Awalnya Bilang “Gombal” Namun Sebenarnya Ini yang Terjadi Saat Wanita Dipuji

Pernahkah Anda mengamati saat istri memakai baju gres lalu Anda memujinya, “Kamu cantik sekali dgn baju gres ini.”

Apa reaksinya? “Gombal.” Mungkin itu yg impulsif ia katakan. Anda menduga cuma itu reaksinya? Tidak.

Coba perhatikan membisu-diam. Umumnya, tatkala dipuji, perempuan memang menjawab sekenanya. Seakan-akan pujian itu tak terlalu berpengaruh. “Gombal”, “Merayu”, & kata-kata sejenis yg sering keluar dr lisan wanita dikala disanjung. Kadang malah suara kentut yg diucapkan “preet.”

Pria yg tak mengenali sifat perempuan, kadang tersinggung atau kecewa mengenali reaksi istrinya saat dipuji. Padahal, ucapan “gombal” & sejenisnya itu hanyalah reaksi di permukaan saja.

Saat seorang perempuan disanjung, hatinya gembira. Namun, rasa malu membatasi dirinya untuk menampakkan reaksi yg sebenarnya. Kadang pula ada rasa “harga diri” yg menghalanginya untuk eksklusif berterima kasih pada suami.

Coba amati membisu-membisu. Setelah suami yg memujinya itu pergi, sang istri kemudian akan pergi menghadap sesuatu. Tahu, apa sesuatu itu? Ya, benar. Cermin. ia akan bercermin. Sambil tersenyum, iya akan memandangi bayangannya sendiri. Saat itu bercampurlah rasa senang & kepercayaan diri. Yang semula ragu, akan terjadi dialog dlm dirinya, “Apakah saya betul-betul elok ya?” Dan iya akan memperoleh jawabannya, “Ah, iya. Seperti kata suamiku.”

Kalau sebelumnya ia sudah percaya diri, iman diri itu semakin meningkat. Dan balasannya, pasti kembali pada Anda, suaminya. Perasaan senang & percaya diri akan membuat wajah wanita lebih cerah & otot-ototnya lebih kencang. Dan itu kemudian pula akan lebih membahagiakan suami. Apalagi jikalau ia kemudian lebih tekun berhias untuk suami.

  Wahai Para Orang Tua, Lindungilah Anak-Anakmu

***

Para suami, sudahkah Anda memuji istri Anda? Temukan alasan-alasan untuk mampu memujinya. Saat memakai jilbab baru, dikala menggunakan busana yg harmonis, dikala mengolah makanan, ketika anak berprestasi, & seterusnya.

Berikan kebanggaan yg spesifik agar ia merasa pujian itu benar-benar ikhlas. Bukan pujian asal pilih. Melakukan apapun pujiannya sama: “Kamu paling manis sedunia, sayang”. Lama-lama istri jadi bosan, terlebih jika diucapkan sehari tiga kali. Pagi, siang & malam sesudah makan. Seperti minum obat ya 😀 Bisa-bisa istri pula komentar setengah protes, “Dari dahulu paling anggun sedunia, sekali-kali ubah dong pujiannya jadi paling manis seakhirat 😀

Bahkan, panggilan pada istri, kalau bisa pula romantis & mengandung pujian. Seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala mengundang Bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kadang ia mengundang “Aisy”, panggilan romantis yg “imut”. Kadang belum memanggil “Muwaffaqah”, panggilan romantis yg bertemaspiritual. Dan lebih sering ia mengundang “Humaira’” panggilan romantis yg mengandung kebanggaan keelokan. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]