Daftar Isi
Contoh Berita
Belajar dan Praktik Senyatanya
Seorang murid berseragam putih-putih tampak mengambil wafer dari wadahnya. Setelah itu, beliau menaruh duit kertas senilai Rp1.000,00 di kardus yang dipakai untuk menyimpan duit. Tidak hanya menaruh, dia juga terlihat mengambil potongan logam uang senilai Rp300,00 dari kotak itu. Lantas murid itu pun berlenggang meninggalkan tempat sambil menikmati wafer.
Begitulah kurang lebih acara yang terlihat di Toko Kejujuran. Sebuah toko yang mampu dibilang mempunyai konsep “swalayan”. Di situ setiap murid tidak hanya mampu memilih sendiri barang yang ingin beliau beli, tetapi mereka juga sekaligus melakukan transaksi sendiri.
“Cara mengeluarkan uang barang yang dibeli cukup dengan meletakkan duit di kotak uang.
Apabila memang masih ada sisa, mereka dipersilakan untuk mengambil sendiri kembaliannya,” jelas Kepala SMP Keluarga, M. Basuki Sugita.
Ya, Toko Kejujuran memang cuma ada di Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus itu. Toko itu merupakan praktik dari pendidikan antikorupsi yang telah diterapkan sekolah tersebut semenjak 19 Desember 2005. Melalui toko itu, para siswa diharapkan dapat berguru untuk tidak melaksanakan tindakan korupsi. Dalam keseharian di kelas, mata pelajaran antikorupsi diajarkan setiap hari Kamis.
“Satu jam terakhir pada hari itu, setiap kelas diisi dengan mata pelajaran antikorupsi. Pelajaran ini diajarkan oleh wali kelas masingmasing,” ujar Basuki. Namun, Basuki juga memiliki jurus ampuh agar para siswa tidak jenuh. Selain memakai buku antikorupsi yang mempesona dan interaktif, SMP
Keluarga sesekali memanggil tokoh-tokoh untuk mengatakan di depan para siswa. Beberapa orang yang pernah menjadi guru antikorupsi yakni Bupati Kudus, Ir. H.M. Tamzil M.T., serta Direktur Pelayanan Pendidikan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Eko S. Tjiptadi.
(Sumber: Suara Merdeka, 9 Februari 2007, dengan pengubahan secukupnya)
Contoh Pokok-Pokok Berita diatas
1. Seorang murid berbelanja wafer dengan meletakkan duit dan mengambil kembaliannya sendiri.
2. Menurut Kepala Sekolah Menengah Pertama Keluarga, M. Basuki Sugita, Toko Kejujuran mempunyai desain “supermarket”. Dengan demikian, murid mampu memilih barang yang ingin dibeli sekaligus melaksanakan transaksi sendiri.
3. Toko Kejujuran ada di SMP Keluarga yang terletak di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus. Sejak 19 Desember 2005, toko itu sebagai praktik dari pendidikan antikorupsi. Tujuannya yakni supaya para siswa mampu belajar untuk tidak melakukan langkah-langkah korupsi.
4. Mata pelajaran antikorupsi diajarkan setiap hari Kamis. Selain menggunakan buku antikorupsi yang menarik dan interaktif, SMP Keluarga sesekali mengundang tokoh-tokoh untuk mengatakan di depan para siswa.
5. Orang yang pernah menjadi guru antikorupsi yakni Bupati Kudus, Ir. H.M. Tamzil M.T., serta Direktur Pelayanan Pendidikan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Eko S. Tjiptadi.
Contoh Penerapan 5W dan 1 H pada Berita
Adapun pola penerapan komponen 5w + 1h berkaitan dengan gosip tersebut yakni berikut.
1. Apa yang diberitakan: Toko Kejujuran sebagai praktik pendidikan antikorupsi.
2. Siapa yang terlibat dalam berita: murid SMP Keluarga dan kepala sekolah.
3. Kapan hal tersebut terjadi: sejak 19 Desember 2005 hingga kini.
4. Di mana peristiwa itu terjadi: di Sekolah Menengah Pertama Keluarga yang terletak di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus.
5. Mengapa perlu adanya Toko Kejujuran: selaku praktik dari pendidikan antikorupsi. Dengan tujuan agar para siswa mampu berguru untuk tidak melaksanakan tindakan korupsi.
6. Bagaimana penerapan dalam Toko Kejujuran: dengan rancangan “supermarket”. Murid dapat menentukan barang yang ingin dibeli sekaligus melaksanakan transaksi sendiri.
Contoh Penulisan Kembali Berita Secara Singkat
Contoh penulisan kembali gosip di atas ke dalam beberapa kalimat ialah berikut.
Toko Kejujuran yang ada di SMP Keluarga yang terletak di Desa Kaliputu Kecamatan Kota Kudus mempunyai konsep “supermarket”. Siswa dapat menentukan barang yang ingin dibeli sekaligus melaksanakan transaksi sendiri. Sejak 19 Desember 2005, toko itu sebagai praktik dari pendidikan antikorupsi. Dengan tujuan biar para siswa mampu mencar ilmu untuk tidak melaksanakan langkah-langkah korupsi. Mata pelajaran antikorupsi diajarkan setiap hari Kamis. Selain menggunakan buku antikorupsi yang menarik dan interaktif, Sekolah Menengah Pertama Keluarga sesekali mengundang tokoh-tokoh untuk mengatakan di depan para siswa. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Bupati Kudus, Ir. H.M. Tamzil M.T., serta Direktur Pelayanan Pendidikan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Eko S. Tjiptadi.