Berbagai suasana terkait dengan adonan keinginan dan panik yang kuat menyertai permulaan 2021 di sebagian besar dunia. Para ilmuwan sudah menciptakan beberapa vaksin untuk penyakit yang bahkan tidak bernama kali ini tahun kemudian. Tetapi banyak negara, tergolong Inggris dan AS, masih tersandung lewat masa pandemi paling mematikan.
Bayangan Covid tidak akan mulai terangkat, bahkan di negara-negara kaya, selama berbulan-bulan. Inggris ialah yang pertama menyepakati vaksin dan sudah mengamankan pasokan yang luas, tetapi anjuran Boris Johnson bahwa kehidupan mungkin kembali normal menjelang Paskah secara luas dipandang optimis.
Negara lain, khususnya di selatan, menghadapi penantian yang usang untuk menerima vaksin, dan menolong membayarnya. Pembangunan kembali ekonomi yang hancur oleh Covid di mana-mana akan lambat, bahkan negara-negara yang berhasil mengatasinya terpukul, dari Vietnam sampai Selandia Baru.
Tetapi dikala bahaya langsung rampung, dunia akan menghadapi tantangan besar yang lain yang pada tahun wajar akan mendominasi info utama. Mungkin yang paling mendesak – meski tidak selalu dianggap mirip itu oleh politisi – yakni krisis iklim. Kebakaran hutan dan cuaca ekstrim telah memusatkan perhatian pada biaya pemanasan dunia, dan jendela yang menyempit untuk meminimalkan emisi dan menangkal peristiwa pemanasan global.
Pada bulan November, para pemimpin dunia akan berjumpa di Glasgow untuk pertemuan puncak penting. Karena penundaan selama setahun karena pandemi, ada tekanan yang meningkat bagi mereka untuk menyepakati langkah-langkah baru yang signifikan.
Dengan mengetahui bahwa angka pertumbuhan yang lebih hijau yakni prioritas bagi presiden AS yang baru Joe Biden, sehabis ia menyanggupi janji kampanye pertamanya untuk mengalahkan Covid. Kemampuannya untuk memengaruhi ini dan duduk perkara yang lain akan diputuskan sebagian besar oleh penyeleksian khusus untuk dua bangku Senat Georgia pada 5 Januari. Kontrol Senat bergantung pada hasil.
Kini, Joe Biden juga mesti mempertimbangkan bagaimana membangun kembali reputasi negaranya di luar negeri, setelah proyek garang Donald Trump “America First” menjadikannya mundur dari keharusan internasional dan menyerang institusi multilateral seperti NATO. Hubungan dengan Beijing, yang telah memburuk dengan segera di bawah Trump, juga condong menjadi fokus khusus.
Setelah bergerak cepat untuk menahan virus corona, China sudah kembali ke perkembangan, dan komitmen perdagangan dengan UE pada tamat Desember adalah pengingat betapa menariknya ekonominya bagi investor global.
Tetapi masih ada kebencian di banyak negara atas penanganan China pada hari-hari permulaan pandemi dan keengganan yang terperinci untuk mengizinkan penyelidikan internasional independen perihal asal-ajakan Covid-19.
Kepemimpinan komunis negara itu juga berada di bawah pengawasan yang meningkat atas pelanggaran hak asasi manusia, dari undang-undang keamanan yang dipakai untuk merusak gerakan pro-demokrasi Hong Kong, hingga kamp interniran untuk minoritas Muslim di provinsi Xinjiang barat jauh.
Pada akhir periode jabatannya, Trump telah mengubah kebijakan selama beberapa dekade, mengambil tindakan tegas kepada Beijing dalam persoalan jual beli dan diplomatik, tergolong memperkuat santunan militer dan politik untuk Taiwan. Biden diperkirakan akan mencari pendekatan yang tidak terlampau konfrontatif.
Dengan kepergian Trump, 2021 juga akan menjadi cobaan bagi orang-orang besar lengan berkuasa populis yang lain. Benjamin Netanyahu dari Israel akan menghadapi penyeleksian lazim keempatnya dalam dua tahun sementara masalah korupsi terus berlanjut.
Menurut, Jair Bolsonaro dari Brasil menuju masa jabatan ketiga dari abad jabatan empat tahun, namun ketika pembayaran pandemi berakhir, popularitasnya bisa menukik. Di bawah ini, koresponden kami di seluruh dunia melihat lebih rincian apa yang mungkin terjadi pada 2021. Emma Graham-Harrison.