg unik.

Umumnya, perubahan temperatur ini disebabkan oleh masuknya batuan protolith ke dlm kerak bumi. Seperti yg kita ketahui, makin dlm lapisan bumi, maka makin tinggi suhunya.

Selain itu, perubahan temperatur ini pula mampu disebabkan oleh goresan antara batuan. Gaya gesek antara dua batuan mampu menyebabkan terjadinya panas di perbatasan kedua batuan tersebut.

Umumnya, pada proses metamorfisme, suhu yg mempengaruhi proses tersebut berada di kisaran 350-1200 derajat celsius.

 

Perubahan Tekanan

Tekanan yaitu salah satu faktor utama yg mempengaruhi proses metamorfisme. Tekanan yg tinggi mampu bikin watu mengalami rekristalisasi atau pembentukan kristal-kristal gres, sehingga mengubah tekstur & pula kondisi pengkristalannya.

Untuk menjadikan rekristalisasi & metamorfisme, berdasarkan Jackson diperlukan setidaknya tekanan sekitar 10.000 kafetaria.

Perubahan tekanan ini biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik, longsoran, ataupun aktivitas yang lain yg menimbun & menekan batuan protolith tersebut.

Semakin banyak lapisan tanah & batuan yg menekan kerikil induk tersebut, maka makin tinggi pula tekanannya & makin cepat proses metamorfisme terjadi.

 

Perubahan Kimiawi

Selain faktor tekanan & pula suhu, aspek pergantian kimiawi pula penting dlm proses metamorfisme.

Hal ini lazimnya terjadi tatkala ada katalis mirip air, asam hidroklorik, karbon dioksida, ataupun zat kimiawi lainnya yg menghipnotis batuan induk tersebut.

Proses kimiawi ini mampu menyebabkan batuan mengalami rekristalisasi & perubahan struktur/komposisi tanpa harus melalui fase pencairan terlebih dahulu.

 

Fasies Metamorfisme

Fasies metamorfisme

Fasies metamorfisme merupakan perumpamaan yg dipakai untuk menjelaskan pengelompokan batuan-batuan metamorf berdasarkan karakteristik & bentuknya.

Fasies ini menggambarkan bahwa batuan yg terbentuk pada suhu & pula tekanan yg sama, akan cenderung menciptakan batuan yg mempunyai karakteristik yg sama.

Menurut Turner, fasies metamorfisme terbagi menjadi dua jenis yaitu fasies metamorfisme kontak & fasies metamorfisme regional. Berikut ini kita akan menjajal untuk membahas kedua jenis fasies ini

Fasies Metamorfisme Kontak

Fasies metamorfisme kontak sesuai dgn namanya, dipengaruhi oleh penambahan suhu & pula kontak dgn magma yg panas. Secara lazim, terdapat 4 tingkatan metamorfisme kontak

  • Fasies hornfels albit-epidot,
  • Fasies horfels hornblend
  • Fasies hornfels piroksen
  • Fasies sanadinit

Fasies Hornfels-Epidot biasanya berkembang pada serpihan luar dr kontak magma sehingga dipengaruhi oleh suhu & tekanan yg tak terlalu tinggi. Hal ini menimbulkan terjadinya rekristalisasi & metamorfosa yg tak sempurna.

Ciri dr fase ini yakni terbentuknya struktur relic yg tak stabil dr batuan induknya.

Fasies Hornfels-Hornblende terbentuk pada tekanan yg masih rendah, namun suhu yg lebih tinggi dr fasies hornfels-epidot. Fasies ini memiliki ciri khusus yaitu tak ditemukannya mineral klorit.

Fasies Hornfels-Piroksen pula kerap disebut sebagai fasies Hornfels K-Feldspar-Kordierit. Hal ini terjadi karena kedua mineral tersebut muncul pertama pada fasies ini.

Proses ini terjadi pada suhu yg tinggi tetapi tekanan yg relatif masih rendah. Mineral yg menjadi pembentuk khususnya yaitu Orthopiroksen.

Yang terakhir yaitu fasies Sandinit, fasies ini tergolong cukup langka karena pembentukannya membutuhkan suhu yg sangat tinggi, namun tekanan relatif rendah.

Oleh lantaran itu, keadaan ini hanya mampu dicapai disekitar daerah yg bersahabat dgn zona kontak magma. Namun, suhunya tak boleh terlalu tinggi lantaran nanti akan melebur & melewati fase cair dlm siklus batuan menjadi magma.

 

Fasies Metamorfisme Regional

Selain metamorfisme kontak, ada pula fasies metamorfisme regional yg dipengaruhi oleh tekanan & pula suhu yg tinggi. Fasies ini dibedakan menjadi 7 fase yaitu

  • Fasies zeolit
  • Fasies prehnite-pumpellyite
  • Fasies green schist
  • Fasies blue schist
  • Fasies amfibolit
  • Fasies granulit
  • Fasies eklogit

Sesuai dgn namanya, fasies ini mencakup tempat yg persebarannya luas & biasanya masuk kedalam sabuk pegunungan yg dipengaruhi oleh gerak orogenesis.

Pada daerah batas-batas diagenesis & metamorfisme regional, lazimnya terjadi demineralisasi lempung, kristalisasi kuarsa & K-Feldspar serta terombaknya mineral temperatur tinggi & terjadinya pengendapan karbonat.

Jika pergeseran-perubahan ini terjadi pada butir-butir bernafsu, maka akan masuk kedalam metamorfisme fasies zeolit. Seiring dgn meningkatnya tekanan & suhu, maka akan bergeser pada fasies prehnite-pumpellyite.

Jika temperatur & tekanan sudah lumayan tinggi, maka akan masuk pada fasies green schist. Fasies ini mempunyai persebaran yg sangat luas di permukaan bumi. Mineral utama penyusunnya yaitu Glaukofan, Lawsonite, & Jadeite.

Contoh dr batuan yg masuk kedalam fasies ini yaitu Basalt, Tuff, Greywacke, & Rijang.

Setelah fasies green schist, seiring dgn penambahan tekanan & suhu, akan bergerak pada fasies amfibolit. Fasies ini terbentuk pada suhu yg tinggi & tekanan yg menengah. Persebaran fasies ini tak seluas fasies sekis hijau diatas.

Fasies berikutnya yakni fasies granulite. Fasies ini terbentuk pada tekanan menengah & suhu yg sangat tinggi. Fasies ini yaitu hasil metamorfisme derajat tinggi & menghasilkan batuan metamorf gneiss.

Fasies metamorfisme terakhir yakni eklogit yg menempati fasies paling tinggi karena terbentuk pada tekanan & temperatur yg sungguh tinggi. Batuan ini biasanya terbentuk pada zona penimbunan yg cukup dlm di bawah permukaan bumi.

 

Jenis-Jenis Metamorfisme

Jenis-jenis metamorfisme

Setelah mempelajari 3 faktor & proses yg menghipnotis metamorfisme, sekarang kita akan meninjau jenis-jenis metamorfisme yg ada pada proses pembentukan batuan metamorf.

Jenis-jenis metamorfisme yg ada antara lain ialah

  1. Metamorfisme Kontak/Termal
  2. Metamorfisme Dinamo
  3. Metamorfisme Regional
  4. Metamorfisme Kataklastik
  5. Metamorfisme Hidrotermal
  6. Metamorfisme TIndihan
  7. Metamorfisme Impact/Tumbukkan

Proses metamorfisme ini, walaupun terjadi dengan-cara masif, tetap memerlukan waktu yg cukup lama untuk mengubah batuan induk menjadi batuan metamorf sempurna. Selain waktu yg lama, proses ini pula membutuhkan keadaan lingkungan sekitar yg mendukung.

Agar kalian bisa lebih mengerti setiap jenis metamorfisme yg ada, kita akan membahas setiap jenis metamorfisme tersebut dengan-cara lebih detail dibawah ini

Metamorfisme Kontak

Metamorfisme kontak atau kerap disebut sebagai metamorfise termal yaitu proses pergantian batuan induk menjadi batuan metamorf yg disebabkan oleh kontak dgn magma yg mengakibatkan pergeseran suhu.

Batuan yg berbeda-beda memiliki respon yg berlainan pula terhadap proses metamorfisme kontak ini. Ada batuan yg eksklusif bermetamorfosis batuan lain, ada pula batuan yg butuh waktu yg lebih lama.

Selain itu, jarak dr batu tersebut dgn dapur magma atau intrusi magma pula besar lengan berkuasa. Semakin bersahabat maka derajat metamorfisme nya pun akan lebih tinggi. Hal ini terjadi karena gradien temperatur nya pun menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan dgn tempat sekitarnya.

 

Metamorfisme Dinamo

Metamorfisme dinamo atau kerap disebut pula selaku metamorfisme tekanan adalah metamorfisme yg terjadi lantaran adanya tekanan kepada batuan induk.

Tekanan yg tinggi pada metamorfisme dinamo dapat membuat pergeseran-pergantian pada komposisi batuan induk tersebut, baik dr segi perlapisan maupun dr segi re-kristalisasinya.

Umumnya, tekanan yg tinggi ini disebabkan oleh insiden tektonik dimana ada tekanan dr lempeng tektonik terhadap suatu batuan. Contohnya ialah pada bidang kontak dr sesar & pula patahan-patahan yg membentuk cermin goresan ataupun tepung milonit.

 

Metamorfisme Regional

Metamorfisme regional, atau kerap diketahui pula sebagai metamorfisme dinamik yakni proses dimana batuan induk mengalami pergantian karena tertimbun dibawah permukaan bumi.

Metamorfisme ini disebut selaku metamorfisme regional lantaran lazimnya terjadi di wilayah yg luas & dengan-cara masif.

Penimbunan ini menjadikan batuan tersebut mendapatkan tekanan yg tinggi dr material penimbunnya serta suhu yg tinggi pula lantaran ada efek gradien temperatur bumi.

Sebagian besar pecahan bawah kerak benua merupakan batuan metamorf yg mengalami metamorfisme regional & imbas metamorfisme kontak pula pada saluran-susukan magma erat gunung berapi.

Metamorfosa regional ini condong memperkeras batuan & mengakibatkan terbentuknya tekstur foliasi mineral-mineral pada batuan yg terpengaruh.

Ciri utama dr batuan metamorf regional yakni tak adanya fosil pada batuan-batuan ini. Hal ini terjadi lantaran fosil yg ada sudah dihancurkan & dilebur oleh proses metamorfisme yg ada pada batuan induk tersebut.

 

Metamorfisme Kataklastik

Metamorfisme kataklastik terjadi akibat deformasi mekanis pada suatu batuan. Contohnya adalah tatkala dua batuan bergeser melewati satu dgn yg yang lain sepanjang zona sesar.

Gerakan tersebut akan menghasilkan tekanan mekanis sehingga terjadi deformasi mekanis, selain itu, akan terjadi pula deformasi karena imbas panas dr gesekannya.

Metamorfisme jenis ini cukup langka & hanya dapat didapatkan pada zona antar lempeng ataupun zona yang lain dimana aktivitas tektonik cukup aktif & menghasilkan bentang alam seperti patahan & sesar.

 

Metamorfisme Hidrotermal

Metamorfisme hidrotermal terjadi tatkala batuan induk mengalami pergeseran tatkala dipaparkan pada lingkungan ber-air yg mempunyai tekanan sedang serta suhu yg tinggi.

Umumnya, proses metamorfisme hidrotermal ini terjadi pada tempat-kawasan bersahabat Geyser ataupun zona aktif kegiatan vulkanisme yang lain yg memiliki banyak air.

Air atau cairan lain yg panas ini berfungsi sebagai katalisator bagi proses metamorfisme batuan induk. Hal ini menjadikan pergerakan ion yg lebih singkat serta transfer mineral kimiawi yg lebih banyak pula.

 

Metamorfisme Tindihan

Metamorfisme tindihan intinya cukup mirip dgn metamorfisme regional, tetapi, perbedaannya ialah disini tak perlu ada depresi ataupun tekanan diferensial yg tinggi.

Ketika batuan, biasanya batuan sedimen terkubur hingga kedalaman beberapa ratus meter, tekanan & suhu yg cukup tinggi pada daerah tersebut akan mengakibatkan batuan mengalami proses metamorfisme batuan. Material utama yg dihasilkan oleh proses metamorfisme ini ialah mineral zeolit.

Seiring dgn meningkatnya luas wilayah, suhu, serta tekanan yg diterima batuan induk, maka metamorfisme ini dapat bermetamorfosis metamorfisme regional yg sudah dijelaskan diatas.

 

Metamorfisme Impact/Tumbukkan

Metamorfisme tumbukan terjadi tatkala material dr luar bumi seperti komet ataupun meteorit jatuh & menghantam permukaan bumi. Tumbukan ini menjadikan tekanan yg sangat besar pada kerikil-batuan sehingga mentransformasikannya menjadi batuan metamorf.

Tekanan ini menciptakan material-material yg hanya stabil pada tekanan tinggi, salah satunya adalah polimorf SiO2 seperti Koesit & Stishofit.

Selain itu, tekanan yg tinggi ini pula mampu menghasilkan tekstur kerucut-pecah yg diketahui sebagai shock lamellae pada batuan yg terdampaknya.

Umumnya, metamorfisme impact ini akan menghasilkan batu-batuan metamorf yg mempunyai karakteristik, bentuk, & warna yg unik dibandingkan dgn batuan lainnya.

 

Ciri-Ciri Batuan Metamorf

Ciri-ciri batuan metamorf

Batuan metamorf mempunyai ciri-ciri tertentu yg membedakannya dgn batuan lain pada umumnya. Berikut ini ialah beberapa ciri-ciri yg yang dapat kalian gunakan untuk membedakan batuan ini

  • Warna
  • Tekstur
  • Struktur
  • Bentuk Kristal
  • Komposisi Mineral

Agar kalian mampu mengetahui dgn lebih baik kelima ciri yg sudah dijelaskan diatas, kita akan menjajal untuk membahas dengan-cara lebih rinci kelima ciri tersebut dibawah ini

Warna

Proses metamorfisme & komposisi mineral yg berbeda-beda pada batuan induknya menyebabkan batuan metamorf hasil metamorfisme ini memiliki warna yg berbeda-beda pula.

Contohnya adalah feldspar, kuarsa, mika, & plagioklas yg berwarna terang keputih-putihan. Tentu saja batuan yg mengandung mineral tersebut akan menciptakan batuan metamorf yg berbeda dgn yg mengandung ortoklas, olivin, ataupun muksovit.

Oleh karena itu, warna dapat kalian pakai untuk membeda-bedakan batuan metamorf & menerka batu apa yg menjadi batuan induknya atau protolith nya.

 

Tekstur

Tekstur terdiri dr bentuk, susunan, & ukuran butir mineral yg ada pada batuan tersebut. Secara umum, terdapat 2 macam tekstur yg mampu kalian peroleh pada batuan metamorf yakni tekstur relik & kristaloblastik.

Relik atau sisaan yaitu tekstur batuan asal yg masih mampu kalian lihat & amati pada batuan metamorf dgn mata telanjang. Hal ini dapat memudahkan kalian untuk menduga batu apa yg menjdi penyusun batuan metamorf tersebut.

Kristaloblastik yaitu mineral yg terkandung pada batuan yg sudah terkristalisasi. Tekstur kristalisasi ini terbentuk karena proses metamorfisme itu sendiri, bukan berasal dr batuan asalnya.

 

Struktur

Secara lazim, terdapat 2 jenis struktur yg ada pada batuan metamorf, yaitu struktur foliasi & non-foliasi.

Struktur foliasi artinya adalah terdapat lapisan-lapisan yg ibarat garis-garis atau lembaran pada batu tersebut. Hal ini merupakan akibat dr acara pensejajaran mineral tatkala mengalami proses metamorfisme.

Seiring dgn meningkatnya derajat metamorfisme, lazimnya garis foliasinya pun makin jelas terlihat.

Struktur non-foliasi adalah batuan metamorf yg tak memiliki garis-garis sejajar tersebut. Hal ini terjadi lantaran proses pensejajaran terjadi dgn tak sempurna, atau terdapat proses pensejajaran yg sporadis sehingga tak membentuk lapisan-lapisan yg terperinci terlihat.

 

Bentuk Kristal

Bentuk kristal pada batuan metamorf lazimnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu kristal berjenis

  • Euhedral
  • Subhedral
  • Anhedral

Euhedral yaitu bentuk kristal tepat yg memiliki batas-batas-batas-batas yg terang, tegas, & teratur, sesuai dgn pola-pola kristal pada umumnya. Bentuk kristal ini ialah yg paling baik & terperinci diantara ketiga jenis kristal yg ada.

Subhedral yakni kristal yg terbatasi dgn tak jelas serta kurang teratur jika dibandingkan dgn euhedral.

Anhedral ialah kristal yg batasan bidang-bidangnya tak terperinci serta memiliki pola kristal yg tak teratur. Kristal ini merupakan kristal yg paling tak teratur & tak tepat pembentukannya.

 

Komposisi Mineral

Mineral yg mendukung & banyak terlibat pada proses metamorfisme antara lain yaitu garnet, andalusit, kyanite, silimanit, & stauroli. Minera-mineral tersebut berfungsi selaku pembentuk batuan metamorf & dikenal sebagai mineral metamorfik.

Mineral ini pada balasannya bisa membentuk batuan metamorf lewat proses metamorfisme yg dipengaruhi oleh tekanan & suhu yg tinggi di perut bumi.

 

Jenis-Jenis Batuan Metamorf

Jenis-jenis batuan metamorf

Secara umum, terdapat 3 jenis batuan metamorf yg ada & dapat kita perhatikan pada kehidupan sehar-hari. Ketiga jenis batuan ini antara lain adalah

  • Batuan metamorf Kontak
  • Batuan metamorf Dinamo
  • Batuan metamorf Thermal-Pneumatolik

Agar kalian mampu dgn lebih gampang mengerti ketiga jenis batuan tersebut, kita akan mencoba membahas dengan-cara lebih detail satu per satu dibawah ini

Batuan Metamorf Kontak

Batuan metamorf kontak adalah batuan yg mengalami metamorfisme lantaran adanya acara magma ataupun suhu yg sungguh tinggi disekitar batuan induknya.

Temperatur yg sangat tinggi dr magma ini menjadikan terjadinya pergeseran bentuk, warna, & karakteristik dr batuan induk tersebut,

Pada batuan metamorf kontak, makin bersahabat batuan tersebut dgn sumber panas yaitu magma ataupun intrusi magma, maka semakin tinggi pula derajat metamorfismenya.

Contoh dr batuan metamorf kontak ini yaitu kerikil kapur yg berkembang menjadi kerikil marmer. Contoh yang lain yakni batuan batolit, lakolit, & pula sill yg dipengaruhi oleh intrusi magma ke dlm lapisan-lapisan batuan di kerak bumi.

 

Batuan Metamorf Dinamo

Batuan metamorf dinamo yaitu batuan yg mengalami metamorfisme karena efek tekanan yg tinggi dr aktivitas tenaga endogen dlm waktu yg cukup usang.

Selain itu, tekanan yg tinggi dr penimbunan oleh material lain pula dapat menciptakan batuan jenis ini.

Umumnya, batuan ini terbentuk pada daerah-kawasan yg memiliki kegiatan tektonik aktif mirip daerah sesar, patahan ataupun perbatasan lempeng bumi. Hal ini terjadi lantaran kawasan tersebut selalu mengalami tekanan & pula pergerakan-pergerakan kecil.

Berbeda dgn batuan metamorf kontak, batuan dinamo ini umumnya ditemukan di pecahan atas kerak bumi. Hal ini terjadi karena proses metamorfisme tekanan ini lazimnya terjadi pada permukaan bumi alih-alih di dlm perut bumi.

Meskipun begitu, banyak pula batuan metamorf di dlm perut bumi yg mengalami metamorfisme regional penimbunan sehingga membentuk batuan dinamo & pula batuan kontak serta adonan antara keduanya.

Contoh dr batuan metamorf ini adalah batu lumpur yg berubah menjadi batu tulis atau slate. Contoh yang lain yakni batuan serbuk atau serpih.

Batu bara pula mampu dianggap selaku pola batuan metamorf dinamo ini karena terbentuk dr penyatuan massa organik menjadi suatu batuan yg kompak dlm waktu yg cukup lama.

 

Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik

Batuan metamorf kontak penumatolistis yaitu batuan yg mengalami metamorfisme akibat adanya pengaruh gas-gas yg ada pada magma. Gas-gas panas tersebut mengakibatkan perubahan komposisi kimiawi & mineral pada batuan tersebut.

Contohnya yakni batu kuarsa yg bermetamorfosis turmalin berkat kontak dgn gas borium. Kuarsa pula dapat berkembang menjadi topaz dgn pertolongan gas florium

 

Contoh Batuan Metamorf

Untuk lebih mengerti batuan metamorf yg sudah diterangkan diatas, ada baiknya kita menyaksikan pola-misalnya di kehidupan sehari-hari. Berikut ini ialah beberapa batuan metamorf yg kerap kalian temukan

  • Batu tulis/Slate
  • Filit
  • Gneiss
  • Sekis/Schist
  • Marmer
  • Kuarsit
  • Milonit
  • Filonit
  • Serpetinit
  • Hornfels

Agar kalian mampu lebih mengetahui karakteristik setiap batuan tersebut, maka kita akan mencoba untuk membahas satu per satu batuan yg disebutkan diatas

Slate

Batu tulis

Batu tulis atau slate terbentuk dr proses metamorfisme kepada batuan sedimen mudstone, shale, ataupun watu lempung. Proses ini terjadi pada temperatur & tekanan yg rendah.

Umumnya, kerikil tulis memiliki struktur foliasi slaty cleavage & tersusun atas butir yg sangat halus.

  • Batuan asal : Shale & Mudstone
  • Warna : Abu-bubuk, hitam, hijau, merah
  • Ukuran butir : Very fine grained
  • Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
  • Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
  • Derajat metamorfisme : Rendah
  • Ciri khas : Praktis membelah menjadi lembaran tipis

Seperti yg kita lihat diatas, karena batuan ini mengalami metamorfisme pada tekanan & suhu yg rendah, maka derajat metamorfismenya pun relatif lebih rendah.

 

Filit

Batuan Filit

Filit merupakan batuan metamorf yg tersusun dr mineral kuarsa, cericite, mika, & klorit. Batuan ini merupakan kelanjutan dr proses metamorfisme yg terjadi pada batuan Slate diatas.

  • Batuan asal : Shale
  • Warna : Merah, kehijauan
  • Ukuran butir : Halus (Fine)
  • Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
  • Komposisi : Mika, kuarsa
  • Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
  • Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang

Seperti yg sudah dijelaskan diatas, filit merupakan batuan dgn derajat metamorfisme yg lebih tinggi dibandingkan dgn Slate. Hal ini terjadi lantaran filit mengalami intensitas ataupun durasi metamorfisme yg lebih tinggi.

 

Gneiss

Batu Gneiss

Gneiss yakni batuan metamorf yg terbentuk dr proses metamorfisme batuan beku dlm keadaan temperatur & tekanan yg tinggi. Pada batuan ini, kita mampu menemukan rekristalisasi & foliasi dr mineral kuarsa, feldspar, mika, serta amphibol.

  • Batuan asal : Siltstone, shale, & granit
  • Warna : Abu-abu
  • Ukuran butir : Medium-Coarse Grain
  • Struktur : Foliated (Gneissic)
  • Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
  • Derajat metamorfisme : Tinggi
  • Ciri khas : Kuarsa & feldspar yg tampak berselang-seling dgn lapisan tipis amphibole & mika.

Seperti yg sudah dijelaskan diatas, karena mengalami proses metamorfisme yg cukup lama dlm keadaan tekanan & suhu yg tinggi, maka derajat metamorfisme dr batuan gneiss ini pula termasuk tinggi.

 x

Schist

Batu Sekis

Btauan Schist atau kerap disebut selaku sekis yaitu batuan yg mengandung mineral mika, grafit, & hornblende. Mineral pada batuan ini lazimnya terpisah menjadi lapisan-lapisan yg bergelombang yg ditunjukkan dgn adanya krista-kristal yg mengkilap.

  • Batuan asal : Siltstone, shale, basalt
  • Warna : Hitam, hijau, ungu
  • Ukuran butir : Fine – Medium Coarse
  • Struktur : Foliated (Schistose)
  • Komposisi : Mika, grafit, hornblende
  • Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
  • Ciri khas : Foliasi yg kadang bergelombang, seringkali terdapat kristal garnet

Batuan sekis ini merupakan salah satu batuan yg mengalami derajat metamorfisme cukup tinggi & mengalami foliasi lantaran dipengaruhi oleh proses metamorfisme yg cukup intens.

 

Marmer

Batu marmer

Batu marmer yakni salah satu batuan yg cukup terkenal & sering kita lihat di kehidupan sehari-hari. Ternyata, kerikil ini yakni batuan metamorf yg terbentuk dr batuan gamping.

Batu gamping mendapat tekanan & panas yg cukup tinggi sehingga mengakibatkan pergeseran struktur & rekristalisasi kalsit pada batuan tersebut.

Oleh karena itu, kerikil ini umumnya terdiri dr kalsium karbonat yg telah terpadatkan, kompak, & tak mempunyai foliasi apapun.

  • Batuan asal : Batu gamping, dolostone, watu kapur
  • Warna : Bervariasi
  • Ukuran butir : Medium – Coarse Grained
  • Struktur : Non foliasi
  • Komposisi : Kalsit atau Dolomit
  • Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
  • Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, sering kali terdapat fosil, bereaksi dgn HCl.

 

Kuarsit

Batu Kuarsit

Batuan kuarsit yaitu sejenis batuan metamorf yg tergolong keras & kokoh. Batu ini terbentuk tatkala kerikil pasir (sandstone) mendapat tekanan & suhu yg tinggi, sehingga menjadikan proses metamorfisme.

  • Batuan asal : Sandstone (batupasir)
  • Warna : Abu-debu, kekuningan, cokelat, merah
  • Ukuran butir : Medium coarse
  • Struktur : Non foliasi
  • Komposisi : Kuarsa
  • Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
  • Ciri khas : Lebih keras dibanding dgn beling (glass)

Proses metamorfisme ini mengakibatkan kuarsa yg terkandung pada watu pasir mengalami rekristalisasi, sehingga menciptakan watu kuarsit yg memiliki struktur & ciri yg jauh berlawanan dr struktur batuan induknya.

Selain itu, batuan ini tak mempunyai struktur foliasi meskipun derajat metamorfismenya cukup tinggi.

 

Milonit

Batu Milonit

Milonit ialah batuan metamorf kompak yg terbentuk dr rekristalisasi dinamis mineral pokok dikala proses metamorfisme. Proses ini menimbulkan pengurangan ukuran butir-butir batuan sehingga menjadi lebih kompak & kecil.

  • Batuan asal : Metamorfisme dinamik, bisa beragam kerikil
  • Warna : Abu-bubuk, kehitaman, coklat, biru
  • Ukuran butir : Fine grained
  • Struktur : Non foliasi
  • Komposisi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
  • Derajat metamorfisme : Tinggi
  • Ciri khas : Dapat dibelah-belah

Pada batuan milonit, meski derajat metamorfismenya cukup tinggi, tak ada foliasi yg terbentuk dgn terperinci. Selain itu, butiran-butiran yg terbentuk pada batuan milonit ini lazimnya cukup halus & dapat dibelah, layaknya batuan Schist diatas.

 

Filonit

Batu Filonit

Filonit adalah batuan metamorf yg mempunyai derajat metamorfisme lebih tinggi dibandingkan dgn batuan Slate. Batuan ini lazimnya terbentuk dr proses metamorfisme pada batuan Shale & mudstone.

Batuan Filonit ini cukup mirip dgn milonit, tetapi ukuran butirannya lebih besar & garang dibandingkan dgn milonit serta tak memiliki orientasi yg jelas. Selain itu, batuan ini pula kaya aka mineral filosilikat yakni Klorit & Mika.

  • Batuan asal : Shale, Mudstone
  • Warna : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman
  • Ukuran butir : Medium – Coarse grained
  • Struktur : Non foliasi
  • Komposisi  : Beragam (kuarsa, mika, dll)
  • Derajat metamorfisme : Tinggi
  • Ciri khas : Permukaan terlihat berkilau

Sama seperti milonit, meskipun batuan ini memiliki derajat metamorfisme yg cukup tinggi, tetap tak ada struktur foliasi yg terbentuk dgn terang pada batuan Filonit.

 

Serpetinit

Batu Serpentinit

Serpentinit ialah batuan yg terdiri dr satu atau lebih mineral serpentine. Batuan ini terbentuk lewat proses serpentinisasi yaitu suatu proses metamorfisme temperatur rendah yg melibatkan air.

  • Batuan asal : Batuan beku basa
  • Warna : Hijau terang / gelap
  • Ukuran butir : Medium grained
  • Struktur : Non foliasi
  • Komposisi : Serpentine
  • Ciri khas : Kilap berminyak & lebih keras dibanding kuku jari

Pada proses serpentinisasi, eksistensi tekanan & air akan mengoksidasi serta menghidrolisasi mineral silika mafic & batuan ultramafic sehingga berkembang menjadi serpentinit.

 

Hornfels

Hornfels

Batuan Hornfels terbentuk tatkala watu Shale & Claystone mengalami metamorfisme yg disebakan oleh temperatur & intrusi batuan beku. Metamorfisme ini kerap dikenal selaku metamorfisme kontak ataupun termal.

  • Batuan asal : Metamorfisme kontak shale & claystone
  • Warna : Abu-debu, biru kehitaman, hitam
  • Ukuran butir : Fine grained
  • Struktur : Non foliasi
  • Komposisi : Kuarsa, mika
  • Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
  • Ciri khas : Lebih keras dr pada glass, tekstur merata

Karena proses metamorfismenya yg melibatkan panas, maka hornfels lazimnya terbentuk akrab dgn kantung magma. Meskipun begitu, metamorfisme ini tak dapat menciptakan foliasi yg terperinci terlihat.

 

Manfaat Batuan Metamorf

Batuan Metamorf Lapis Lazuli sebagai bahan dasar patung

Batuan metamorf memiliki banyak kegunaan dlm kehidupan sehari-hari, berikut ini adalah beberapa teladan penggunaan batuan metamorf untuk menunjang acara manusia.

Perhiasan & Dekoratif

Batuan metamorf yg memiliki kilauan unik & karakteristik menawan kerap dipakai sebagai bahan embel-embel ataupun hiasan rumahan. Contoh yg cukup terkenal yaitu batuan Lapis Lazuli berwarna biru yg kerap dipakai selaku bahan gelang & pelengkap lainnya.

Selain itu, marmer & batuan metamorf lain yg memiliki pola-pola unik pula sering digunakan sebagai lantai atau bahan dekoratif rumahan lainnya. Contohnya selaku meja makan & dapur (kitchen countertop) ataupun selaku pilar-pilar pada fasad bangunan.

 

Bahan Konstruksi

Marmer ialah salah satu batuan metamorf yg identik dgn bangunan mewah atau karya seni skala besar seprti patung ataupun monumen yang lain. Hal ini terjadi karena marmer memiliki kilau & pola yg dianggap mempesona.

Contoh yg paling terang ialah bangunan Parthenon di Yunani antik yg menggunakan lebih dr 22 ribu ton marmer dlm proses pembangunannya. Begitu pula dgn Taj Mahal yg banyak sekali mempergunakan marmer dlm konstruksinya.

Selain itu, batuan Slate pula dapat dipakai sebagai material atap rumah yg cukup baik. Batuan yg tahan air ini cukup kuat & relatif tahan usang.

 

Referensi

Types of Metamorphism – University of Saskatchewan

  Orogenesa dan Epirogenesa