Pelajari masyarakat suku Adat di Kalimantan, secara khusus di Kalimantan Barat dan Jakarta, menjadi bagian dari faktor kehidupan sosial budaya dan agama yang menempel pada dinamika sosial dan seksualitas yang berawal dari sebuah ruang romantic sebuah hubungan antar manusia.
Tetapi, ketika hal ini berada pada kondisi yang tidak baik contohnya hasil dari buah fikiran dan pemikiran sebuah ilmu wawasan menjadi dasar dari faktor kehidupan ekonomi mereka untuk bertahan hidup dengan aneka macam daerah yang ada di Lokal, Indonesia.
Budaya makan orang lebih bringas yakni suku Batak – Dayak Iban (makan orang dan penggal kepala) pada kurun kolonial Belanda, dan mampu dijumpai di pedalaman Kapuas hulu. Hal ini lebih menakutkan dari pulau Jawa ketika itu 1880an -1930an. Bagaimana mereka hidup dengan budaya, dan asimilasi serta mata pencaharian mereka yang selalu jail dalam kehidupan sosial mereka ketika itu.
Hal ini memiliki efek pada kebudayaan lokal yang berada sebuah penduduk secara umum, dengan menempel pada metode ekonomi Tionghoa Kemerdekaan – Reformasi saat itu, Persoalan yang berada pada sebuah pergeseran sosial yang baik dimengerti ialah, evolusi manusia berasal dari asimilasi budaya secara kasatmata.
Dengan berbagai faktor kehidupan sosial budaya dan agama yang menempel pada faktor kehidupan sosial budaya, dan metode kelas sosial pada budaya Indonesia akan sangat berbeda dengan budaya diberbagai Negara.
Dengan begitu, aneka macam hal terkait pencaharian peluang dalam suatu anggapan manusia, sampai mencapai dilemma kehidupan mereka sebagai orang Indonesia, pada metode ekonomi di Indonesia, menjadi dasar dari sifat insan kepada tata cara ekonomi diperkotaan.
Ketika hal ini menerangkan berbagai hal terkait insan itu pada tatanan ekonomi, menempel pada kebudayaan Tionghoa – sumbangan dibalik tembok agama Budha – Katolik – dan Protestan sudah menerangkan berbagai permulaan dari kehidupan penduduk Tionghoa Khen – Tiochu hingga dikala ini yang berada pada kondisi budaya berbeda terhadap kelas sosial masyarakat di Jakarta.
Persaingan kelas sosial menjadi bab dari kehidupan budaya Batak – Jawa dan agama saat itu hingga saat ini, mempunyai sistem budaya yang masih diterapkan sebagai bagian dari asimilasi kepada agama yang berada pada masalah pertentangan sosial, dan kekerasan khususnya pada tata cara seksualitas Rumah Tangga (masih agresif) bagian terkecil, termasuk budaya asimilasi yang tercatat begitu apik 1930an -1980an, Jakarta – Pontianak.