Acuan Tawaran Di Sekolah Lengkap (Judul, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Agenda, Budget, Pustaka)

A. Judul usulan: Kadar Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3 Tasikmalaya pada Mading Sekolah

B. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Bahasa yang dipakai dalam tulisan ilmiah memiliki karakteristik dan ragam ilmiah. Oleh alasannya itu, goresan pena ilmiah memakai ragam bahasa tersendiri, yaitu ragam tulis ilmiah.
Bahasa tulis ilmiah merupakan sebuah laras (register) dari ragam bahasa resmi baku yang mesti disusun secara terperinci, teratur, dan tepat makna. Ragam bahasa ilmiah yang dipakai dalam tulisan ilmiah – dalam hal ini mading ilmiah – mesti mempunyai ketentuan tertentu semoga mampu mengomunikasikan asumsi, ide, dan pemahaman secara lengkap, ringkas, dan tepat makna.

Salah satu ciri ragam bahasa tulis ilmiah yaitu lebih memprioritaskan penggunaan kalimat pasif ketimbang aktif. Pengutamaan bentuk kalimat pasif dalam tulisan ilmiah alasannya tulisan ilmiah lebih condong bersifat impersonal, pengungkapan sebuah peristiwa lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Oleh karena itu, bentuk penulisan konstruksi kalimat pasif dalam goresan pena ilmiah sering dijalankan penulisnya.

Secara lazim, sebuah tulisan ilmiah mampu diartikan selaku sebuah hasil karya yang dipandang mempunyai kadar keilmiahan tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah pula. Karya ilmiah mampu dikomunikasikan secara tertulis dalam bentuk goresan pena ilmiah. Dengan demikian, tulisan ilmiah adalah semua bentuk tulisan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya.

Berbeda dengan karya sastra atau karya seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta sifat yang formal sebab isinya harus mengikuti kriteria-persyaratan tertentu sesuai dengan kaidahkaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah yakni memberikan seperangkat gosip, data, informasi, dan pikiran secara tegas, ringkas, dan terperinci. Kendatipun demikian, lewat kreativitas dan daya nalar penulisnya, karya ilmiah dapat disusun sedemikian rupa supaya menarik minatpembaca tanpa melalaikan nilai-nilai ilmiahnya.

Suatu goresan pena ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah. Pola berpikir ilmiah yang digunakan dalam mengungkapkan sebuah goresan pena ilmiah adalah pola berpikir relektif, yakni sebuah proses berpikir yang dijalankan dengan mengadakan releksi secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan realita empirik dalam mencari tanggapan kepada sebuah problem. Cara berpikir induktif dan deduktif secara tolong-menolong mendasari proses berpikir relektif.

Pola berpikir ilmiah sungguh dibutuhkan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara ilmiah. Ada tiga faktor yang dibutuhkan dalam menjuruskan ke dalam berpikir ilmiah tersebut. Pertama, perlu klarifikasi ilmiah – dalam menghasilkan karya tulis ilmiah dibutuhkan adanya kemampuan untuk menerangkan pikiran sedemikian rupa sehingga mampu diketahui secara objektif. Penjelasan ilmiah dijalankan dengan memakai bahasa teknis ilmiah baik secara mulut maupun nonverbal.

Kedua, pengertian operasional – dalam acara ilmiah setiap pengertian yang terkandung di dalamnya hendaknya bersifat operasional agar terjadi kesamaan pandangan, visi, dan penafsiran. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang terang dan objektif. Jika diperlukan, beberapa pemahaman dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara eksplisit. Membuat pengertian operasional mampu dijalankan dengan membuat deinisi atau persamaan kata dari hal-hal yang hendak dijelaskan. Di samping itu, pengertian operasional mampu disusun dengan menciptakan deskripsi secara terang baik sisi kausal, dinamis, maupun ciri-ciri yang mampu diidentiikasi.

Ketiga, berpikir kuantitatif artinya untuk lebih menjamin objektivitas penyampaian fikiran atau informasi. Hal ini bermakna perlunya data kuantitatif selaku pendukung kepada segala fikiran yang akan dikemukakan. Tulisan ilmiah dikemukakan menurut anutan, selesai, serta usulan/pendirian penulis yang dirumuskan sehabis mengumpulkan dan mengolah aneka macam gosip sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik teroretik maupun empirik. Tulisan ilmiah senantiasa bertolak dari kebenaran ilmiah dalam bidang ilmu pengetahun, teknologi, dan seni yang berhubungan dengan persoalan yang disuguhkan. Titik tolak ini merupakan sumber kerangka berpikir (paradigma) dalam mengumpulkan isu-informasi secara empirik.

Sehubungan dengan hal itu, untuk mengenali kadar keilmuan goresan pena siswa maka perlu dijalankan kajian terhadap karya ilmiah yang dibuat siswa Sekolah Menengan Atas Negeri 3 Tasikmlaya. Untuk itu, kajian atau observasi dengan judul “Kadar Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3 Tasikmalaya pada Majalah Dinding (Mading) Sekolah” penting untuk dikerjakan. Rencana kegiatan ini dituangkan dalam ajuan observasi ini.

2. Perumusan Masalah

Penelitian terhadap tulisan ilmiah para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada majalah dinding (mading) sekolah dimaksudkan untuk memperoleh citra yang terperinci dan komprehensif perihal kadar keilmiahan tulisan yang berkaitan dengan faktor kebahasaan dalam pengungkapan rancangan-konsep keilmuan dan fakta ilmiah. Penilaian yang dijalankan kepada tulisan ilmiah dalam mading itu meliputi evaluasi unsur kebahasaan dan bagian nonkebahasaan. Unsur kebahasaan terdiri atas penggunaan kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan faktor mekanik yang terdapat dalam goresan pena, sedangkan komponen nonkebahasaan terdiri atas bagian isi dan organisasi goresan pena.

  Transportasi tidak pernah lepas dari aktivitas manusia dalam menjalankan hidup.

Penilaian kepada unsur kebahasaan dimaksudkan untuk mengenali kecenderungan penggunaan komponen teknis ilmiah kebahasaan yang terdapat dalam tulisan/mading yang dipublikasikan. Adapun evaluasi kepada bagian nonkebahasaan dimaksudkan untuk mengenali kelengkapan info ilmiah dan pengembangan alur berpikir yang disampaikan oleh penulis.

Berdasarkan uraian di atas, dilema yang mau dijadikan konsentrasi observasi ini mampu dirumuskan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah kadar keilmiahan isi goresan pena para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
b. Bagaimanakah kadar keilmiahan tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
c. Bagaimanakah kadar keilmiahan kosakata dan ungkapan yang dipakai dalam tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam Mading sekolahnya?
d. Bagaimanakah kadar keilmiahan pengembangan bahasa yang dipakai dalam tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
e. Bagaimanakah kadar keilmiahan aspek mekanik yang dipakai dalam tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang disuguhkan dalam mading sekolahnya?

3. Tujuan Penelitian

Untuk memperjelas arah observasi ini, dirumuskan tujuan observasi sebagai berikut.
a. Untuk mengenali kadar keilmiahan isi tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya.
b. Untuk mengenali kadar keilmiahan organisasi goresan pena para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya.
c. Untuk mengenali kadar keilmiahan kosakata dan istilah tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya.
d. Untuk mengenali kadar keilmiahan pengembangan bahasa yang dipakai para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya.
e. Untuk mengetahui kadar keilmiahan aspek mekanik yang digunakan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya.

4. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan donasi bagi para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam menambah pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan goresan pena yang berkadar
ilmiah. Hasil penelitian ini juga dibutuhkan dapat berfaedah secara simpel bagi guru dalam menulis mading yang berkadar ilmiah dilihat dari faktor keilmiahan isi tulisan, organisasi, kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan mekanik yang terdapat dalam tulisan mading. Hasil pendeskripsian tulisan berkadar ilmiah ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman atau bimbingan bagi guru dalam menunjukkan pembelajaran menulis yang berkadar ilmiah.

5. Deinisi Operasional
Tulisan berkadar ilmiah adalah karangan tertulis yang menyuguhkan fakta lazim dengan menggunakan sistem ilmiah dan menggunakan faktor bahasa tulis ilmiah yang disajikan secara singkat, ringkas, terang, dan sistematis. Tulisan berkadar ilmiah yang dimaksud dalam observasi ini yakni tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading sekolahnya selama tiga tahun terakhir.

C. Tinjauan Pustaka

Salah satu ranah aktivitas penting yang dilaksanakan guru di universitas yaitu aktivitas ilmiah, yaitu kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), baik yang dilaksanakan lewat acara penelitian maupun publikasi ilmiah. Upaya pengembangan ipteks bukan ialah acara individual atau kalangan melainkan ialah kegiatan universal yang melibatkan semua ilmuwan di seluruh dunia. Oleh sebab itu, para ilmuwan – terutama yang terlibat dalam disiplin ilmu sejenis (inhouse style) perlu saling melakukan pekerjaan sama dan berkolaborasi untuk mengomunikasikan dan memublikasikan acara ilmiah mereka.

Agar kolaborasi dan kolaborasi tersebut efektif dan eisien, alat komunikasi yang digunakan perlu diadaptasi dengan hakikat ilmu pengetahuan serta dengan cara kerja para ilmuwan. Alat komunikasi itu ialah ragam bahasa khusus, yang oleh bahasawan mazhab Praha disebut ragam bahasa ilmiah (Davis, 1973: 229). Ciri utama ragam bahasa ilmiah yaitu serba logika/logis, lugas/padat, terang/eksplisit, impersonal/objektif, dan berupa ragam baku (standar).

  Sudut Pandang Orang Pertama/Kedua/Ketiga & Contohnya

Johannes (1978: 2-3) mengemukakan ihwal gaya bahasa keilmuan pada dasarnya sama pengertiannya dengan ragam bahasa fungsional baku. Yang dimaksud dengan ragam fungsional baku ialah ragam
tulis yang ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: (1) bahasanya yakni bahasa resmi, bukan bahasa pergaulan; (2) sifatnya formal dan objektif; (3) nadanya tidak emosional; (4) keindahan bahasanya tetap diamati; (5) kemubaziran dikesampingkan; (6) isinya lengkap, bayan, ringkas, meyakinkan, dan tepat.

Moeliono (1993: 3) menyatakan ciri-ciri bahasa keilmuan yang menonjol adalah kecendekiaannya. Pencendekiaan bahasa itu mampu diartikan proses penyesuaiannya menjadi bahasa yang bisa membuat pernyataan yang sempurna, saksama, dan abstrak. Bentuk kalimatnya mencerminkan kecermatan pikiran sehat yang objektif. Ada hubungan logis antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya.
Hubungan antarkalimat yang logis mencakup hubungan sebab akhir, karena dan tujuan, kekerabatan kesejajaran, kemungkinan kementakan (probabilitas), dan gelorat (necessity) yang diekspresikan lewat bangkit kalimat yang khusus.

Harjasujana (1993: 3) menyatakan, penggunaan bahasa dalam ipteks itu khusus dan khas. Ciri dan karakteristiknya yang utama yakni lugas, lurus, monosemantik, dan ajeg. Bahasa ilmiah itu harus ekonomis dan cermat karena menginginkan respons yang pasti dari pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah penggantinya mesti gampang diketahui. Kehematan penggunaan kata, ketelitian dan kejelasan sintaksis yang berpadu dengan peniadaan komponen-unsur yang bersifat langsung mampu menciptakan ragam bahasa ilmiah yang umum. Kelugasan, keobjektifan, dan keajegan bahasa tulis ilmiah itulah yang membedakannya dengan ragam bahasa sastra yang subjektif, halus, dan elastis sehingga intrepretasi pembaca yang satu kerap kali sangat berlawanan dengan interpretasi dan apresiasi pembaca yang lain.

Badudu (1992: 39) menjelaskan bahwa bahasa ilmiah merupakan sebuah laras (register) bahasa yang khusus, yang memiliki coraknya sendiri. Bahasa ilmiah ialah suatu laras dari ragam bahasa resmi baku. Sebagai bahasa dengan laras khusus, bahasa ilmiah itu mesti terperinci, terorganisir, sempurna makna. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang berfungsi untuk memberikan info dengan cacat sekecil-kecilnya. Artinya, jangan sampai bahasa yang dipakai itu demikian banyak kekurangannya sehingga gosip yang hendak disampaikan tidak hingga terhadap sasarannya. Agar terperinci, bahasa ilmiah harus terorganisir, lengkap, tersusun baik, teliti dalam pengungkapannya, dan membentuk satu kesatuan pandangan baru.

Unsur kebahasaan dan nonkebahasaan merupakan bagian yang mesti diamati untuk menciptakan tulisan yang jelas, benar, baik, dan berkualitas. Unsur-unsur kebahasaan dalam tulisan berkadar ilmiah terdiri atas kosakata dan perumpamaan, pengembangan bahasa, dan mekanik.

Pertama, kosakata dan istilah yang dipakai hendaknya memperhatikan pemanfaatan peluangkata canggih, kata dan perumpamaan yang dipilih sempurna makna, dan penulis sendiri perlu mengenali pembentukan kata dan ungkapan. Pemanfaatan peluangkata yang terbatas seharusnya disingkirkan, terlebih pemanfaatan peluangkata dan istilah yang asal pilih. Hal lain yang perlu disingkirkan penulis yaitu memilih kata dan ungkapan yang kurang tepat sesuai dengan konteksnya. Apalagi bila opsi kata dan istilah yang kurang tepat itu sampai merusak makna yang dimaksud oleh penulis. Pengetahuan kosakata dan perumpamaan yang rendah dari penulis dapat menghipnotis kadar keilmiahan tulisannya.

Kedua, pengembangan bahasa dalam tulisan berkadar ilmiah berkaitan dengan sintaksis yang dipakai penulis. Aturan sintaksis yang perlu dikuasai penulis khususnya yang bekerjasama dengan kalimat, klausa, dan frasa baik hubungan satuan-satuan tersebut secara fungsional maupun kekerabatan secara maknawi. Dalam goresan pena berkadar ilmiah, penulis perlu mengamati konstruksi kalimat yang dipakai. Konstruksi kalimat dapat saja berupa sederhana atau kompleks, namun mesti tetap efektif. Kesalahan serius dalam konstruksi kalimat hendaknya perlu dihindari. Apalagi kalau kesalahan tersebut dapat membingungkan makna atau mengaburkan makna yang dimaksud oleh penulis sehingga tulisan tidak komunikatif.

Ketiga, faktor mekanik yang digunakan dalam goresan pena berkadar ilmiah berkaitan dengan hukum penulisan yang berbentukejaan dan tanda baca. Untuk menciptakan goresan pena yang bagus, penulis perlu menguasai hukum penulisan, khususnya yang berupa ejaan dan tanda baca. Di samping ejaan dan tanda baca, penulis perlu memperhatikan kerapian dan kebersihan tulisannya. Dalam menulis berkadar ilmiah, penulis harus menyingkir dari kesalahan ejaan dan tanda baca, apalagi bila kesalahan tersebut mampu membingungkan atau mengaburkan makna sehingga meminimalisir nilai atau bobot dari goresan pena tersebut.

  Hatta maka Raja pun masuk ke dalam negeri itu.

Di samping menguasai unsur-komponen kebahasaan, penulis juga perlu menguasai unsur-unsur nonkebahasaan. Hal ini dimaksudkan supaya tujuan seseorang menulis bukan hanya menciptakan bahasa melainkan ada sesuatu yang hendak diungkapkan dan dinyatakan melalui fasilitas bahasa tulis. Adapun bagian nonkebahasaan dalam tulisan berkadar ilmiah terdiri atas isi dan organisasi.

Pertama, isi tulisan. Penulis harus memperhatikan mutu dan ruang lingkup isi yang akan disampaikan. Isi tulisan yang dituangkan hendaknya padat gosip, substantif, pengembangan ide tuntas, dan relevan dengan masalah yang mau disampaikan. Dalam menyampaikan isi goresan pena, penulis sebaiknya menyingkir dari bantuan info yang sangat terbatas, substansi yang disampaikan kurang atau bahkan tidak ada substansi, pengembangan ide kurang relevan atau tidak terlihat .

Kedua, organisasi dalam tulisan berkadar ilmiah berkaitan dengan lisan atau gagasan yang mau diungkapkan oleh penulis. Agar ide atau ekspresi yang dimaksud penulis tersampaikan, pemikiran itu perlu diungkapkan dengan terperinci, lancar, padat, tertata dengan baik, urutannya logis dan kohesif. Untuk menciptakan goresan pena berkadar ilmiah yang baik dan tepat, penulis harus menghindari penyampaian pemikiran yang semrawut, terpotong-potong, pengembangan yang tidak terorganisasi, dan tidak logis.

D. Metode Penelitian

Dalam observasi ini dipakai tata cara deskriptif. Tujuannya untuk mendeskripsikan kadar keilmiahan isi goresan pena, organisasi, kosakata dan ungkapan, pengembangan bahasa, dan faktor mekanik tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading sekolah. Data goresan pena siswa berkadar ilmiah dalam mading diambil dalam periode waktu selama tiga tahun terakhir (2013–2016). Dalam kurun waktu itu terdapat 48 artikel yang dipublikasikan.

Teknik pengumpulan data dikerjakan dengan pembacaan berulangulang dan teknik format isian. Teknik pembacaan berulang-ulang bertujuan untuk mendata tulisan yang berkadar ilmiah. Teknik format isian dimaksudkan untuk menghimpun data berupa tulisan berkadar ilmiah yang menjadi sasaran observasi ini.

Analisis data dijalankan terhadap kadar goresan pena ilmiah yang meliputi isi goresan pena, organisasi, kosakata dan perumpamaan, pengembangan bahasa, dan aspek mekanik. Analisis kadar keilmiahan goresan pena didasarkan pada ciri-ciri dan sifat-sifat goresan pena yang berkadar ilmiah tersebut. Untuk mengenali kadar keilmiahan goresan pena para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading dipakai versi penilaian tulisan dengan memakai skala interval untuk tiap tingkatan tertentu pada tiap faktor yang diteliti/dinilai.

Dari hasil analisis ini dibutuhkan akan diperoleh keluaran atau hasil yang terperinci dan komprehensif perihal kadar keilmiahan isi goresan pena, organisasi, kosakata dan ungkapan, pengembangan bahasa, dan faktor mekanik dalam goresan pena para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading sekolah, yang berikutnya dapat dijadikan anutan dalam menulis dan memublikasikan postingan/tulisan pada mading ilmiah.

E. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan observasi ini direncanakan selaku berikut.

 Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah memiliki karakteristik dan ragam ilmiah Contoh Proposal di Sekolah Lengkap (Judul, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Jadwal, Anggaran, Pustaka)

F. Rencana Anggaran
Secara rinci, kebutuhan budget penelitian ini dijadwalkan selaku berikut.

 Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah memiliki karakteristik dan ragam ilmiah Contoh Proposal di Sekolah Lengkap (Judul, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Jadwal, Anggaran, Pustaka)

G. Datar Pustaka

Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia.
Davis, P.W. 1973. Introducing Applied Linguistics. Harmondsworth: Penguin Education.
Harjasujana, A.S. 1993. “Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan Tinggi”, Makalah Seminar Peningkatan Mutu Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan Tinggi. Bandung: ITB.
Johannes, H. 1993. “Gaya Bahasa Keilmuan”, Kertas Kerja Kongres Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Moeliono, A. 1993. “Bahasa yang Efektif dan Eisien”, Makalah Seminar Peningkatan Mutu Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan Tinggi. Bandung: ITB.
Nurgiyantoro, B. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nuryanto, F. 1996. “Penggunaan Bahasa Indonesia Ilmiah oleh Guru IKIP Yogyakarta”, Mading Kependidikan, Nomor 1, Tahun XXVI, 1996. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.
(Sumber: Khaerudin Kurniawan dengan beberapa perubahan)