close

Bantuan Kimia Hijau Kepada Pembangunan Berkelanjutan

 Oleh: Nopi Febriani (@T11-Nopi)

Abstrak

Setiap manusia bertanggung jawab untuk menimbang-nimbang kepentingan makhluk hidup di bumi, khususnya generasi yang hendak datang, dengan tidak mengakibatkan kerusakan bagi kehidupan di bumi. Karena itu, untuk membuat pembangunan yang berkesinambungan para jago kimia mengupayakan mencari materi dasar yang tidak berbahaya dan mengubah proses-proses kimia dalam industri menjadi lebih kondusif dan lebih bersih. Usaha tersebut dinamakan dengan kimia hijau yang dalam penerapannya berdasarkan atas prinsip-prinsip kimia.

Kata kunci: Kimia Hijau, Pembangunan, Berkelanjutan

Abstract

Every human being is responsible for considering the interests of living things on earth, especially future generations, by not causing harm to life on earth. Therefore, to create sustainable development chemists seek to find harmless basic materials and change chemical processes in industry to be safer and cleaner. The business is called green chemistry which in its application is based on chemical principles.

Keywords: Green Chemistry, Development, Sustainable

Pendahuluan

          Menurut Nurbaity, (2011) Terkait dengan agenda pembangu-nan, pembangunan dikala ini diarahkan pada pembangunan berkelanjutan dimana Word Commision on  Environ-ment and development (WCED), yakni Komisi Sedunia Lingkungan Hidup dan pembangunan telah mensyaratkan bahwa dalam pembangunan mesti mengembangkan buatan dengan cara yang ramah lingkungan serta menja-min terciptanya potensi yang merata dan adil bagi siapa pun dimana taraf hidup penduduk diing-katkan dengan cara yang tidak merusak lingkungan hidup. Pembangunan dibutuhkan mengacu kepada pemba-ngunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan menuju terbentuk-nya green globe (bumi yang hijau/ lestari).

      Berkaitan dengan hal di atas, proses pembangunan di Indonesia memang bisa menawarkan sumba-ngan yang signifikan pada pertumbu-han ekonomi, namun menimbulkan dilema, antara lain persoalan pencema-ran lingkungan yang disebabkan oleh materi- materi kimia yang beracun dan berbahaya yang memiliki pengaruh pada kesehatan insan dan lingkungan. Maka tidaklah keliru kalau keadaan tersebut mendorong hadirnya chemopobia dari penduduk yang menilai kimia sebagai racun dan penyebab timbulnya pencemaran lingkungan.

       Memperhatikan kondisi di atas remaja ini para mahir kimia melaksanakan perjuangan untuk mencari materi dasar yang tidak berbahaya dan mengganti proses- proses kimia dalam industri menjadi lebih kondusif dan lebih bersih. Usaha tersebut lebih diketahui dengan nama green chemistry. Sebagai bidang kajian kimia yang relatif gres, green chemisty memfokuskan kajiannya pada penera-pan sejumlah prinsip kimia yakni dalam mendesain, memakai atau memproduksi bahan kimia untuk mengurangi pemakaian atau bikinan zat berbahaya.

  Penemuan Yang Timbul Sebagai Perwujudan Penerapan Industri Hijau

Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas terdapat beberapa rumusan dilema adalah:
1.  Apa yang di maksud dengan kimia hijau (green chemistry)
2.   Apa saja prinsip dari kimia hijau

      3. Bagaimana kontribusi kimia hijau terhadap pembangunan berkelanjutan

Tujuan

1.  Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kimia hijau

2.  Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari kimia hijau

3.  Untuk mengetahui apa saja kontribusi kimia hijau kepada pembangunan berkesinambungan

Pembahasan

        Menurut EPA (2015), Kimia Hijau (Green Chemistry) yakni rancangan produk dan proses kimia yang berupaya meminimalisir atau menetralisir penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau berlaku untuk seluruh siklus hidup produk kimia, termasuk desain, manufaktur, penggunaan, dan pembuangan tamat. Kimia Hijau diketahui juga sebagai Kimia Berkelanjutan (Sustainable Chemistry). Dalam hal ini Kimia Hijau merupakan konsep dan ajaran mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran.

       Sementara berdasarkan Ulfah, Rahayu, dan Dewi (2013),Green Chemistry ialah penerapan prinsip penghilangan dan penghematan senyawa berbahaya dalam rancangan, pembuatan dan aplikasi dari produk kimia. Aspek Green Chemistry ialah meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang mampu diperbarui, kenaikan efisiensi atom, penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan mampu didaur ulang. Green Chemistry bermaksud berbagi proses kimia dan produk kimia yang ramah lingkungan dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan.

        Sebagai catatan, pembangunan berkesinambungan merupakan proses pembangunan dengan menerapkan prinsip “memenuhi keperluan sekarang, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi abad depan”. Hal itu diangkut dalam laporan PBB tentang tahun 1987, yang dikutip oleh Collins (2001).

Fatimah (2011) beropini bahwa, Untuk berbagi penerapan kimia hijau kepada pembangunan berkesinambungan harus didasasarkan pada 12 prinsip.

1)        Pencegahan Limbah, adalah lebih baik melakukan pencegahan timbulnya limbah bahan kimia dalam sebuah reaksi/proses industri daripada melaksanakan pengolahan limbah

2)       Atom ekonomi, ialah metode sintetis mesti dirancang untuk mengoptimalkan penggabungan semua bahan baku yang dipakai dalam proses menjadi produk akhir.

  Mengenal Teknologi Hijau Dalam Upaya Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

3)         Sintetis materi kimia rendah bahaya, adalah jika memungkinkan, metode sintesis harus didesain untuk menggunakan dan menghasilkan substansi yang rendah toksisitas atau tanpa toksisitas bagi insan dan lingkungan.

4)     Desain bahan kimia kondusif, ialah Produk bahan kimia mesti didesain sehingga fungsi yang dimilikinya memiliki toksisitas sangat minim

5)         Pelarut dan bahan perhiasan aman, ialah penggunaan materi meliputi pelarut, agen pemisahan, agen pengatur keadaan digunakan hanya pada saat diperlukan dan dalam konsentrasi serendah mungkin.

6)   Desain untuk efisiensi energy, adalah kebutuhan energi untuk sebuah proses kimia harus mengamati minimalisasi pengaruh lingkungan dan ekonomi. Dan jikalau memungkinkan, suatu reaksi dapat dilaksanakan pada temperatur ambien tanpa tekanan tinggi sehingga mengurangi energi.

7)         Penggunaan materi terbarukan, yaitu materi untuk sebuah reaksi atau proses industri diupayakan supaya secara teknis atau secara hemat efisien dan terbarukan.

8)    Pengurangan tahapan derivative, ialah derivatif yang tidak perlu mesti diminimalisir atau disingkirkan.

9)      Katalisis, ialah Pemanfaatan katalis seselektif mungkin dan yang ialah reagen dengan sifat stokiometrik yang paling baik.

10)        Desain untuk degradasi, yakni produk kimia seharusnya didesain sehingga pada akhir fungsinya, materi terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya atau tidak mempunyai ketahanan lama (persintesi) di lingkungan.

11)         Analisis ketika untuk pencegahan polusi, yaitu analisis di saat memungkinkan pengambilan keputusan bagi sebuah treatment dan perencanaan.

12)          Meminimalisir peluangkecelakaan, yakni penggunaan bahan kimia dalam sebuah proses harus diseleksi menurut kecilnya kesempatankecelakaan kimia. Hal ini mencakup penggunaan bahan dan jumlah materi, pertimbangan resiko ledakan dan kebakaran zat.

   Dalam pelaksanaan prinsip-prinsip nya kimia hijau dapat menawarkan donasi kepada pembangunan lestari dan berkelanjutan, setidaknya untuk tiga bidang utama.

1.    Pertama, teknologi energi terbarukan yang mau menjadi pilar utama dari peradaban teknologi tinggi yang berkelanjutan (Collins, 2001). Dalam hal ini andal kimia dapat berkontribusi antara lain dalam pengembangan konversi energi matahari menjadi energi kimia dan energi listrik.

2.    Kedua, reagen yang digunakan oleh industri kimia, yang masih sebagian besar bersumber dari minyak bumi, mesti mulai digantikan oleh sumber yang terbarukan. Hal itu untuk menghemat ketergantungan pada sumber karbon yang berasal dari fosil.

3.    Ketiga, dibutuhkan adanya teknologi alternatif pengendalian polusi yang lebih mumpuni.

  Energi Hijau Selaku Energi Alternatif Pengganti Energi Fosil

       Selain itu, salah satu contoh pembangunan berkelanjutan yaitu pertanian berwawasan lingkungan. Pertanian organik, pengelolaan hama terpadu, dan administrasi gulma ialah bagian-unsur pertanian berwawasan lingkungan yang mampu menunjang pembangunan berkelanjutan.

       Pertanian organik ialah proses produksi yang didasarkan atas proses perkembangan tumbuhan tanpa memakai senyawa kimia yang mampu menjadikan pencemaran lingkungan. Dalam aktivitas tersebut, aspek derma kepada lingkungan menerima prioritas utama. Untuk memajukan bikinan pertanian tidak digunakan pupuk buatan dan pestisida, melainkan pupuk organik, pengendalian hama terpadu, manajemen gulma, dan pengembangan pola tanam. Pengelolaan hama terpadu memiliki tujuan untuk meningkatkan buatan pertanian dan penghasilan petani dengan memperkecil ongkos produksi, adalah mengurangi penggunaan faktor produksi, utamanya pestisida, untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan (Ulfah, Rahayu, dan Dewi, 2011).

Kesimpulan

        Kimia hijau mempunyai tugas penting dalam upaya menghalangi atau menghemat ancaman polusi balasan materi kimia beracun dan berbahaya yang menyebabkan problem lingkungan. Kimia hijau juga mempunyai kontribusi penting dalam pembangunan berkesinambungan disegala bidang  dengan pelaksanaannya berdasarkan atas ke-12 prinsip kimia hijau.

Daftar Pustaka

Anwar, Muslih. 2015. Kimia Hijau/ Green Chemistry. Dalam http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343. (Diakses Pada 15 November 2021).

Jehamun, Philipus. 2019. Kimia Hijau Berperan Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam https://bernasnews.com/kimia-hijau-berperan-merealisasikan-pembangunan-berkesinambungan/. (Diakses Pada 14 November 2021).

Manahan, Stanley E. 2006. Green Chemistry And The Ten Commandments Of Sustainability. Columbia, Missouri U.S.A. : ChemChar Research, Inc.

Nurbaity. 2011. Pendekatan Green Chemistry Suatu Inovasi Dalam Pembelajaran Kimia Berwawasan Lingkungan. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 1(1), 14. Dalam http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Wel3rzOwZRYJ:journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpk/article/download/175/216+&cd=13&hl=id&ct=clnk&gl=id. (Diakses Pada 14 November 2021).

Sharma, S.K., Chaudhary,A., dan Singh, R.V.. 2008. Gray Chemistry Versus Green Chemistry: Challenges and Opportunities. Rasayan J.Chem., 1(1) 68-92. (Diakses Pada 15 November 2021).

Ulfah, Maria, Rahayu, Praptining, dan Lussana, Rossita Dewi. 2013. Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada Program Studi Pendidikan Biologi. Semarang: IKIP PGRI Semarang. Dalam https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:hblfTp2nlSwJ:https://media.neliti.com/media/publications/175568-ID-desain-wawasan-lingkungan-green-chem.pdf+&cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id. (Diakses Pada 14 November 2021).