Tugas Kelompok
Interaksi nutrient obat dan substansi lain
“Interaksi Obat dan Makanan pada Fase Absorsi”
Nama Kelompok :
PUTRI SULHAM WIJAYA
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpakan rahmat, tauhid dan hidayah¬-Nya sehingga penulis dapat menuntaskan makalah ini dengan judul “Interaksi Obat Dan Makanan Pada Fase Absorsi“ yang ialah salah satu syarat untuk memenuhi peran PendidikanInteraksi Nutrient Obat Substansi Lain.
Melalui usaha dan do’a yang senantiasa menyertai penulis, serta tunjangan moril maupun materi yang menunjang bagi penulis untuk menuntaskan peran makalah ini.pada potensi ini penulis memberikan rasa terima kasih terhadap Ibu zubaydah sebagaidosen Pendidikan Interaksi Nutrient Obat Substansi Lainyang sudah membimbing penulis dalam solusi peran makalah ini.
Dengan terbatasnya pengetahuan, kesanggupan dan waktu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik bahan maupun penyajiannya.Untuk itu saran dan kritik yang membangun sungguh penulis inginkan demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Demikian dalam pembuatan makalah ini, penulis berharap agar makalah ini mampu memberi faedah bagi semua pihak Terimakasih.
Kendari 20 April 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….
C. Tujuan ………………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
A. Interaksi Obat.. …………………………………………………………………………………..
B.Interaksi obat dan makanan. …………………………………………………………………
C. Antimikroba……………………………………………………………………………………….
BAB IIIPENUTUP…………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….
B. Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Interaksi obat atau lebih dikenal dengan perumpamaan drug interaction, merupakan interaksi yang terjadi antar obat yang dimakan secara serentak. Interaksi obat mampu menghasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang menghasilkan imbas buruk, sehingga hal ini ialah salah satu penyebab terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan. Secara umum, kesalahan pengobatan balasan interaksi obat ini jarang terungkap akhir kurangnya wawasan kita, baik dokter, apoteker, apalagi pasien wacana hal ini. Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sungguh jarang dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi obat ini cukup besar, khususnya pada pasien yang mengonsumsi lebih dari 5 macam obat pada dikala yang bersama-sama. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obatbaru dilempar ke pasar setiap tahunnya. Dan sepertinya hamper tidak mungkin bila seorang dokter atau apoteker harus menghapalkan dan menguasai problem interaksi obat dari sekian ribu macam obat yang beredar dikala ini.
Hubungan dan interaksi antara kuliner, nutrien yang terkandung dalam makanan dan obat saling mendukung dalam pelayanan kesehatan dan dunia medis. Makanan dan nutrien spesifik dalam kuliner, bila dicerna bareng dengan beberapa obat, pasti mampu mempengaruhi seluruh ketersediaan hayati, farmakokinetik, farmakodinamik dan imbas terapi dalam pengobatan. Makanan mampu menghipnotis absorbsi obat selaku hasil dari pengubahan dalam susukan gastrointestinal atau interaksi fisika atau kimia antara partikel bagian masakan dan molekul obat. Pengaruh tergantung pada tipe dan tingkat interaksi sehingga absorbsi obat dapat menyusut, tertunda, tidak terpengaruh atau meningkat oleh kuliner yang masuk.Oleh sebab itu, setiap pusat pengobatan terbaru seperti rumah sakit, puskesmas, praktek dokter pribadi, dan apotek,seharusnya atau bahkan seharusnya mempunyai saluran paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Halini bermaksud untuk menyingkir dari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan terhadap pasien dan rasionalisasi penggunaan obat dapat tercapai..
B. Rumusan Masalah
Rumusan duduk perkara pada makalah ini adalah:
1. Mengetahui interaksi obat.
2. Mengetahui interaksi obat dan kuliner berdasarkan fase farmakokinetik.
3. Mengetahui antimikroba pada obat dan makanan.
C. Tujuan
Tujan dalam makaalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui interaksi obat.
2. Untuk mengetahui interaksi obat dan makanan berdasarkan fase farmakokinetik.
3. Untuk mengenali antimikroba pada obat dan makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi obat
Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for ProprietaryMedicine Product (CPMP) sebagai sebuah kondisi bilamana sebuah obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain dan menimbulkan efek klinis. Biasanya, pengaruh ini tampakselaku sebuah efeksamping, namun kadang-kadang pula terjadi pergeseran yang menguntungkan. Obat yang mensugesti disebut dengan precipitant drug, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut selaku object drug. Pada beberapa kasus, interaksi ini sering kali dapat menjadikan perubahan efek pada kedua obat, sehingga obat mana yang menghipnotis dan mana yang dipengaruhi, menjadi tidak jelas. Diperkirakan, inside
nsi terjadinya interaksi obat sekira 7% dari semua imbas samping obat dan kematian akibat ini sekitar 4%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapafaktor antara lain:
1. Kurangnya dokumentasi.
2. Seringkali lolos dari observasi karenakurangnya pengetahuanpara dokter perihal prosedur dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obatberupa kenaikan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrinasi kepada salah satu obat sedangkan interaksi beruppenurunan efektivitas seringkali didugaakibat bertambahnya keparahan penyakit.
3. Faktor keturunan, fungsi hati dan ginjal, usia (bayi dan lansia), ada atau tidaknya sebuah penyakit, jumlah obat yang dipakai dan juga aspek sensitivitas penderita.
Interaksi obat mampu ditimbulkan oleh banyak sekali proses, antara lain pergantian dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti perembesan, distribusi, metabolisme, dan eksresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat ialah hasil dari sifat- sifat farmakodinamik obat tersebut, missal, pinjaman bersama-sama antara antagonis reseptor dan agonis untuk resptor yang serupa.
Pemberian obat-obatan ialah bagian dari terapi medis terhadap pasien. Ketika dimakan, obat dapat menghipnotis status gizi seseorang dengan menghipnotis masakan yang masuk (drug-food interaction). Hal sebaliknya juga dapat terjadi, masakan yang masuk juga mampu mempengaruhi kerja beberapa obat-obatan (food-drug interaction).
B. Interaksi obat dan kuliner Fase farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mensugesti peresapan, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua berkembangatau menurun. Akibatnya, terjadi kenaikan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak mampu diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimiaya mirip, alasannya anter obat segolongan terdapat kombinasi sifat-sifat fisikokimia yang menimbulkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya (Setiwati, 2003).
1) Interaksi proses absorpsi
Interaksi ini mampu terjadi akibat pergantian harga PH obat pertama. Pengaruh penyerapan suatu obat mungkin terjadi balasan penghematan waktu huni dalam susukan cerna atau akhir pembentukan kompleks (Mutschler, 1991).
2) Interaksi proses distribusi
Jika dalam darah pada saat yang serupa terdapat tempat ikatan pada protein plasma. Persaingan terhadap ikatan protein merupakan proses yang sering yang bahwasanya cuma gres berhubungan kalau obat memiliki ikatan protein yang tinggi, lebar, terapi rendah dan volume distribusi relatif kecil (Mutschler,1991) Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi contohnya antara digoxin dan kuinidin dengan akibat kenaikan kadar plasma digoxin (Setiawati, 2003).
3) Interaksi pada proses metabolisme
Interaksi dalam metabolisme mampu terjadi dengan dua kemungkinan, ialah pemacu enzim atau penghambat enzim. Suatu obat presipitan mampu memacu metabolisme obat lain (obat objek) sehingga mempercepat eliminasinya (Suryawati, 1995).
4) Interaksi pada proses eliminasi
Interaksi pada proses eliminasi melaui ginjal dapat tejadi balasan perubahab PH dalam urin atau alasannya kompetisi kawasan ikatan pada sistem tranformasi yang berfungsi untuk ekskresi.
C. Antimikroba
Antimikroba ialah obat-obat yang dipakai untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Antibiotik adalahsenyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mampu membunuh atau menghalangi perkembangan kuman dan organisme lain.
Antimikroba dapat bersifat :
1. Bakteriostatik, yakni menghalangi atau menghentikan laju kemajuan kuman. Contoh : Tetrasiklin, kloramfenikol,eritrosin.
2. Bakterisid, ialah bersifat membunuh bakteri. Contoh : Penisilin, sefalosforin, gentamisin.
Antimikroba memiliki 5 prosedur kerja yang utama, adalah:
1. Antimetabolit Antimikroba bekerja memblok tahap metabolic spesifik mikroba. Termasuk dalam hal ini yakni sulfonamide dan trimetrofin. Sulfonamida akan menghambat pertumbuhan sel dengan cara menghalangi sintesa asam folat oleh basil. Sulfonamid bebas secara struktur mirip dengan asam folat, para amino asam benzoat (PABA), dan melakukan pekerjaan selaku penghambat kompetitif untuk enzim-enzim yang mempersatukan PABA dan sebagian pteridin menjadi asam dihidropteroatTrimetropim secara struktur seperti pteridin yang dihidrolisis oleh enzim dihidrofolat reduktase dan melakukan pekerjaan selaku penghambat kompetitif enzim tersebut yang mampu meminimalisir dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.
2. Menghambat Sintesis dinding sel. Contoh : Penisilin, sefalosforin, vankomisin.
3. Menghambat fungsi membrane sel. Disini antimikroba melakukan pekerjaan secara pribadi pada membrane sel yang hendak mensugesti permiabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawaintraseluler basil. Contoh : Polimiksin.
4. Menghambat sintesis protein. Antimikroba menghipnotis fungsi ribosom kuman yang menimbulkan sintesis protein dihambat. Dalam hal ini antibiotic dapatberinteraksi dengan ribosom 30s, tergolong :aminoglikosida, tetrasiklin dan spektinomisin atau berinteraksi dengan ribosom 50s, misalnya pada kloramfenikol dan eritromisin.
5. Menghambat asam nukleat. Contohnya : rifampisin akan menmgikat dan menghalangi DNA-dependent RNA polymerase yang ada pada basil, kuinolon akan menghambat DNA girase.
Penggolongan antimikroba.
Antimikroba dapat digolongkan menurut strukturnya, ialah :
1. Antibiotik golongan beta laktam. Contohnya : penisilin dan sefalosforin.
2. Antibiotik golongan Aminoglikosida.Contohnya : Neomisin, vankomisin,kanamisin.
3. Antibiotik golongan tetrasiklin.
4. Antibiotik golongan makrolida. Contohnya : eritromisin.
5. Sulfonamida. Contohnya : sulfadiazin, sulfametoksazol.
6. Antibiotik kalangan kuinolon. Contohnya: flouroquinolon, siprofloksasin.
7. Antijamur. Contohnya : Amfoterisin B, griseofulvin, ketokonazol.
Kombinasi Obat-obat Antimikroba
Pengobatan dengan beragam antimikroba mampu diindikasikan pada kondisi klinik sebagai berikut :
1. Dalam keadaan darurat, misalnya : meningitis.
2. Untuk menangguhkan timbulnya resistensi, misalnya antibiotik untuk pengobatan TBC .
3. Untuk menerima efek sinergis, misalnya beta laktam ditambah aminoglikosida pada abses Pseudomonas aeroginosa.
4. Pada bengkak campuran, misalnya kuman dan jamur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for ProprietaryMedicine Product (CPMP) sebagai suatu kondisi bilamana sebuah obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain dan menjadikan efek klinis. Interaksi proses absorpsidapat terjadi akhir perubahan harga PH obat pertama. Pengaruh peresapan sebuah obat mungkin terjadi akhir pengurangan waktu huni dalam terusan cerna atau balasan pembentukan kompleks.
Antimikroba yakni obat-obat yang digunakan untuk memberantas jerawat mikroba pada insan. Antibiotik adalahsenyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mampu membunuh atau menghalangi perkembangan basil dan organisme lain.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimunte, A. (2009). Interaksi pada obat antmikroba.Diakses tanggal 30 Desember 2012.www.repository.usu.ac.id
Perdana, Putra. (2011). Interaksi Obat.Diakses tanggal 30 Desember 2012.www.rmp.ums.ac.id
Hartati,Sri.2002.Mengapa diabetes banyak mengakibatkan kerusakan organ tubuh dan bagaimana kejadiannya.Semarang:Balai Penerbit FK UNDIP.
Sylvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.Jakarta:ECC.FK UI.2007.Farmakologi Dan Terapi.Jakarta:FKUI.