![]() |
Apa itu Mujahadah |
Mujahadah merupakan salah satu istilah yg sering kita jumpa dlm pengajian ilmu tasawwuf atau budbahasa. Perkataan “mujahadah” berasal daripada perkataan “jihad”, yg bererti usaha yg bersungguh-sungguh untuk mencapai kebaikan yg diredai Allah. Ia pula membawa pengertian penentangan (perlawanan) terhadap anasir-anasir yg hendak merusakkan negara atau lain-lain seperti hawa nafsu, diktator, kezaliman & sebagainya.
Dalam kamus al-Mu’jam Al-Arobi al-Asasi menyebutkan
المجاهدة : اشتقاقاً من الجهد وهو الطاقة المبذولة لعمل معين
Kata Mujahadah diambil dr kata al-juhdu artinya kemampuan yg di kerahkan untuk pekerjaan tertentu
Imam al-Jurjani dlm kitab At-Tarifat
وقال الجرجاني في كتابه التعريفات: “المجاهدة: في اللغة: المحاربة، وفي الشرع: محاربة النفس الأمَّارة بالسوء بتحميلها ما يشقُّ عليها بما هو مطلوب في الشرع”.
Al-Mujahadah dlm artian bahasa adalah “Al-Muharobah” artinya memrangi atau berperang, & berdasarkan pemahaman syara yakni: “Memerangi nafsu amarah buruk dgn membebankan (menjalankan) pada sesuatu yg bisa mematahkan nafsu amarah dgn sesuatu yg di perintahkan dlm agama”
Dalam kitab Mizanul Amal karya Imam al-Ghazali rahimahullah mengatakan
وعرَّفَها أهل الاصطلاح بأنها: معالجة للنفس بتزكيتها، لتفضي إلى الفلاح
Ahli Istilah sebenarnya Mujahadah ialah pengobatan atau perawatan Nafsu dengam cara membersihkanya agar mencapai pada kebahagiaan
Dalam ilmu tasawwuf, mujahadah lebih menitikberatkan pada usaha melawan hawa nafsu dengan-cara bersungguh-sungguh untuk mencapai reda Allah. Orang yg bermujahadah dipanggil mujahid (bukan mu jahat).
Pendapat Paara Ulama ihwal Mujahadah
Imam Abu Ali Ad-Daqaq pernah berkata mengenai mujahadah dikitip dlm kitab al-gunyah & pula swmisalnya dlm kitab fathul bari syarah asli al bukhari:
من زين ظاهره بالمجاهدة، حسن الله سرائره بالمشاهدة، قال الله عز وجل: والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا [العنكبوت: ٦٩] وكل من لم يكن في بدايته صاحب مجاهدة لم يجد من الطريقة شمة
“Baransiapa yg menghiasi dzahirnya dgn mujahadah, maka Allah akan menganugrahi batinnya dgn musyahadah. Allah Azza wa Jalla berfirman: “Dan orang-orang yg berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, sungguh-sungguh akan Kami tunjukkan pada mereka jalan-jalan Kami (QS. Al-Ankabut 69)”. Dan siapapun orang yg dlm permulaan perjalanan hidupnya tak pernah mencicipi mujahadah, maka tidak mungkin mata hatinya akan menemukan musyahadah.”
Pada peluang lain, dia pernah berkata kembali
من لم تكن له في بدايته قومة لم يكن له في نهايته جلسة
“Seseorang yg pada awalnya tak pernah berdiri, maka pada hasilnya ia tak akan bisa duduk.”
الحركة بركة، حركات الظواهر توجب بركات السرائر
“Gerakan itu ada keberkahan, Gerakan-gerakan Dzohir akan memutuskan keberkahan-keberkahan segala yg tersembunyi (Bathin)”
Syekh Abu Utsman Al Maghriby (masih dlm kitab al-Gunyah) menyampaikan
من ظن أنه يفتح له بهذه الطريقة أو يكشف له عن شيء منها لا بلزوم المجاهدة فهو في غلط
“Barangsiapa yg menyangka akan terbuka baginya dgn tariqah ini atau akan terurai baginya sesuatu dr tariqah itu dgn tak membiasakan mujahadah maka usulan itu keliru.”
Dalam kitab Thabaqatul Shufiyah Syaih Yazid al Busthami mengatakan
قال الشيخ أبو يزيد البسطامى (ت:234هـ): «عملت في المجاهدة ثلاثين سنة، فما وجدت شيئا أشد علي من العلم ومتابعته ولولا اختلاف العلماء لتعبت، واختلاف العلماء رحمة، إلا في تجريد التوحيد»
Aku menunaikan Mujahadah dlm 30 tahun, tak gue temukan sesuatu yg lebih berat dibandingkan dengan ilmu & mengikuti ilmu itu, kalaulah bukan lantaran ikhtilaf ulama maka gue niscaya akan letih, & ikhlilaf pada ulama ialah rahmag kecuali dlm mengupas tauhid
Imam Al Qusayry menyampaikan dlm kitab Risalah Al-Qusyairiyah
واعلم أَن أصل المجاهدة وملاكها فطم النفس عَنِ المألوفات وحملها عَلَى خلاف هواها فِي عموم الأوقات
Ketahuilah bahwa prinsip dasar mujahadah yaitu menangkal jiwa dr kebiasaan – kebiasaannya & memaksanya untuk menentang hawa nafsu jahatnya sepanjang waktu.
Dzunun Al Mishry menyampaikan berhubungan dgn mujahadah, bahwa kerusakan merasuki diri seorang hamba dikarenakan enam hal. Yaitu;
- Pertama, mereka memiliki niat yg lemah dlm melakukan amal amal untuk kehidupan darul baka.
- Kedua, tubuh hamba sering diperbudak oleh nafsunya.
- Ketiga, mereka tak henti hentinya mengharapkan perolehan duniawi, bahkan sampai detik – detik menjelang ajalnya.
- Keempat, mereka lebih senang mengasyikkan makhluk daripada menggapai ridha Allah Swt.
- Kelima, mereka memperturutkan hawa nafsunya & mengabaikan jalan hidup mirip yg ditempuh oleh Nabi Saw.
- Keenam, mereka membela diri, dgn menyebutkan beberapa kesalahan orang lain & tak pernah menghargai prestasi para pendahulunya.
Selain itu, para ulama salaf sering berpesan semoga seseorang bersungguh-sungguh dlm menempuh hidup & menjalani kebenaran. Diantaranya yaitu Imam As-sirri, ia berkata :
“Bersungguh-sungguhlah kalian sebelum sampai pada batas akhir kesanggupan yg membuat kalian lemah, & kurang sebagaimana kelemahan & kekurangan fisik kalian.”
Sedangkan sebagian ulama sufi, mirip Al-Qazaz menunjukkan teori tentang mujahadah dlm menempuh jalan menuju kebenaran. Ia menyederhanakan menjadi tiga hal, yaitu:
- Bersungguh-sungguh menahan lapar
- Bersungguh-sungguh mempertahankan tidur
- Bersungguh-sungguh mempertahankan lisan
Dan Sesungguhnya, mujahadah itu dibangun diatas 3 hal, Yakni:
- Hendaklah kau-sekalian tak makan kecuali sungguh-sungguh lapar
- Hendaklah kamu-sekalian tak tidur, kecuali sungguh-sungguh mengantuk
- Hendaklah kau-sekalian tak bicara kecuali betul-betul terdesak
Antara Mujahadah & Riyadhah
Mujahadah & riyadhah adalah suatu usaha & proses kita dengan-cara aktif, terus menerus, tanpa henti, dlm perjalanan menuju Tuhan. Sepertinya gampang diucapkan, tetapi sukar dikerjakan.
Mujahadah yaitu perjuangan keras menaklukkan hawa nafsu, kecenderungan, & kebiasaan hidup kita yg bisa mendorong pada maksiat. Mujahadah inilah yg disampaikan oleh Rasulullah tatkala selesai perang Badar, dlm hadis yg sering dikutip oleh para sufi.
“Kalian semua pulang dr sebuah peperangan kecil menuju peperangan besar. Lalu ditanyakan pada Rasulullah, apakah pertempuran besar wahai Rasulullah? Rasul menjawab, pertempuran melawan hawa nafsu”.
Pengertian Riyadhah
Riyadhah merupakan proses penempaan diri untuk penguatan spiritual. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutnya riadat yg dengan-cara harfiah latihan, yakni perihal bertapa dgn mengekang hawa nafsu (memantang banyak sekali masakan & sebagainya).
Bisa dikatakan pula Riyadhah adalah usaha & praktek spiritual dengan-cara aktif, terus menerus, dengan-cara berkala , semoga bisa sibuk mendekatkan diri pada Allah & terjauh dr jalan melaksanakan segala laranga-Nya lewat ibadah wajib maupun sunah, serta aneka macam bacaan seperti zikir, wirid, & hizib,
Imam Al-Ghazali Rahimahullah menyebut empat jalan laku riyadhah. Empat jalan tersebut berkaitan dgn pengendalian konsumsi kuliner, pengurangan jam tidur, pembatasan hasrat untuk bicara di luar kepentingan, & menelan pahitnya langkah-langkah orang lain yg tak menggembirakan.
والرياضة على أربع أوجه القوت من الطعام والغمض من المنام والحاجة من الكلام وحمل الأذى من جميع الأنام فيتولد من قلة الطعام موت الشهوات ومن قلة المنام صفو الإرادات ومن قلة الكلام السلامة من الآفات ومن احتمال الأذى البلوغ إلى الغايات
Artinya, “Riyadhah ditempuh dgn empat jalan, yakni (memenuhi) kuliner pokok, memejamkan mata dr tidur, & menelan pahit sikap menyakitkan dr orang lain. Sedikit makan meredam gejolak syahwat. Sedikit minum mampu menyucikan kehendak & fikiran. Sedikit bicara menenteng keselamatan dr peristiwa & kecelakaan. Menelan pahit perilaku menyakitkan dr orang lain (yang tak masuk pidana) mampu memberikan kita pada tujuan-tujuan spiritual,” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70-71).
Riyadhah & mujahadah tak gampang. Ia memerlukan kekuatan batin dlm menghadapi aneka macam cobaan. Misalnya, bagaimana seseorang menahan diri untuk membalas langkah-langkah yg kurang menggembirakan & tak ramah terhadap dirinya.
وليس على العبد شيء أشد من الحلم عند الجفاء
Artinya, “Tidak ada sesuatu yg lebih berat bagi seorang hamba selain bersikap pemaaf (tulus) tatkala diperlakukan tak bersahabat,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).
Yahya bin Muadz mengumpamakan nafsu sebagai lawan perang. Sedangkan senjata ampuh dlm menghadapi nafsu ialah riyadhah. “Yahya bin Muadz Ar-Razi menyampaikan, perangi nafsumu dgn ‘pedang’ riyadhah,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).
Riyadhah & mujahadah merupakan kunci dlm mengontrol hawa nafsu. Riyadhah & mujahadah sungguh diperlukan dlm menghadapi tekanan-tekanan dlm diri kita. Tanpa pengendalian atas dorongan-dorongan nafsu, kita akan terbawa pada perbuatan tercela yg menciptakan kita menyesal.
قال الله تعالى ونهى النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى وقال تعالى أولئك الذين امتحن الله قلوبهم للتقوى قيل نزع منها محبة الشهوات وقال صلى الله عليه و سلم المؤمن بين خمس شدائد مؤمن يحسده ومنافق يبغضه وكافر يقاتله وشيطان يضله ونفس تنازعه فبين أن النفس عدو منازع يجب عليه مجاهدتها
Artinya, “Allah berfirman, ‘Ia menahan nafsu dr dorongan-dorongan. Sungguh, surga menjadi tempatnya,’ (Surat An-Naziat ayat 40-41). ‘Mereka ialah orang yg ditempa hatinya oleh Allah untuk bertakwa,’ (Surat Al-Hujurat ayat 3). Rasulullah bersabda, ‘Orang beriman berada dlm lima tantangan, yaitu kerabat seiman yg mendengkinya, orang munafik yg membencinya, orang kafir yg memusuhinya, setan yg (berusaha) menyesatkannya, & nafsu yg berselisih dengannya,’ (HR Abu Bakar bin Lal). Rasulullah menyebut bahwa nafsu adalah musuh yg selalu mengajak untuk bertikai yg wajib diperangi,” (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H, III/70).
Al-Hasan Al-Bashri menyampaikan, ‘Tidak ada “hewan liar” yg paling memerlukan kekang berpengaruh selain nafsumu,’ (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70).
Bila dikaji kembali, mujahadah ini lebih pada menahan diri untuk tak melakukan hal yg haram, makruh, maupun mubah yg tak diminati Tuhan. Sedangkan riyadhah, adalah usaha atau perbuatan kita dengan-cara aktif untuk beribadah, melaksanakan hal yg wajib & sunnah.
Empat Rukun Mujahadah
Menurut Ibnu Arabi Rahimahullah dlm kitab Al-Mi’raj Inda Ibu Arabi hal 189
يحدثنا ابن عربي عن اربعة اركان للمجاهدة وهى: الصمت والعزلة والجوع والسهر
“Menceritakan pada kami Ibnu Arabi ihwal 4 rukun-rukun untuk Mujahadah ialah: Diam, Uzlah, Berlapar & Berjaga malam”
Al marhum Said Hawwa dlm kitabnya تربتنا الروحية menyebut rukun mujahadah ada empat iaitu pertama memencilkan diri, kedua diam, ketiga berlapar & keeempat berjaga malam.
أركان المجاهدة وهي: العزلة والصمت والسهر والجوع
“Rukun-rukun Mujahadah yaitu: Memencilkan diri Uzlah, Diam, Berjaga Malam & Lapar”
1. Memencilkan diri (al uzlah)
Yang didekehendaki dgn al-uzlah di sini ialah memencilkan diri daripada segala kekufuran, kemunafikan & pembuat kejahatan, tergolong menjauhkan diri daripada majlis yg mempersendakan ayat-ayat Allah.
“Dan gue akan menjauhkan diri darimu & dr apa yg ananda seru selain Allah, & gue akan berdoa pada Tuhanku, mudah-mudahan gue tak akan kecewa dgn berdoa pada Tuhanku”. (Maryam:48)
Dan apabila ananda melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan obrolan yg lain. & kalau syaitan mengakibatkan ananda lupa (akan larangan ini), maka janganlah ananda duduk bareng orang-orang yg zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (al an’am:68)
Walau bagiamanpun uzlah ini bukanlah berpanjangan sepanjang masa. Ianya merupakan ubat hati untuk melawan sifat mazmumah. Sekiranya hati sudah terubat & tak terikut pada kejahatan maka hendaklah dizahirkan kebenaran di hadapan kebathilan sebagaimana hadis nabi SAW: “Tetap akan ada dlm kalangan umatku yg menzahirkan kebenaran, mereka tak akan terhina dgn penghinaan yg dilemparkan pada mereka..”.
2. Berdiam (as somt)
Orang tua-renta ada berkata “Sebab pulut santan binasa, alasannya adalah mulut tubuh binasa”. sabda nabi SAW yg berencana “ Barang siapa yg beriman pada Allah & hari akhirat maka hendaklah ia berkata perkataan yg baik ataupun ia diam”.
As somt yg dikehendaki di sini merupakan mempertahankan pengecap dibandingkan dengan daerah dosa & lagha mirip mengumpat, mencaci, mengadu domba, bertengkar, memaki hamun, bercakap kasus yg tidak berguna & sebagainya. Sekiranya kedaan memerlukan kita untuk bercakap atau bersuara, seperti amar makruf nahi mungkar, mengajar insan perihal Islam, maka tatkala itu berdiam adalah haram. Diam yaitu wasilah untuk meraih reda Allah. Ianya bukanlah matlamat dlm kehidupan kita.
3. Berlapar (al ju’)
Hukum asal dlm soal makan minum ialah makan untuk menguatkan tubuh badan supaya mampu menjalankan suruhan Allah. Membazir & berlebihan yaitu dihentikan.
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yg indah di setiap (memasuki) masjid, makan & minumlah, & janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yg berlebih-lebihan. (al a’raf:31)
Orang yg sentiasa berlapar akan dikurniai kejernihan hati & pesan yang tersirat. Lapar akan melemahkan hawa nafsu untuk menjalankan kejahatan. Di antara rukun Islam merupakan berpuasa. Puasa disifatkan oleh nabi SAW sebagai pendinding diri ketimbang menjalankan sesuatu yg tidak boleh. Sabda nabi SAW: “Wahai para perjaka! Barangsiapa yg bisa berkahwin, maka kahwinlah. Sesungguhnya dgn berkahwin mampu menundukkan pandangan & menjaga kemaluan. Barangsiapa yg tak mampu maka hendaklah ia berpuasa kerana puasa itu yakni pendinding”.
4. Berjaga malam (as sahr)
Islam mengajar umatnya supaya pandai mengorganisir & membahagikan masa. Sekiranya kita tak pintar mengurus masa tidur, maka ianya boleh menyebabkan kita mengalami kerugian yg besar. Kita berkemungkinan tak dapat solat subuh berjamaah, beristighfar pada waktu fajar, solat tahajjud & solat isya’ berjamaah.
“Sesungguhnya orang-orang yg bertaqwa itu berada dlm taman-taman (syurga) & mata air-mata air, Sambil menerima segala santunan Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia ialah orang-orang yg berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan keampunan pada waktu pagi sebelum fajar. “ (az zariyat:15 – 18).
“Hai orang yg berselimut (Muhammad), Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yakni) seperduanya atau kurangilah dr seperdua itu sedikit. Atau lebih dr seperdua itu. & Bacalah Al Alquran itu dgn perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yg berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam yaitu lebih sempurna (untuk khusyuk) & bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya ananda pada siang hari mempunyai urusan yg panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, & beribadatlah kepada-Nya dgn sarat ketabahan.” (al muzzammil:1 – 8)
Amat malang pada zaman sekarang ini manusia berjaga malam bukan untuk beribadat tetapi untuk buat maksiat. Keindahan malam yg mahal harganya ditukar dgn noda & dosa. Lebih malag lagi sekiranya solat subuh tak terealisasi apatah lagi solat tahujjud. Orang lain solat tahujjud kita berdiri terkejut!