Visiuniversal—-Puitisasi Al Qur’an ialah kalimat-kalimat terjemahan Al Qur’an yang di gubah menjadi kata-kata puisi atau prosa yang mampu dibaca sepantasnya puisi.
Jika ingin menciptakan karya puitisasi Al Qur’an, atau puisi dari ayat Al Qur’an bahwa terjemahan Al Qur’an ialah arti dari adaftasi sang penyairnya, perlu wawasan dan pemahaman khusus bagaimana menafsirkan Al Qur’an dan menjadikannya sebuah karya sastra puisi Islami.
Puitisasi Al Qur’an dan Surah-surah Al qur’an dari beberapa ayat Al qur’an dalam kumpulan puitisasi Al Qur’an atau puisi Islami karya Penyair Bachtar Suryani yang di rangkum dari minpembantanan.blogspot.com.
Tadarus Puisi Islami, puitisasi Al Qur’an, baca puisi Islami di Bulan suci Ramadhan, puisi-puisi islami dan puitisasi Al Qur’an sebagai pengertian kepada nilai-nilai qur’ani. Puitisasi Al Qur’an yakni kalimat-kalimat terjemahan Al Qur’an yang di gubah dan diadaftasi dalam bentuk terjemahan menjadi kata-kata puisi atau prosa yang mampu dibaca selayaknya puisi.
Jika ingin menciptakan karya puitisasi Al Qur’an, atau puisi dari ayat Al Qur’an bahwa terjemahan Al Qur’an ialah arti dari adaftasi sang penyairnya, perlu wawasan dan pemahaman khusus bagaimana menafsirkan Al Qur’an dan membuatnya sebuah karya sastra puisi Islami. Berikut dibacakan Puitisasi Al Qur’an dan Surah-surah Al qur’an dari beberapa ayat Al qur’an dalam kumpulan puitisasi Al Qur’an atau puisi Islami karya Penyair-penyair Islam.
Puitisasi Al Qur’an yakni kalimat-kalimat terjemahan Al Qur’an yang di gubah menjadi kata-kata puisi atau prosa yang mampu dibaca sepatutnya puisi.
Jika ingin membuat karya puitisasi Al Qur’an, atau puisi dari ayat Al Qur’an bahwa terjemahan Al Qur’an adalah arti dari adaftasi sang penyairnya, perlu wawasan dan pemahaman khusus bagaimana menafsirkan Al Qur’an dan menjadikannya sebuah karya sastra puisi Islami.
Puitisasi Al Qur’an dan Surah-surah Al qur’an dari beberapa ayat Al qur’an dalam kumpulan puitisasi Al Qur’an atau puisi Islami karya Penyair Bachtar Suryani. yang di rangkum dari minpembantanan.blogspot.com.
Puisi yang dibacakan dalam tadarus Puisi Bulan suci Ramadhan dalam Channel Penyair Terselubung kali ini adalah puisi-puisi Islami atau Puitisasi Al Qur’an Karya-Karya Penyair Bachtar Suryani Sebagai bentuk adaftasi dan nukilan beberapa Ayat dalam Al Qur’an yang menjadi karya penyair dan interpretasi cara pembaca puisi dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.
Tags:
Sastra, susastra, sastra Islam, Puisi, puisi Islami, puitisasi Al Qur’an, terjemahan Al qur’an, puisi nukilan Surah, Nukilan Al Qur’an, Tadarus puisi, Baca puisi Ramadhan
#PuisiRamadhan2022
#TadarusPuisi
#PuitisasiAlQur’an
#Musikalisasipuisi
#PuisiadaftasiAlquran
#IdulFitri2022
1. Puitisasi Al Qur’an, Surah An Nahl ayat : 49 : Pada Mu semuanya
2. Puitisasi Al Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat : 186
– Bicaralah Siapa yang Rindu
– Puisi Kamar Terakhir
– Puisi Dalam Perburuan
3. Puitisasi Al Qur’an, Surah Al-Aadiat
– Kuda-kuda perang
– Rasul Penghabisan
4. Puitisasi Al Qur’an, Surah Al-Qaari’ah : Prahara
5. Puitisasi Al Qur’an, Surah An Nur ayat : 35 : Cahaya Atas Cahaya
6. Puitisasi Al Qur’an, Surah At-Tharik: Bola-bola Cahaya.
I
PADAMU SEGALANYA
(Adaftasi/Nukilan Surah An-Nahl ayat : 49)
Karya: Bachtar Suryani
Tuhan, dengan segenap iktikad dan hati yang ikhlas
Kuucapkan syahadah
Tiada arah pantas bersujud, tiada daerah apa
penghuni langit, penghuni daratan, penghuni maritim dan sebagainya.
Alangkah banyak kuasa semu
alangkah banyak panorama dan rona
dari waktu-kewaktu
yang melata dan memasuki dunia angan
semuanya takkan sebesar bubuk kuasa-Mu
segalanya ada alasannya adalah-Mu
segalanya lenyap pulang ke asal-Mu
semuanya layak hanya sujud pada-Mu
Apapun makhuk-makhluk mulia yang Kau cipta
dari serat-serat gugus cahaya
yang mampu segalanya
betapapun, tak pernah merasa tinggi
terlebih mendabik diri.
(Nukilan Surah An-Nahl : 49)
* * *
II
BICARALAH SIAPA YANG RINDU
Karya: Bachtar Suryani
Melintas belantara ini segenap malam
kau mengajukan pertanyaan di mana Tuhan
katakan bersahabat
dekat sekali
dari kuku dan daging di ujung jari
Tuhan niscaya menemui siapa
yang mencari
dan Tuhan akan mengejar
siapa yang rindu
Bila ingin bicara pada-Nya
bicaralah, karena seharusnya kita harus bicara tapi
ketika
lembut dalam sujud, mengadu
sebab garis nasib yang tergilas di padang perburuan
terperangkap trend yang gerang
dalam cadar kehidupan yang semakin kumal dan buram
bicara
dalam lembap air mata
untuk secangkir air tawar dan obat sedih, luka
karena penyakit rahasia yang menoreh parah
dan tikaman beribu panah kendala
Bila ingin bicara, bicaralah
dalam tafakkur
bisikkan hingga ke dasar hati
lewat sebuah ayat melalui lembaran kitab samawi
suatu beling paling tinggi.
(Nukilan Suarah Al-Baqarah ayat : 186).
KAMAR TERAKHIR
Karya: Bachtar Suryani
Sepi sekelilingku, sepi kamar ini
sementara yang terdengar hanya detak usia
yang kian bau tanah
melangkah tak henti-henti
mendekati pengembaraan akhir
sepi ruangan ini
yang ada hanya cerita hati
sementara aku makin jauh terasing
terdengar lirih tawa mengejek alpaku
terasa pedih ujung selagi menusuk-nusuk
pada sisa usia
yang kian renta
Di sini aku bagai sosok ajaib
menatap dinding dunia yang kian buram
menggemgam kebahagiaan yang senantiasa semu
sementara diri berkeping-keping
hancur, ditikam beribu kendala musim
Tuhan
hamba tunggu semua ini berujung
dan kamar penghabisan ini akan kutinggalkan
mengahadapmu
Tuhan
lidah hati dan mataku
menunggu di depan gerbangmu.
* * *
DALAM PERBURUAN
Karya: Bachtar Suryani
Seperti matahari yang menggelinding ke barat
cepat dan niscaya
lalu datang-datang membentur dinding langit
yakni insan
yang meniti ke ujung perjalanan tak bertanda
mirip matahari yang datang-tiba menukik ke
perut bahari
ke dalam dan sepi dalam acuh taacuh
tak bersuara apa-apa
lalu merangkak lagi dalam nyala yang pijar
esok pagi
yakni nasib
yang meniti ruas ekspresi dominan silih berganti
pada usia dan guratan nasib
kitapun merangkap
menyusuri langkah waktu
dan
pada lembar usia dan diam-diam di balik nasib
kitapun berlari dalam perburuan yang kasar
melawan tikaman beribu mata panah kendala
yang niscaya datang.
III
KUDA-KUDA PERANG
Karya: Bachtar Suryani
Demi kuda-kuda perang berkaki tembaga
yang berpacu berkejaran dengan gerang
menerbangkan kerikil-batu pijar dari kuku yang aben
dalam kabut subuh tiba-datang menyerbu
mengacauhamburkan kelompok lawan
sangat manusia
darahnya dihitami bintik dosa
enggan merendah diri dan balas kebijaksanaan
pada Tuhannya
biarpun bahwasanya beliau mengetahui
sangat insan
darahnya meleleh demi cinta pada harta
beliau rakus lantaran akal kancil
sangat manusia sering alpa
tentang maut wacana kebangkitan
dari kubur yang menghimpit
dan disingkapkan dinding rahasia/
perihal suatu hari
akan terlihat segala yang diperbuat.
( Nukilan Surah Al-Aadiat )
RASUL PENGHABISAN
Karya: Bachtar Suryani
Malam itu
telah terbit bulan penuh di celah bukit wida
di balik hijau lambaian pelepah kurma
di dataran gersang pasir-pasir sahara
malam itu
telah tiba rasul opsi
untuk ummat sepanjang zaman
dialah Muhammad, rasul penghabisan
malam itu
puncak keajaiban yang menarik
api abadi majusi tiba-datang padam bagai tersiram
dan berhala keliling punggung ka’bah
tiba-datang saja berjatuhan, tiba-tiba rebah
dan burung-burung peristiwa melemparkan hujan
watu-watu karang neraka yang pijar
ganas mengkremasi
kemudian ilahi lumatkan bala tentera dan gajah-gajah itu
bagai daun-daun muda yang dikunyah
lebur dan musnah
malam itu
telah menyembur sebersit cahaya bulan penuh
menembus dinding lembah dan tembok watu
merayapi dataran mengarungi bahari biru
menenteng kesegaran yang damai
hari ini
rahmat dan salam kita sampaikan
padamu Rasul opsi
Muhammad utusan Tuhan.
IV
P R A H A R A
Karya: Bachtar Suryani
Hanya AsmaMU Ya Allah, berair lidah dalam
pasrah yang rindu
Maha, kasih, Maha Sayang
Tahukah kalian wacana prahara itu
hari penghabisan semuanya tak menentu
hari itu
insan bagai belalang di padang buruan
dan gunung-gunung dan perut bumi berhamburan
bagai serabut kapas dalam topan
tetapi
orang-orang yang berlimpah timbangannya
amal baik dan dedikasi
kekal dalam kebahagiaan
dan orang-orang yang timbangannya terendam
ditindih dosa-dosa
adalah batu bara yang menyala
lebur dalam panas tak terhingga.
( Nukilan Surah Al-Qaari’ah )
VI
CAHAYA ATAS CAHAYA
Karya: Bachtar Suryani
Allah tebarkan cahaya pada lengkung langit
jagat semesta
dan cahaya itu bagai suatu renung
pada jendela yang tak tembus pandang
dan kerdip pelita di balik beling
kemilau kilat butir-butir mutiara
kemilau hangat bintang doria
menyala indah minyak zaitun yang sarat berkah
nadi akarnya menjamah di bumi purba
tetapi
tidak di upuk timur daerah fajar rekah menyala
tidak di kaki barat langit merah membara
dalam kelembutan minyak pelita
cemerlang sarat cahaya biarpun tidak disentuh api
dan Nur Ilahi
cahaya bersusun lapis atas cahaya
(dalam kabut dan sabuk demam isu yang berpacu
dalam samar rambu-rambu)
Hidayah Allah lah arah penentu
Pada busur langit
Allah tebarkan tutorial dalam cahaya
pada siapa saja yang rindu dan mencariNya
( Nukilan Surah An-nur ayat 35 )
* * *
IV
BOLA-BOLA CAHAYA
Adaftasi surah At Tharik
Karya: Bachtar Suryani
Pada lengkung langit dan bola-bola cahaya
ada seberkas diam-diam
apakah gerangan bola cahaya
bola itu bintang pijar di gelap malam
yang menghujam cahaya di ujung subuh
bayangan setiap manusia tersurat dalam genggam kuasa
dan perhitungan Tuhan
lalu wacana dirimu
dari mana ujud asalnya dirimu
dari cairan pekat yang bertumpah
di sela himpitan punggung ayah
dan tulang rangka dada bunda
ketika itu dalam kepastian Tuhan bangunkan
semua manusia dan dinding-dinding rahasia di
singkapkan
saat itu
terkapar insan tanpa daya
tak seorangpun mengulur sayang buatnya
demi langit yang menerbangkan biji-bijian
hujan
menyuburhijaukan ladang dan dedaunan
sungguh ayat ini kadar pembela
bukan mainan bukan akal bulus
dan orang-orang kafir itu telah menciptakan
rencana perkiraan
tapi Aku pun balik dengan perlawanan
dikala itu
berilah mereka tenggang waktu
dalam diam dan nasib tak menentu.
* * *
DALAM PERJALANAN
Karya: Bachtar Suryani
Perjalanan ini dalam demam isu yang berpacu
antara debu dan keringat
sebuah roda menggelinding
suatu lagi
lepas dari poros dan jalur lurus
membentur dinding kehidupan
beban yang menindih
nasib yang lirih
padan sebuah tikungan
rambupun patah
lembar-lembar kalender yang sobek dan jatuh
dan setangkai bunga tiba-datang layu
dalam berpacu
mengapa kita tidak menghitungnya
dalam perjalanan ini
daun-daun yang sobek
beterbangan
dan jatuh
yaitu usia kita
yang hilang tanpa terasa.
PERJALANAN PANJANG
Karya: Bachtar Suryani
Hidup yaitu tombak dan tetes air
perlahan dan mengalir
menguap dijamah waktu
lalu berangkat dalam perjalanan panjang
sebuah ketika hingga juga pada terminal simpulan
di pintu kebesaran Ilahi
tertumpuk segala untuk dijumlah
kemudian satu-satu tersingkap dinding belakang layar
satu-satu bicara dan memilih jalan sendiri
seperti apa yang dititinya dalam perjalanan
semula
dalam hidupnya
perjalanan balasannya datang juga di muara
dan arus itu bercabang dua :
Sorga atau Neraka
Dalam perjalanan hari ini
Kita meniti di tengah
meramu beban, membungkus untuk perjalanan
meniti ujung yang niscaya tiba./
TIBA-TIBA BUMI MENELAN KITA
Karya: Bachtar Suryani
Lembar-lembar daun yang sobek dan jatuh di tanah
pada mulanya hijau kuning lalu kering
sepanjang ekspresi dominan
mengapa kita tidak menghitungnya
mirip seikat mata uang atau butir-butir mainan
yang bersua di jalanan
daun-daun yang sobek
yang jatuh bersama angin
berserak sepanjang isu terkini
ialah lembar usia kita
tidak terasa langkah kita satu-satu menapaki lorong ini
pada siang pada malam
pada duka pada sepi
pada canda pada cahaya
pada panas pada mimpi
pada ingat pada lupa
pada apa
pada semuanya
kemudian tiba-tiba saja bumi menelan kita
melepaskan genggam kita
lembar-lembar daun yang terlepas dan jatuh/
mengapa kita tidak menghitungnya
lalu membungkus bekal untuk perjalanan
jauh sekali
tidak tahu
tiba-datang saja bumi menelan kita
sementara kita belum memiliki apa-apa.
* * *