Alasan Satu Jam Dibagi 60 Menit




Hipparchus and astronom Yunani yang lain menerapkan teknik astronomi yang sebelumnya dikembangkan oleh orang Babilonia yang bermukim di Mesopotamia. Masyarakat Babilonia membuat perhitungan astromi dalam tata cara sexagesimal (menurut angka 60) yang mereka peroleh dari Bangsa Sumeria yang sudah dikembangkan sekitar 2000 Sebelum Masehi.

Walaupun tidak dikenali pasti mengapa angka 60 yang diseleksi, mampu jadi angka inilah yang paling dianggap nyaman dalam perhitungan, karena inilah angka terkecil yang bisa dibagi oleh lima angka sebelumnya, juga oleh angka 10, 12, 15, 20, dan 30.

Namun, waktu jam yang beragam atau berlainan-beda dalam satu hari masih digunakan oleh orang selama berabad-periode, hingga kesudahannya jam mekanik diciptakan pertama kalinya di Eropa pada abad ke-14.

Eratosthenes, seorang astronom Yunani yang hidup pada sekitar 276 hingga 194 Sebelum Masehi menggunakan tata cara sexagesimal untuk membagi sebuah bundar menjadi 60 bagian. Ia menggunakan tata cara sexagesimal ini untuk menciptakan tata cara lintang, ialah garis-garis horizintal, yang melintasi kawasan-tempat tersohor di bumi pada kala itu.

Seabad lalu, Hipparchus menciptakan garis-garis lintang secara sejajar dan terorganisir, berdasarkan garis bumi. Ia juga menciptakan metode garis bujur dalam 360 derajat dari utara ke selatan, dari kutub yang satu ke kutub lainnya.

Dalam karyanya Almagest (sekitar tahun 150), Claudius Ptolemaeus menerangkan dan memperluas karya Hipparchus dengan membagi 360 derajat lintang dan bujur dalam bab yang lebih kecil lagi. Setiap derajat dibagi ke dalam 60 bab yang dibagi lagi menjadi 60 bagian yang lebih kecil lagi.

Tampilan arloji membagi jam dalam setengah, sepertiga, seperempat, bahkan kadang dalam 12 bab. Namun, tak pernah dalam 60 bagian. Bahkan, dikala itu jam tak pernah dimengerti sebagai durasi dari 60 menit. Menit dianggap tidak mudah untuk ditampilkan pada arloji sampai mendekati selesai kala ke-16, hingga terciptanya arloji yang lebih mutakhir. (Titania Febrianti. Sumber: Michael A. Lombardi, Time and Frequency Division, Scientific American.)