Faktor-Faktor Penentu Mobilitas Sosial – Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat hal-hal yang menjadi aspek yang penentu terjadinya mobilitas sosial. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu faktor struktural dan aspek individu yang disertai klasifikasi-penjabarannya. Penjelasannya yaitu selaku berikut!
Daftar Isi
1. Faktor Struktur
Faktor struktur yaitu aspek yang menjadi penentu jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang seharusnya diisi dan terdapat kemudahan dalam mendapatkannya. Faktor struktur meliputi beberapa hal di bawah ini :
a. Struktur Pekerjaan
Tiap-tiap individu penduduk akan mempunyai status sosial yang tinggi atau status sosial yang rendah. Setiap individu dalam penduduk pasti mempunyai tata cara rujukan serta persyaratan tersendiri dalam mengerti kedudukan seseorang. Warga masyarakat yang kegiatan perekonomiannya berada pada sektor pertanian contohnya, umumnya individu tersebut menempati kasta / kedudukan / status sosial pada lapisan rendah, dan sangat sedikit sekali warga penduduk pada sektor ini menempati status sosial pada lapisan atas.
b. Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi mempunyai tugas yang fundamen dalam mobilitas sosial vertikal. Keadaan ekonomi seorang individu pada penduduk akan menjadi aspek penentu kedudukan dan lapisan sosial bagi seseorang. Jika seseorang sudah berhasil dalam sektor ekonomi, maka mampu dikatakan bahwa seseorang tersebut berada pada lapisan atas dalam penduduk . Untuk mendapatkan tujuan tersebut, seseorang memiliki kecenderungan akan berada pada suatu organisasi ekonomi sebagai wadah mobilitas sosial vertikal, misalnya ibarat Perum, CV dan PT.
c. Organisasi Keahlian
Organisasi keterampilan yaitu salah satu wadah atau terusan yang menjadi tampungan bagi setiap orang yang memiliki keahlian (skill) tertentu, contohnya menyerupai organisasi guru, persatuan buruh, dan lain sebagainya..
d. Perkawinan
Mobilitas sosial vertikal sungguh mungkin terjadi dikarenakan perkawinan atau ijab kabul. Dengan perkawinan, status sosial atau kedudukan seorang individu bisa meningkat atau bahkan mampu menurun. Seorang individu yang melakukan perkawinan dengan seorang individu yang berasal dari lapisan atas, maka secara otomatis dia mampu terangkat kedudukannya. Namun jika beliau melakukan akad nikah dengan seorang individu yang derajatnya lebih rendah dalam penduduk .
e. Perbedaan Fertilitas
Dalam kehidupan bermasyarakat yang memiliki tingkatan kelahiran yang tinggi akan mengalami kesusahan dan memiliki potensi terjadinya mobilitas sosial vertikal naik. Hal tersebut berbanding terbalik jika dibandingkan dengan penduduk atau negara dengan angka tingkat kelahiran yang relatif lebih rendah. Oleh akhirnya, tingkat kelahiran yang rendah akan memberi fleksibilitas kepada warga penduduk lapisan bawah untuk menempati kedudukan sosial di lapisan menengah atau lapisan atas.
style=”display:inline-block;width:336px;height:280px”
data-ad-client=”ca-pub-9290406911233137″
data-ad-slot=”2698768695″>
f. Ekonomi Ganda
Di berbagai negara berkembang umumnya memiliki dua jenis tingkatan ekonomi yang berlawanan, diantaranya yakni :
– Tipe ekonomi tradisional, yakni terdapat banyak masyarakatnya berprofesi selaku petani yang hidup dengan mengonsumsi hasil produksi mereka sendiri. Mereka hanya memasarkan sedidkit dari hasil produksinya. Hal tersebut mengakibatkan mobilitas sosial vertikal berkembangdan mengalami kemacetan.
– Tipe ekonomi modern atau pasar, ialah penduduk yang melakukan pekerjaan pada sektor industri yang melaksanakan produksi untuk pasar. Hal tersebut menimbulkan banyak potensi untuk terjadinya mobilitas sosial vertikal naik bagi tiap-tiap warga masyarakat yang berada di dalamnya.
2. Faktor Individu
Meskipun aspek struktur memiliki potensi menjadi penentu terhadap jumlah kedudukan tinggi dengan pendapatan yang besar di dalam masyarakat, faktor individu juga banyak memiliki imbas dalam penentuan siapa yang mau mendapatkan kedudukan yang tinggi. Faktor individu tersebut meliputi beberapa hal berikut ini yaitu:
a. Perbedaan Kemampuan
Kemampuan yang dimiliki oleh tiap-tiap orang akan berlawanan. Hal tersebut berbanding lurus dengan kesempatan untuk mendapat kedudukan yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat yang pasti akan berlawanan pula. Dengan demikian, kemampuan untuk menerima status / kedudukan sangat bergantung kepada upaya idividu yang bersangkutan untuk mendapatkannya. Selain itu perbedaan kemampuan ialah aspek yang esensial guna menentukan kesuksesan hidup seorang individu dan mobilitas sosial.
b. Orientasi Sikap kepada Mobilitas
Banyak hal yang mampu dikerjakan guna meningkatkan masa depan mobilitas sosial, di antaranya yakni faktor pendidikan dan etos kerja. Dua aspek tersebut yang mempunyai peranan sangat penting dalam kenaikan periode depan mobilitas sosial.
c. Pola Penundaan Kesenangan
Pola ini mencoba menundakesenangan yang bersifat sesaat untuk berikutnya biar mampu menemukan hasil yang diharapkan.
d. Pola Kesenjangan Nilai
Tingkah laris yang mampu memiliki peluang menghambat mobilitas sosial vertikal naik setidaknya terdapat dua hal, adalah selaku berikut:
– Seorang individu tidak seutuhnya berusaha mengapai target yang diharapkan.
– Beberapa tingkah laris tertentu tidak mampu menunjang sasaran tersebut, misalnya saja selaku berikut!
Seorang murid kelas X SMA tidak melakukan nasihat yang diberikan oleh gurunya semoga dia mencar ilmu lebih keras, tetapi yang terjadi yakni siswa tersebut bersantai. Akibat dari perbuatannya siswa tersebut tidak naik kelas.
Pola kesenjangan nilai, sangat memungkinkan bagi seorang individu untuk yakin terhadap nilai yang diakuinya, tetapi seseorang yang bersangkutan tersebut tidak mengupayakan untuk menerima tujuannnya tersebut.
Sumber :
Waluya, Bagja. 2009, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat Untuk kela XI SMA dan MA, Jakarta, CV. PT. Setia Purna Inves.
Sumber https://www.kakakpintar.id