Faktor- aspek yang menghipnotis struktur modal menurut Agus (2001 : 248 ) :
- Tingkat Penjualan. Perusahaan dengan pemasaran yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka mampu memakai utang lebih besar ketimbang perusahaan dengan pemasaran yang tidak stabil.
- Struktur Asset. Perusahaan yang mempunyai asset tetap dalam jumlah banyak mampu menggunakan utang dalam jumlah banyak, hal ini disebabkan alasannya adalah dari skala perusahaan besar akan lebih mudah memakai akses ke sumber dana daripada perusahaan kecil.
- Tingkat Pertumbuhan Perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar keperluan dana untuk pembiayaan perluasan.
- Profitabilitas. Profitabilitas masa sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur keuntungan. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih bahagia menggunakan keuntungan ditahan sebelum memakai utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, keuntungan ditahan, kemudian utang, dan terakhir pemasaran saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya termurah ialah utang, lalu saham preferen dan yang paling mahal yaitu saham biasa serta keuntungan ditahan. Pertimbangan lain yakni bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham gres justru ialah sinyal negatif sebab pasar mengintreprestasikan perusahaan dalam keadaan kesusahan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang menyebabkan terjadinya ilusi dan pemegang saham akan mempertanyakan kemana keuntungan yang diperoleh selama ini? Hal ini juga tidak terlepas adanya info yang tidak simetris atau asymatric information antara manajemen dengan pasar. Manajemen terang memiliki informasi yang lebih perihal kesempatan perusahaan dibandingkan pasar. Dengan demikian kalau tidak ada argumentasi yang kuat untuk diversifikasi misalnya, maka pemasaran saham baru justru mengakibatkan harga saham turun.
- Variabel laba dan sumbangan pajak. Variabel ini sangat dekat kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika variabilitas laba perusahaan kecil maka perusahaan mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang.
- Skala Perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well- established akan lebih mudah mendapatkan modal dari pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
- Kondisi Intern Perusahaan dan Ekonomi Makro. Perusahaan perlu menanti dikala yang sempurna untuk memasarkan saham dan obligasi.
Faktor- faktor struktur modal berdasarkan Brigham and Huston (2006 : 42 ):
- Stabilitas Penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi, dibandingkan perusahaan yang kurang stabil penjualannya.
- Struktur Aktiva. Perusahaan yang aktivanya cocok selaku jaminan atas pemberian condong lebih banyak menggunakan utang.
- Leverage Operasi. Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan, sebab perusahaan tersebut akan memiliki resiko bisnis yang lebih kecil.
- Tingkat Pertumbuhan. Perusahaan yang tumbuh dengan segera mesti lebih mengandalkan diri pada dana eksternal.
- Profitabilitas. Perusahaan – perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. Meskipun tidak terdapat pembenaran teoritis atas fakta ini, salah satu pembenaran mudah yaitu bahwa perusahaan- perusahaan yang sungguh menguntungkan mirip Intel, Coca cola, Microsoft, memang bekerjsama tidak banyak membutuhkan pendanaan melalui hutang. Tingkat pengembalian mereka yang tinggi memungkinkan mereka melaksanakan sebagian besar pendanaan secara internal.
- Pajak. Bunga yakni beban yang mampu menjadi pengurang pajak, dan pengurang pajak yakni hal yang sungguh berguna bagi perusahaan dangan tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu, kian tinggi tarif pajak sebuah perusahaan kian besar manfaat yang diperoleh dari utang.
- Pengendalian. Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mensugesti struktur modal. Jika administrasi memiliki suara 50 persen terhadap sahamnya, tetapi perusahaan berada dalam posisi dimana mereka tidak bisa berhutang lagi, maka administrasi mampu berhutang sebagai alternatif untuk pendanaan- pendanaan gres. Atau administrasi bisa memakai ekuitasnya kalau situasi keuangan perusahaan begitu lemah sehingga penggunaan hutang dapat mempunyai resiko gagal bayar yang serius. Akan tetapi kalau penggunaan utang sedikit, administrasi dapat juga diambil oleh pihak lain. Jadi pendapatpengendalian dapat juga diambil dari utang ataupun ekuitas, tergantung dari posisi perusahaan.
- Sikap Manajemen. Sikap menajemen yang cenderung konservatif akan menggunakan lebih minim utang dibandingkan dengan rata- rata perusahaan didalam industri mereka. Sedangkan menajemen yang bersikap agresif memakai lebih banyak utang didalam penelusuran mereka akan laba yang tinggi.
- Sikap pemberi santunan dan agen pemberi peringkat.
- Kondisi pasar. Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami pergantian baik jangka panjang maupun jangka pendek mampu memberi arti penting pada struktur modal sebuah perusahaan yang maksimal.
- Kondisi internal perusahaan.
- Fleksibilitas keuangan.