Petir dalam ayat Al-Quran – “Atau seperti hujan lebat dari langit. Di dalamnya kegelapan dan guruh serta kilat. Mereka menyumbat telinganya dengan jarinya dan petir sebab takut mati. Dan Allah mencakup orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah 2:19)
Manusia selalu merasa khawatir dikala melihat sambaran kilat sambung-menyambung dan mendengar guntur menggelegar. Sampai-sampai ada perumpamaan sumpah,”Berani disambar petir bila bohong.” Orang Yunani menganggap petir dikuasai oleh ilahi Perang Mars. Orang kejawen percaya bahwa petir dipegang oleh Ki Ageng Solo, sehingga kalau melihat kilat, lisan mereka komat-kamit berkata,”Slamet-slamet mbah, putune wonten ngandap mriki.”
Menurut doktrin primitif, petir diartikan dewa langit sedang marah
Memang ada hadist Tirmidzi dalam mustadrak dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa Rasulullah SAW bila mendengar petir berdoa, Allaahumma la taqtulna bighadaabika, walaa tahlikna bi’adzaabika, wa’afina qabla dzaalika “Ya Allah, jangan Engkau bunuh kami dengan adzab-Mu, dan ampuni kami sebelum itu terjadi.”
Al Quran mengerjakan lebih mendalam lagi. Bukan cuma rasa takut, namun ada secercah cita-cita dalam petir. Ketakutan itu perilaku orang kafir. Hanya orang kafir menutup telinganya sebab takut mati mendengar suara petir. Sebaliknya, orang beriman sehasusnya menganggap petir sebagai ayat-ayat, gejala kekuasaan Allah yang disingkapkan rahasianya. Sebagaimana firman Allah dalam (Surat Ar-Rum 30:24), “Dan diantara gejala kekuasaan-Nya yaitu ditampakkannya kepadamu petir yang angker dan menjadikan keinginan.”
Petir yakni ayat Allah, dia haruslah ditempatkan selaku hal penting yang mesti ditafakuri seluk-beluknya. Ahli tafsir cuma menyebutkan bahwa yang dimaksud cita-cita ialah keinginan akan turunnya hujan. Rasanya terlalu sederhana. Segalah hal yang disebutkan Allah dalam Al-Alquran pastilah mengandung arahan untuk sesuatu yang lebih dalam.
Petir merupakan insiden listrik
Baru di tahun 1750-an, seorang ilmuwan Amerika bernama Benjamin Franklin menyebutkan bahwa petir yaitu sebentuk insiden listrik. Petir merupakan lompatan listrik bertegangan tinggi yang terjadi di atmosfer. Arus listrik yang terjadi dalam sekali sambaran petir yakni 10 coloumb pada percobaan tegangan memiliki peluang sebesar 100 juta volt. Energi yang ditimbulkan sebesar 1 miliar joules atau 280 kwh, cukup untuk menghidupkan AC kamar selama 2 ahad. Padahal, setiap detik terjadi 100 lompatan petir di wajah bumi. Sebanyak 90% berlangsung di awan, tidak tampak oleh mata. Sisanya terjadi lompatan antara awan dan bumi dengan kecepatan 100 ribu kilometer per detik.
Bagaimanapun, saban hari bahu-membahu tersedia 100 x 24 x 60 x 60 x2 80 kwh = 22,4 miliar kwh listrik gratis. Namun yang diperoleh manusia kini dari petir masih berupa petaka kebakan, nyawa melayang dan kerusakan alat-alat elektronika. Fabiayya ala’i rabbikuma tukadziban. “Maka lezat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan?”
Listrik yang kita nikamati, bukan energi murni
Dr. Ir. H. Chunaeni Latief, M.Eng. SC., pimpinan labolatorium energi Unisba menyampaikan bahwa seluruh listrik yang kita nikamati kini bukan energi listrik murni. Sebagaian besar berasal dari energi air (PLTA), energi nuklir (PLTN), energi uap (PLTU), energi gas bumi (PLTG) dan lain-lain. Sedangkan yang dinamakan energi listrik yang benar-benar murni ialah dari petir. Ini belum dimanfaatkan sama sekali. PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Petir baru dalam taraf eksperimen kecil-kecilan-kecilan di Jepang.
Para ahli meteorologi menjumlah bahwa suhu di batang petir mampu mencapai 25.000 ºC, dan tekanan udara meraih 10 atm dalam seperkian detik. Inipun sumber energi berpeluang lagi yang mampu dikonversi untuk keperluan insan. Al Quran sudah mengisyaratkan adanya cemas dan harapan akibat petir. Ketakutan telah membuatkan teknologi alat penangkal petir. Sedangkan cita-cita yang timbul dari petir masih terbuka lebar bagi ilmuwan Muslim untuk digali. Selain menghasilkan energi listrik, petir masih mempunyai peranan besar lain di bumi. Petir mempercepat terjadinya hujan dan pembentukan salju. Petir juga melestarikan nitrogen di atmosfer bumi. Nitrogen yaitu komponen utama yang diharapkan makhluk hidup. Diperkirakan jutaan tahun silam, di awal usianya, petirlah yang telah berjasa atas sintesa terbentuknya zat-zat kimia organik yang akhirnya berlanjut pada berkembangnya kehidupan di muka bumi.
Itu tadi sedikit artikel ihwal Sebenarnya, Petir itu Rahmat atau Laknat, Ini Penjelasan Al-Alquran. Semoga mampu berguna. Sekian dan sampai jumpa pada artikel berikutnya. Terimakasih.
Sumber: R. Aden. 2010. Fakta-fakta Unik. Yogyakarta: Penerbit Siklus.