Ajarkan Calistung di PAUD Akibatkan Anak Mental Hectic

Ajarkan Calistung di PAUD Akibatkan Anak Mental Hectic (MH) –Itulah kenapa di forum PAUD tak boleh diajarkan Calistung. Pada masa anak usia dini sebaiknya orang bau tanah atau pendidik tak buru-buru mengajarkan baca tulis & hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena ‘Mental Hectic’.

MENTAL HECTIC, Penyakit Mental yg Menyerang Anak Usia Dini yg Dipaksa Belajar baca tulis hitung.

”Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di ketika kelas 2 atau 3 SD (Sekolah Dasar). Oleh karena itu jangan besar hati bagi Anda atau siapa pun yg mempunyai anak usia dua atau tiga tahun sudah mampu membaca & menulis,” (Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas).

Oleh alasannya adalah itu, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada ‘qitah’-nya. Kemendiknas mendorong orang bau tanah untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dgn menentukan sekolah PAUD yg tak mengajarkan calistung apalagi mengikutkan anak usia dini untuk ikut les atau pelajaran pelengkap.

Saat ini banyak orang bau tanah yg terjebak dikala menentukan sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yg biayanya mahal, fasilitas glamor, & mengajarkan calistung merupakan sekolah yg baik. ”Padahal tak begitu, apalagi orang renta memilih sekolah PAUD yg mampu mengajarkan calistung, itu keliru,”

Sekolah PAUD yg cantik justru sekolah yg memberikan potensi pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dgn beban akademik, tergolong calistung.  Dampak memperlihatkan pelajaran calistung pada anak PAUD akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ”Bahaya untuk pelanggan pendidikan, yakni anak, khususnya dr sisi mental,”

Memberikan pelajaran calistung pada anak dapat menghambat kemajuan kecerdasan mental. ”Makara tak main-main itu, ada namanya ‘mental hectic’, anak bisa menjadi pemberontak,”

  Juknis PAUD 2019 Bantuan Lengkap (Updated)

Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang renta ataupun pengelola PAUD, yg kadang kala gembira jikalau lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo menyampaikan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan semoga PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendikbud No 137/2014. ”SK nya sudah keluar, jadi jangan asal pilih menunjukkan pelajaran calistung,”

Sosialisasi tersebut, kata Sudjarwo, sudah dikerjakan melalui aneka macam pertemuan di tingkat kabupaten & provinsi.  Maka Sudjarwo sangat berharap pemerintah daerah mampu menindaklanjuti komitmen pusat untuk mengembalikan PAUD pada jalurnya. ”Paling penting pemda dapat melakukan tindak lanjutnya,” jawab ia.

Sementara itu, pada peluang yg sama, Srie Agustina, Koordinator Komisi Edukasi & Komunikasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), menyatakan, memilih mensosialisasikan produk pendidikan  merupakan penggalan dr fungsi & tugas BPKN untuk melakukan tunjangan terhadap konsumen.

Ajarkan Calistung di PAUD Akibatkan Anak Mental Hectic

Dalam hal ini, kata Srie, BPKN mengutamakan sosialisasi pada anak usia dini. Sebab menurut Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki empat hak dasar.  Salah satunya yaitu hak untuk mendapatkan bantuan dlm kerugian dr barang & produk, termasuk produk pendidikan. ”Untuk itu sejak dini anak dilibatkan, sebab di usia itulah pembentukan karakter terjadi,” papar Srie.

Bagi Para Pengelola PAUD di Jawa Tengah download surat edaran ihwal larangan calistung di PAUD Klik Disini, & untuk pengelola PAUD di seluruh Indonesia dapat menggunakan surat edaran Dikdasmen No. 1839/C.C2/TU/2009

Namun menurut Srie, mengedukasi ihwal suatu produk mesti menggunakan metode khusus. Tidak dapat berwujud instruksi & larangan, tetapi dgn cara yg mengasyikkan, salah satunya dgn ekspo mewarnai sebagai salah satu teknik untuk menunjukkan edukasi. ”Dengan mewarnai, mereka bisa terlibat & merasa lebur di dalamnya, selain itu dlm gambar yg diwarnai tersebut disisipkan pesan-pesan yg ingin disampaikan,” pungkasnya.

  Jenis-Jenis Layanan PAUD – Kelembagaan PAUD Indonesia

Calistung sangat memiliki potensi menimbulkan Mental Hectic manakala kegiatan tersebut tak mampu mengakomodir “cara berguru” belum dewasa. Proses belajar yg kaku & sistematis yakni faktor utama belum dewasa mengalami “kebosanan”. Proses yg terus menerus diulang-ulang pada akibatnya membentuk struktur kognitif mereka “semrawut balau”. Yang sebaiknya meningkat dgn baik, malah dihalang-halangi. Sementara yg bukan potensinya, malah dipaksakan untuk berkembang.
Rekomendasi : Seberapa jauh calistung menjadikan mental hectic ?