Daftar Isi
Zainul Yasni, Pemuda Kelahiran Wanasaba (NTB) yang Berprestasi di Luar Negeri
BOKSPENGHARGAAN : Zainul Yasni dikala mendapatkan penghargaan dari Pro Vice Chancellor of Queen’s University Belfast, Professor Tony Galleghor sebagai Inspiring Leader Award belum lama ini.
Pernah Delapan Kali Mengalami Kegagalan
Pemuda kelahiran Wanasaba Lombok Timur, 13 Maret 1990 itu diketahui berakal sejak menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Tembek Putik 2002 silam. Ia semakin memberikan kelebihannya di MTs Mualimin NW Pancor dan MA Hamzanwadi Pancor. Ia lalu melanjutkan kuliahnya di STKIP Hamzanwadi Pancor. Ia menjadi lebih matang setelah begulat dengan berbagai organisasi kemahasiswaan mirip Himpunan Mahasiswa Nahdhatul Wathan (HIMMAH), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Dengan kemampuan yang dimilikinya, tidak susah bagi seorang Yasni menjadi mahasiswa sekaligus guru di SDN 3 Tembeng Putik. Ia menjadi guru mata pelajaran Bahasa Inggris, padahal kuliahnya saja mengambil jurusan Pendidikan Guru SD (PGSD).
Putra zhadsfia yang seorang pensiunan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Rusnan ialah Kepala PAUD di Tembeng Putik ini, tidak ingin menyia-nyiakan keunggulan yang dimilikinya. Ia pun bertekad untuk terus melanjutkan pendidikan memburu gelar S2 sesudah wisuda 2013 lalu di STKIP Hamzanwadi Selong. “Sejak kecil saya berkhayal ingin kuliah di Eropa, kata orang pendidikan disana jauh lebih mahir,” tutur Yasni terhadap Radar Lombok, Selasa malam (1/3).
Namun beliau sadar dengan keuangan orangtuanya, hal yang mustahil bisa membiayai pendidikannya hingga luar negeri. Untuk menuntaskan pendidikan S1 saja di kampus setempat cukup memberatkan ayahnya yang cuma pensiunan PNS. Selepas bergelar S1, Yasni tidak berpikir untuk melakukan pekerjaan apa dan mengabdi dimana. Dalam otaknya haruslah mampu melanjutkan pendidikan ke luar negeri menyerupai mimpinya sejak kecil. “Saya mulai cari isu kesana-kemari, utamanya beasiswa. Karena hanya dengan beasiswa aku bisa melanjutkan pendidikan,” ucapnya.
Yasni mulai mencari semua informasi ihwal beasiswa di internet, mengajukan pertanyaan ke siapa pun-orang yang dikenalnya. Berbagai jenis beasiswa diikuti baik itu untuk dalam negeri maupun luar negeri. Usaha pertamanya merebut beasiswa gagal total.
Semangat melanjutkan pendidikan membuat wisudawan terbaik STKIP tersebut tidak patah semangat. Ia meyakini bahwa kegagalan ialah kesuksesan yang tertunda. Yasni mencoba jenis beasiswa lainnya, tetapi nasib baik belum berpihak alasannya adalah yakni dia juga gagal untuk kedua kalinya.
Teman satu angkatannya sedang sibuk merencanakan lamaran kerja ke sekolah-sekolah untuk mengabdi menjadi guru. Tetapi Yasni tidak perduli, dia tidak bosan mencari peluang beasiswa semoga mampu melanjutkan study. “Kata orang yang ketiga kalinya kemungkinan sukses, saya coba lagi ikut beasiswa namun subhanallah saya kembali menerima penolakan,” cerita laki-laki yang gres-gres ini mendapatkan penghargaan selaku Inspiring Leaders itu.
Harapannya mulai sirna, semangat untuk melanjutkan study menjadi pupus. Ia mulai mencicipi cemas untuk menjajal lagi, takut gagal dan takut prospeknya hilang. Pencarian beasiswa pun sempat tidak boleh dan ia menjalani hidup normal meski sarat derita.
Saat-saat itulah keluarganya khususnya orangtua yang mengenal Yasni mulai angkat suara. Ibunya yang selalu memberikan dorongan supaya tidak pernah patah semangat. Begitu juga dengan sang ayah yang turut sedih dengan kegagalan anaknya.
Setelah mendengarkan banyak anjuran , Yasni kembali ingin merealisasikan mimpinya. Pencarian beasiswa kembali dilanjutkan, kali ini diiringi dengan do’a restu sang bunda juga. Ia kemudian ikut mendaftar pada suatu forum beasiswa, sayangnya lagi mengalami kegagalan.
Tanpa putus asa, laki-laki yang kerap menjadi motivator mahasiswa itu tidak bosan mengikuti seleksi penerimaan beasiswa untuk kelima kalinya, keenam kali, ketujuh kali dan kedelapan kalinya. Namun semua usaha yang dikerjakan mengalami kegagalan, sudah delapan kali Yasni menjajal dan delapan kali pula menerima kegagalan.
Baru tahun 2014 Yasni mendapatkan gosip beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Afirmasi Kementerian Keuangan RI. “Pertengahan 2014 aku dinyatakan lulus dan akan mulai berangkat study tahun 2015, disana kebahagiaan itu aku rasakan. Mendapatkan sesuatu dengan sukar payah sangatlah lezat,” ungkapnya.
Dari jerih payah jerih payahnya yang tak mengenal frustasi, Zainul Yasni kesannya berhasil melanjutkan study mengambil Science in Educational Leadership di Queen’s University Belfast, United Kingdom. Semuanya ditanggung mulai dari visa, tiket keberangkatan, ongkos buku, asuransi, ongkos registrasi dan SPP sampai selesai hingga biaya hidup bulanan ditanggung sarat .
Ia menyadari tidak mudah mendapatkan keutamaan itu, akibatnya di kampusnya saat ini Yasni hanya memikirkan berguru dan menorehkan prestasi sebaik mungkin. Ia sukses mewakili Indonesia dan bersaing dengan 600 orang dari aneka macam negara untuk berkompetisi dalam Inspiring Leader Award. Dan Zainul Yasni, keluar menjadi yang terbaik. Yasni diandalkan menjadi Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belfast.(*)
Sumber https://wirahadie.com