Banyaknya Partai Dengan Ideologi Yang Berlainan-Beda

Banyaknya partai dengan ideologi yang berlainan-beda, bukan merupakan penghalang bagi pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil. Karena hukum-aturan kampanye dipatuhi, bentrok fisik antarpendukung partai tidak terjadi, walaupun terjadi pula suasana saling ejek. Pada ketika itu, sebagian besar penunjang politik belum mengenyam pendidikan, bahkan buta aksara. Namun demikian, pemilu tetap berlangsung dengan baik. Hal menarik lainnya pada pemilu 1 ialah perilaku para politikus ketika berkampanye. Semua politikus, tergolong PM Burhanudin Harahap dan para menteri yang menjadi calon anggota dewan perwakilan rakyat, tidak pemah menggunakan fasilitas negara maupun memanfaatkan otoritasnya selaku pejabat negara. Mereka juga tidak pernah meminta pejabat di bawahnya untuk menggiring penduduk pemilih untuk mengambil perilaku yang menguntungkan partainya.

Sebabnya, mereka tak menganggap sesama pejabat negara selaku pesaing yang menyeramkan. Selain itu, tak ada gelagat dari pejabat negara tertentu untuk menghalalkan segala cara selama mengikuti kampanye. Teladan para pejabat pada era lalu inilah yang kita rindukan ketika ini. diketahui pasti berapa usang masa kampanye pada Pemilu 1955. Tetapi, era kampanye yang semula dikhawatirkan gaduh, temyata berlangsung kondusif dan tertib. Sementara itu, globalisasi pada bidang ekonomi tampakpada perdagangan internasional.

Salah satu Faktor penting dalam jual beli intemasional yaitu jual beli valuta asing. Perdagangan valuta abnormal dunia mulai berkembang pesat semenjak tahun 1973, adalah semenjak terjadinya pergantian mendasar pada metode moneter intemasional.

Banyaknya Partai Dengan Ideologi Yang Berbeda-Beda

Pada saat itu, sebagian besar negara di dunia mengganti tata cara nilai tukamya dari sistem nilai tukar tetap (frxed raie) ke sistem nilai tukar yang lebih fleksibel dengan menerapkan tata cara nilai tukar mengambang bebas ((ree floating rate). 

  6 Jasa Rakyat Aceh Dimasa Lalu Untuk Negara Indonesia