Bani Umayyah Ii : Kemajuan Islam Di Spanyol Andalusia

Oleh : Syafieh, M. Fil. I
A.      PENDAHULUAN
1.           Latar belakang Masalah
Spanyol adalah suatu negara yang pernah ditaklukkan oleh Islam untuk berbagi agama Islam di negeri tersebut. Ketika Islam masuk ke negeri Spanyol, negeri ini banyak mengalami pertumbuhan peradaban yang pesat baik dari kebudayaan maupun pendidikan Islam, sebab Spanyol didukung oleh negerinya yang subur dengan penghasilan ekonomi yang cukup tinggi sehingga menghasilkan para pemikir andal. Spanyol mengalami kemajuan pesat dalam kebudayaan dan pendidikan Islam yang dimulai dengan mempelajari ilmu agama dan sastra, lalu meningkat dengan mempelajari ilmu-ilmu logika. Karena dalam waktu relatif singkat Cardova dapat menyaingi Baghdad dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik minatpara sejarawan.
2.           Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan problem sebagaimana tertuang dalam kata pengirim , meliputi:
1.        Bagaimana kemunculan daulah Umayyah II, serta cara-cara yang ditempuh hingga daulah Umayyah II ini bangun?
2.        Masa kejayaan daulah Umayyah, adalah membicarakan mengenai pada abad khalifah siapakah abad kejayaan itu terjadi dan prestasi apa saja yang pernah diraih?
3.        Runtuhnya daulah Umayyah II, ialah menjelaskan karena-alasannya mengapa daulah Umayyah  II runtuh?
B.       PEMBAHASAN
1.        Berdirinya Daulah Umayyah II
a.                            Islam masuk di Andalusia
Andalusia yang semula berjulukan Vandal pada periode ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan daerah kekuasaan Romawi, tapi lalu ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini berpengaruh sekali namun lalu banyak perpecahan dan menimbulkan kemunduran kerajaan itu.
Kemudian sesudah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta perlindungan pada Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa lalu minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan secepatnya dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengantarkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang lalu populer dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.[1]
Mendengar kemenangan Thariq, Musa kesudahannya terpesona untuk melakukan penyerangan kepada Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka Musa menaklukan bab timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga kesudahannya Musa wafat di penjara balasan korban sepucuk surat.
Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus, mereka adalah:
a.         Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada kurun ini mampu dikuasai beberapa wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.
b.        Ayub bin Habib, pada kala pemerintahannya Cordova dijadikan selaku pusat pemerintahan.
c.         Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
d.        Saman bin Malik Al-Chaulanyn (719-721 M)
e.         Anbasah (723-726 M), pada periode pemerintahannya beliau berhasil menguasai daerah Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.
f.         Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang tergolong daerah kekuasaan Prancis.[2]
2.      Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol sampai jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sungguh besar. Masa itu berjalan selama hampir 8 periode (711-1429 M). sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam kala, adalah:[3]
1.        Periode Pertama (711-755 M)
Pada kala ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada era ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan di beberapa kawasan, alasannya adalah pada era ini yaitu abad peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang terhadap Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat Umayyah di Damaskus.
2.        Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur), namun tidak tunduk kepada sentra pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama  yaitu  Abdurrahman  I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia yakni keturunan Bani Umayyah yang sukses lolos dari kerajaan Bani Abbas, saat Bani Abbas sukses menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia sukses mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Pada era ini umat Islam di Spanyol mulai mendapatkan kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik, peradaban serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Kemudian penerus-penerusnya lainnya mirip Hisyam diketahui berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran, sedangkan Abdurrhman al-Ausath diketahui sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada kurun Abdurrhma al-Ausath ini aliran filsafat mulai masuk, maka dia mengundang para mahir dari dunia Islam lainnya untuk tiba ke Spanyol sehingga aktivitas ilmu wawasan di Spanyol mulai meriah.
3.         Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang bergelar “An-Nasir” sampai hadirnya muluk at-thawaif (raja-raja kalangan). Pada masa ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar ‘Khalifah”. Pada era ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya mempunyai koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
4.        Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada kurun ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pimpinan raja-raja golongan atau al-muluk at-thawaif, yang berpusat di sebuah kota mirip Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya yakni Abbadiyah di Sivilie.
5.        Periode Kelima (1086-1248 M) Masa Dinasti Kecil
Pada kala ini terdapat sebuah kekuatan yang masih lebih banyak didominasi, yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada awalnya yakni sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang diresmikan oleh Yusuf ibn Tasyifin. Pada tahun 1062 M, ia sukses mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja kristen
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun selsai, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk beberapa dekade dinasti ini mengalami banyak perkembangan.
6.        Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada abad ini Islam cuma berkuasa di kawasan Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami pertumbuhan mirip di zaman Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini cuma berkuasa di wilayah yang kecil. Pada era ini yaitu final dari ekstensi umat Islam di Spanyol. Menurut Harun Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dibilang tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
3.        Masa Kejayaan Daulah Umayyah II
a.                            Perkembangan Kota dan Seni Bangun
Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah satu kota ternama di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak bangun yaitu Masjid Jami Cordova.
a.        Pada periode Hisyam 1 dimana ia memugar kembali jembatan bau tanah yang dibangun oleh al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran berikutnya dijalankan pada abad Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
b.        Pada kurun Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah yang merupakan pertumbuhan paling pesat yang terjadi pada ketika itu dimana sentra kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu telah berada di tengah, alasannya adalah berkembangnya tempat pinggiran di sekitarnya.
Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:
1.        Al-Qashr al-Kabir
yakni kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya.
2.        Al-Rushafah
Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil disebelah barat bahari Cordova.Istana ini menyontek bentuk istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.
3.        Masjid Jami’ Cordova
4.        Jembatan Cordova
5.        Al-Zahrar
Dibangun al-Nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova.Kemegahan al-Zahra nyaris menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk keutamaan al-Zahra  ialah kolam-bak marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis emas.
Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun akses air yang menembus gunung sepanjang 80 km, alasannya adalah Wadi al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada isu terkini kemarau airnya tidak mampu diminum
6.        Al-Zahirah
Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah kawasan kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang  senjata, daerah tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya.
Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah,
pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan lazim lainnya. Perkembangan al-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu sisinya lalu bersambung dengan Cordova, sedang sisinya lainnya bersambung denagn al-Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya sudah  menjadi bagian depan kota Cordova.
 b.    Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab
Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersama-sama dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip informasi Nicholson menyatakan bahwa pada awal abad IX M bahasa arab telah menjadibahasa resmi di Andalusia. Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab, meningkat pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adat, baik dalam bentuk puisi maupun prosa.
Diantar jenis prosa ialah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi yang lain.Menurut Amer Ali”Orang –arang Arab Andalusia yakni penyair-penyair alam.Mereka mendapatkan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Nasrani di Eropa selatan.
Diantara sastrawan ternama  Andalusia adalah:
1.        Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih
Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, namun kecenderungan lebih banyak terhadap sastra dan sejarah.Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka sudah ia gubah syair-syair, sehingga beliau mendapatkan kedudukan terhormat di istana.
2.        Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan
3.        Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengganti puisi-puisi cinta. Isi-puisi yang dihimpun dalam antologi Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-faktor percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain
4.        Muluk al-thawaif dianggap penyair  paling besar di Andalusia pada periode itu. Seirama dengan perkembangan syair, meningkat pula music dan seni bunyi.Hasan Ibn Nafi’ yang lebih diketahui dengan panggialn Ziryab memiliki kemampuan dalam seni musik dan tarik bunyi, pengaruhnya masih membekas sampai kini, bahkan dia dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam kepingan timur itu, dan tak sedikit pula paa ulama dari timur yang membuatkan ilmunya di Andalusia.[4]
Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar ajaran hukumnya yakni hadits. Perhatian muslim Andalusia kepada hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.
Ilmu agama yang berkembang amat pesat yakni Ilmu Qira’at, yakni ilmu yang membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang bagus dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama mahir Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, meningkat  pula ilmu-ilmu lain. Ilmu niscaya yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu wawasan dan kebudayaan umumnya, merupakansalah satu kewajiban pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu sudah menimbulkan keinginan untuk menyelenggarakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan forum-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan biasa maupun perpustakaan eksklusif, banyak dibangun di banyak sekali penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar sampai ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sungguh maju, sehingga hampir tidak  ada seorang pun penduduknya yang buta aksara. Dari Andalusia ilmu wawasan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara  Eropa Kristen, lewat kelompok-kalangan pandai mereka yang pernah menimba ilmu di Universitas Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga forum ilmu wawasan yang lain di Andalusia.
4.      Runtuhnya Daulah Umayyah II
Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:[5]
1.        Konflik Islam dengan Kristen
Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka telah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerejaan – kerajaan Katolik taklukannya dan membiarkan mereka memperahankan hukum dan adab mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.Namun demikian, kedatangan Arab Islam sudah memperkuat rasa kebangsaan orang – orang Spanyol Katolik. Hal itu mengakibatkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari kontradiksi
tentara Islam dan Nasrani. Pada era ke-11 M umat Katolik memperoleh pertumbuhan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.        Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di kawasan – kawasan lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang islamyang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dikerjakan Bani Umayyah di Damaskus, orang – orang Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak –tidaknya hingga masa ke-10 M, mereka msih memberi ungkapan ‘ibad danmuwalladun terhadap para mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok – kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan menghancurkan perdamaian. Hal itu mendatangkan efek besar kepada sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal ini pertanda
tidak adanya ideologi yang mampu memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3.        Kesulitan Ekonomi
Di paruh ke dua abad islam di Spanyol,para penguasa membangun kota
dan menyebarkan ilmu wawasan dengan sangat “serius”, sehingga teledor
membina perekonomian. Akibatnya muncul kesusahan ekonomi yang amat membertkan dan mensugesti kondisi politik dan militer.
4.        Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini mengakibatkan kudeta diantara hebat waris. Bahkan, sebab inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif timbul. Granada yang merupakan sentra kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5.        Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat perlindungan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang bisa membendung  kebangkitan Katolik disana.  
C.      PENUTUP
1.        Kesimpulan
Daulah bani Umayyah II diresmikan oleh salah seorang keluarga bani Umayyah yang sukses meloloskan diri dari kejaran orang-orang bani Abbasiyah, adalah Abdurrahman. Selanjutnya karena kemampuannya meloloskan diri ke Andalusia beliau diberi julukan “Ad- Dakhil”. Dalam perkembangan selanjutnya daulah Umayyah di Andalusia meneruskan usaha ekspansi kawasan Islam ke beberapa tempat di Eropa. Bukan cuma usaha ekspansi daerah saja yang mereka lakukan, melainkan juga pengembangan seni, kebudayaan, dan ilmu wawasan. Hal ini mampu mereka lakukan alasannya adalah daulah ini bisa melakukan pekerjaan sama dengan negeri-negeri tetangganya, termasuk daulah Abbasiyah yang semula menjadi musuh mereka. Letak Andalusia yang berada di benua Eropa memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan ke berbagai kawasan Eropa. Sehingga mampu dibilang kemajuan yang dicapai daulah Umayyah II nyaris sama dengan perkembangan daulah Abbasiyah di Baghdad.
Seperti halnya daulah-daulah Islam yang dulu, daulah Umayyah II juga mengalami keruntuhan akibat kudeta. Meskipun penyebab terburuknya yakni serangan kaum Nasrani, namun kondisi umat Islam di Andalusia saat itu sedang melemah sedangkan keadaan umat Nasrani berada dalam kemajuan yang pesat.
2.        Saran
 Harapan kami, makalah ini dapat dijadikan selaku literatur perbandingan mengenai insiden maupun aspek yang melingkupi tema Masa Daulah Umayyah II itu sendiri, hal ini dikarenakan dalam pembuatan makalah ini berdasar pada aneka macam rujukan buku-buku tentang sejarah kemajuan pada kala Daulah Umayyah II
DAFTAR PUSTAKA
 Al-Usairy, Ahmad,  Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adan hingga Abad XX, Cet. V Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2007
Nasution, Harun,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Cet. I,  Jakarta, UI Press, 1985.
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
13
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006
[1] A. Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jikid. (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), hal. 154
[2] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adan sampai Abad XX, Cet. V (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2007)
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 93-99
[4] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid I, (Jakarta, UI Press, 1985), hal. 82
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam…hal. 107-108