Persoalan yang tampak pada suatu kebudayaan yakni, saat mengerti proses budaya masyarakat dan agama yang menjadi dasar dari pembentukan manusia itu. Pada menjelang periode senja, Jawa (Islam) saat mendapatkan kanal ekonomi sosial budaya menurut agama yang menaruh diri mereka pada sebuah kehidupan, maka akan berada pada agama Katolik dan Kristen.
Suatu perjalanan kehidupan sosial budaya telah dialami dengan orang biasa yang berada pada keadaan ekonomi yang memang menjadi alat perang bagi suku lainnya, mirip partai politik (PDI Perjuangan, Kalimantan Barat), dasar agama akan berdampak pada dogma mereka dengan melekatkan berbagai hasil dari resistensi mereka.
Berbagai pengalaman itu juga, aneka macam perjalanan kehidupan yang bahagia menggangu tidak juah dan ditemui pada partai berlambang PDI Perjuangan (2008-2018) itu, tidak kepas dari petugas partai yang sudah berganti dari kader di Pontianak, Kalimantan Barat itu.
Perjalanan politik dengan drama yang dibuat hendaknya memahami apa kepentingan mereka dengan setiap kepentingan politik, serta budaya dan agama yang lantas diketahui bagaimana keadaan kesehatan sosial mereka, terhadap kehidupan agama (filsafat).
Yang perlu diketahui dalam hal ini terperinci, bagaimana proses suatu metode budaya berada pada kondisi sosial budaya yan melekat pada dinamika dikala ini, dalam hal ini aneka macam kondisi budaya yang berlainan, mengarah pada setiap kehidupan yang berbeda.
Pengaruh budaya masyarakat dikala ini, menjadi wawasan akan pertumbuhan terhadap pengetahuan, dan hendaknya meletakan agama dan kehidupan selaku dasar dari manusia yang lebih bermartabat, dengan metode budaya lainnya.
Artinya, berbagai problem pertentangan sosial, tidak jauh berlainan dari setiap ponsel, tutur kata serta interaksi yang berlangsung untuk disampaikan sampai ketika ini, menjadi kesan bagi setiap individu (utamanya pendatang) mengerti karakteristik insan dalam perbedaan ini sebagai jalan dari tata cara budaya politik yang disampaikan.
Maka, dalam hal ini tidak cuma pada penduduk Tionghoa, Dayak, Jawa, dan Batak yang mampu dipahami dikala ini berdasarkan karakteristik wilayah budaya masyarakat lokal di Kalimantan Barat. Agama menjadi batasan bagi kehidupan mereka dalam setiap kegiatan mereka terapkan disetiap nilai dan akhlak masih berlaku dengan baik.
Maka tak aneh jikalau penduduk Batak dan Jawa serta Dayak sangat bagus dalam menggangu kehidupan penduduk (sebuah pengalaman saat bergaul dan berinteraksi dengan mereka). Lebih baik mengelak , kecuali dari kelas sosial berlainan.
Sejak usia sekolah, dan dewasa mereka sudah paham bagaimana bahagia menggangu kehidupan individu, kelompok, rakus, drama konflik berjalan dengan baik, baik itu (jan), dan Orang melayu dikala itu, apalagi orang Batak Sihombing misalnya dan Jawa (Islam-Kristen, Nasrani) dan Nasrani disekitar lingkungan RT 003.
Lengkap, bagaimana mereka hidup pada status mereka miliki dengan persembunyiannya tidak heran pada orang sekitar lingkungan itu. Bangga dan rasa malu pada kebudayaan mereka tiada ada pada setiap orang yang di interaksi, dan darimana mereka memperolehnya, jelas sekali bagaimana mereka hidup dengan seksualitas yang mereka ciptakan, dan kecurangan yang dibuat dengan desain klasik.
Proses produki mereka guna bertahan hidup merupakan karakteristik penduduk suku di Kalimantan Barat, pada politik 2018 (Partai Koalisi Golkar dan PPP) yang lalu itu begitu juga Tionghoa, agama dan filsafat dalam hal ini berperan kepada faktor sosial budaya mereka dikala ini.
Ketidaksenangan mereka terhadap pengetahuan yang miliki, maka orang Tionghoa juga demikian bertindak pada metode ekonomi yang dibuat, maka berkoalisi mereka sesama orang dayak dalam tata cara politik setempat, Indonesia.