Khalifah Al Ma’mun terpengaruh paham mu’tazilah. Ia meyakini Al-Qur’an yakni makhluk & memaksakan paham itu pada seluruh rakyat. Maka ia pun memerintahkan Kepala Polisi Ishaq bin Ibrahim biar mengumpulkan para ulama & menguji mereka. Seraya mengeluarkan ancaman keras pada para penentangnya.
Takut dgn bahaya tersebut, seluruh ulama mengamini paham khalqul Qur’an, kecuali empat orang ulama. Imam Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin Nuh Al-Jundaisafuri, Ubaidillah bin Umar Al-Qawariri, & Al-Hassan bin Hammad Sajjadah.
Daftar Isi
Mati Mendadak Setelah Menangkapi Ulama
Atas perintah Al-Ma’mun, Ishaq bin Ibrahim kemudian menangkapi ulama tersebut. Al-Hassan bin Hammad Sajjadah & Ubaidillah bin Umar Al-Qawariri mengamini paham itu sehabis mendapat ancaman cambuk. Ishaq pun melepaskan keduanya.
Tinggallah Imam Ahmad & Muhammad bin Nuh. Ishaq menenteng keduanya dr Baghdad menuju Tarsus, kawasan Al-Makmun sedang berada. Di tengah perjalanan, Imam Ahmad merasakan pemberian umat meskipun sebagiannya tak terucap.
Ketika tiba di Rahbah, tepi Sungai Eufrat yg berjarak sekitar 8 Km dr Baghdad, seorang pemintal wol menemui Imam Ahmad.
“Wahai Imam Ahmad, jikalau kebenaran membuatmu terbunuh maka kau-sekalian mati sebagai syahid. Dan bila kau-sekalian tetap hidup maka kamu-sekalian hidup mulia.” Kalimat laki-laki menguatkan semangat Imam Ahmad.
Ketika pasukan itu beristirahat di sebuat kawasan persinggahan berikutnya, Abu Ja’far Al-Anbari tiba menemui Imam Ahmad. Susah payah menyeberangi Sungai Eufrat, Al-Anbari menjinjing pesan umat.
“Imam Ahmad, kamu-sekalian yakni kepala bagi badan umat. Demi Allah, kalau kau-sekalian menyatakan Al-Qur’an yakni makhluk, niscaya semua orang akan menyampaikan hal serupa. Namun jikalau kau-sekalian tak mengakuinya, masyarakat pula tak akan mengakuinya. Kalaupun kau-sekalian tak mati dibunuh, kelak kamu-sekalian pasti akan mati juga. Kematian itu pasti, maka bertaqwalah pada Allah & jangan turuti kemauan mereka.”
Mendengar itu, Imam Ahmad menangis. “Masya Allah, ulangilah apa yg kau-sekalian katakan wahai Al-Anbari.” Tatkala Al-Anbari mengulangi kalimatnya, Imam Ahmad makin terisak.
Di tengah malam saat istirahat berikutnya, Imam Ahmad mendirikan sholat tahajud. Ia berdoa pada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah tak mempertemukannya dgn Al-Makmun selamanya. Imam Ahmad mengulang-ulang doanya.
Rajab 218 hijriyah. Sebelum Imam Ahmad & Muhammad bin Nuh tiba di Tarsus, Khalifah Al-Makmun mati mendadak tanpa ada tanda-tanda sakit sebelumnya.
Gila Setelah Menangkapi Ulama
Hajjaj terkenal sebagai panglima perang paling kejam dr Bani Umayyah. Ia sudah membunuh 120 ribu nyawa baik dlm perang maupun di luar perang, termasuk para ulama.
Hingga tibalah puncaknya, dikala Hajjaj ingin mengeksekusi Sa’id bin Jabir. Hajjaj menilai ulama besar tabiin itu adalah lawan politik yg merintangi rezimnya.
Tak mau pribadi mengeksekusi, Hajjaj merekayasa sebuah persidangan untuk menandakan bahwa Sa’id bersalah. Dalam sidang itu, Hajjaj bertanya perihal siapa Muhammad. Tentu saja, Said bin Jubair menjawab tegas. “Muhammad adalah Rasulullah, Nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam.”
“Bagaimana pendapatmu wacana Ali, apakah ia masuk surga atau masuk neraka?” Hajjaj berharap Sa’id terjebak dgn pertanyaan ini.
“Jika kamu-sekalian masuk surga, tentu kamu-sekalian akan tahu siapa pun orang-orang yg masuk nirwana” jawab Sa’id, menciptakan Hajjaj sungguh marah.
“Bagaimana pendapatmu ihwal para khalifah?” Kini Hajjaj berharap Sa’id tak mampu lari dr pertanyaan ini.
“Aku tak berwenang menganggap mereka,” lagi-lagi jawaban Sa’id membuat Hajjaj mati langkah. Tanya jawab di pengadilan itu terus berjalan hingga beberapa lama. Hingga balasannya, meskipun tak ada kesimpulan tegas bahwa Sa’id bersalah, Hajjaj tetap mengeksekusinya.
“Pilih cara pembunuhan apa yg ananda inginkan dariku?” kata Hajjaj yg darahnya sudah mendidih.
“Justru engkaulah yg mesti memilih untuk dirimu sendiri wahai musuh Allah. Demi Allah, bila kau-sekalian hari ini membunuhku dgn suatu cara, gue akan membunuhmu dgn cara yg sama di alam baka nanti.”
Ulama yg mulia ini kemudian digiring ke kawasan eksekusi. Sebelum menghadap Allah, Sa’id berdoa: “Ya Allah, Jangan berikan potensi pada Hajjaj untuk menghukum seorangpun sehabis kematianku.”
Doa itu menggetarkan langit. Tak lama kemudian, Hajjaj dihantui panik. Ia sering mengigau. Tidurnya tak mampu lelap. Seperti ada Sa’id yg mencengkeram tenggorokannya. Dan tatkala ia terjaga, ia terngiang-ngiang nama Sa’id. Hajjaj sudah mirip orang ajaib. Hajjaj jadi sering berteriak-teriak: “Wahai orang-orang, ada apa dgn Sa’id bin Jubair? Mengapa setiap kali gue akan tidur, Sa’id mencengkeram tenggorokanku?”
Akhirnya, lima belas hari sesudah wafatnya Sa’id, Hajjaj pun meninggal. Meninggal dlm keadaan terhina. Meninggal mirip meninggalnya orang abnormal.
Ada yg Dibiarkan di Dunia
Tidak semua penguasa yg menangkapi ulama pribadi menerima siksa di dunia. Ada kalanya, Allah membiarkan mereka berumur panjang. Bahkan semakin berkuasa. Bukan berarti mereka selamat, justru Allah berkehendak melipatgandakan siksa-Nya di darul baka.
Bukankah dlm Al-Qur’an ada cerita Ashabul Ukhdud? Penguasa saat itu bukan hanya menangkap ulama namun pula mengeksekusinya. Juga mengeksekusi seluruh orang beriman dgn memasukkan mereka ke dlm parit yg apinya berkobar-kobar. Apakah penguasa zalim saat itu pribadi mati? Tidak. Bahkan ia menang. Namun, adzab di darul baka menantinya.
قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ . النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ . إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ . وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ . وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ . الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ . إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
Binasa & terlaknatlah orang-orang yg membuat parit, yg berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, tatkala mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka melihat apa yg mereka perbuat terhadap orang-orang yg beriman. Dan mereka tak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan alasannya adalah orang-orang mukmin itu beriman pada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang memiliki kerajaan langit & bumi; & Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yg mendatangkan cobaan pada orang-orang yg mukmin laki-laki & wanita kemudian mereka tak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam & bagi mereka azab (neraka) yg membakar. (QS. Al Buruj: 4-10)
Di masa Islam pula banyak penguasa yg menangkapi ulama bahkan mengeksekusi mereka tanpa kesalahan yg terperinci. Tidak semua otak kezalimat itu mati secara tiba-tiba seperti Al-Ma’mun atau gila mirip Al Hajjaj. Namun, setiap kezaliman pastilah akan ada pembalasannya. Kalau tak di dunia ini, pasti di alam baka nanti. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]