PENCEMARAN LINGKUNGAN
(Studi Kasus : Kondisi Pencemaran Lingkungan Perairan
Di Setu Rawa Besar Kota Depok)
Oleh : Putra Muhammad Fadila (@V05 – Putra)
NIM. 41620110006
Fakultas Teknik Industri
Universitas Mercu Buana Jakarta
ABSTRAK
Kota Depok merupakan kota yang dilintasi oleh beberapa sungai yang sebagian besar muaranya ke Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta diantaranya ialah Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan, Sungai Angke, dan Sungai Cikeas. Selain itu ada pula ajaran irigasi yang disebut selaku kali, mirip Kali Cabang Tengah, Kali Cabang Timur dan Kali Cabang Barat. Kondisi ruas sungai, danau maupun setu tersebut nyaris semua tingkat pencemarannya cukup tinggi dan belum patut untuk dijadikan air baku, terutama untuk konsumsi. Sumber utamanya masih soal limbah rumah tangga dan beberapa pabrik tahu-tempe yang belum menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah dalam aktivitas di hilirnya
Danau urban di Kota Depok yang diketahui dengan “setu atau situ” sangat mempunyai peranan penting dalam pengelolan sumber daya air yang terintergrasi. Walau peranannya sangat utama dalam mempertahankan keseimbangan tata cara air di area urban, danau urban kurang mendapat perhatian. Pesatnya kemajuan di area urban pada tempat tangkapan memiliki pengaruh terhadap kuantitas dan mutu air danau urban di Kota Depok. Masalah kronis di kawasan hilir Kota Depok mirip banjir kiriman pada isu terkini hujan dan kekurangan air pada ekspresi dominan kering mengindikasikan danau tidak diatur dan difungsikan dengan baik. Gangguan oleh kegiatan manusia ataupun oleh ala, antara lainnya seperti alih fungsi lahan di area tangkapan danau, erosi, pembuangan sampah, air limbah dan ajaran permukaan telah menurunkan kapasitas/volume air dan mutu air danau berupa pencemaran.
Kata Kunci : Pencemaran, Perairan, Setu Rawa
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penurunan kualitas air
tanah dan air permukaan yang terjadi dikala ini di Kota Depok tidak lagi disebabkan oleh industri selaku penyebab utama yang mencampakkan limbahnya ke badan- badan sungai di daerah Kota Depok. Data hasil observasi JICA pada gambar 1 di bawah ini menyimpulkan bahwa air limbah domestik adalah penyebab utama penurunan kualitas air sungai- sungai di Jakarta. Pada tahun 1989 tercatat bantuan air limbah domestik sebanyak 78,9% sedangkan air limbah industri cuma 8%. Pada tahun 2010 perkiraan kontribusi air limbah domestik akan menurun sekitar 72.7% sedangkan air limbah industri akan meningkat menjadi 9,9%, (JICA, 1990).
Gambar 1. Grafik Prosentase Sumber Pencemaran Air Limbah di Kota Depok
Selama ini penduduk cenderung menyalahkan industri terhadap kondisi pencemaran lingkungan perairan yang terjadi di wilayah mereka. Dari hasil survei oleh JICA tersebut penduduk perlu merubah cara pandang problem pencemaran yang terjadi dikala ini. Limbah cair domestik yang tidak lain adalah air limbah yang dihasilkan dari acara rumah tangga masyarakat menjadi penyebab paling besar terjadinya pencemaran di kawasan perairan setu rawa besar Kota Depok
1.2. Tujuan
Untuk menganalisis kepada kondisi pencemaran yang terjadi di wilayah perairan setu rawa besar Kota Depok.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pencemaran
Pencemaran ialah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ ataukomponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga mampu berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh aktivitas manusia dan proses alam, sehingga mutu air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya Untuk menangkal terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagaiaktivitas industri dan aktivitas insan, maka dibutuhkan pengendalian kepada pencemaran lingkungan dengan memutuskan baku mutu lingkungan
2.2. Pencemaran Air
Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berlainan oleh satu orang dengan orang yang lain mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan definisi perumpamaan tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, selaku turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari bagian-komponen lingkungan hidup, mirip pencemaran air, pencemaran air maritim, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU ihwal lingkungan hidup ialah UU No. 23/1997. Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan selaku : “pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga mutu air turun sampai ke tingkat tertentu yang menimbulkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2).
2.3. Indikator pencemaran air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar ialah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
· Pengamatan secara fisis, adalah pengamatan pencemaran air berdasa
rkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, amis dan rasa
· Pengamatan secara kimiawi, yakni observasi pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, pergeseran pH
· Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air menurut mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya kuman pathogen.
3. HASIL PEMBAHASAN
3.1. Pencemaran di Perairan Setu Rawa Besar Kota Depok
Kematian Masal Ikan di Setu Rawa Besar Kota Depok telah mendapatkan beban berat materi pencemar baik berbentuklimbah domestik, organik, industri, logam berat maupun tumpahan minyak yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu sampai dikhawatirkan sudah melebihi daya dukungnya Bermuaranya beberapa sungai yang melintasi kawasan Kota Depok ke Setu Rawa Besar telah membawa berbagai materi pencemar. Maka tak aneh apabila perairan Setu Rawa Besar ketika ini telah mengalami pengkayaan berlebihan (eutrofikasi) yang sangat berpotensi menyebabkan terjadinya ledakan (blooming) plankton atau yang lebih parah lagi mengakibatkan terjadinya RED TIDE yang diikiuti dengan penurunan oksigen secara tiba-datang. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan baik secara ekologis, ekonomis maupun estetika, sehingga perlu diminimalkan kemungkinan terjadinya atau bahkan dicegah sama sekali. Beberapa insiden akhir hayat masal dari ikan-ikan di Seru Rawa Besar beberapa tahun ini sering terdengar. Meskipun beberapa pakar masih belum dapat memutuskan penyebabnya, namun tidak dibantah lagi bahwa akhir hayat massal ikan-ikan tersebut berhubungan bersahabat dengan tidak mencukupinya kadar oksigen terlarut (DO) untuk mendukung kehidupan ikan dan biota perairan yang lain di dalam perairan atau keracunan materi pencemar lainnya. Terdapat banyak kemungkinan penyebab terjadinya penurunan oksigen dalam perairan yakni mampu disebabkan oleh ledakan plankton atau insiden upwelling ialah proses penaikan massa air bagian dalam ke permukaan.
3.2. Kualitas Fisik Air Setu Rawa Besar di Kota Depok
Untuk perairan Setu Rawa Besar pada periode Mei untuk parameter suhu, salinitas, pH, arah dan kecepatan angin, masih menyanggupi baku kualitas sedangkan untuk parameter DO dan kecerahan sudah melebihi baku kualitas.
3.3. Kualitas Kimia Air Setu Rawa Besar di Kota Depok
Di perairan Setu Rawa Besar konsentrasi detergen dan BOD di semua zona tidak menyanggupi baku mutu, dan terus terjadi peningkatan fokus detergen di semua zona selama tamat tahun ini. Sedangkan pada parameter seng secara lazim masih memenuhi baku kualitas yang ada, hanya di zona–zona tertentu saja. Untuk parameter nitrat di semua zona telah melebihi baku mutu.
3.4. Kualitas Biologi Air Setu Rawa Besar di Kota Depok
Berdasarkan indeks keragaman, perairan Setu Rawa Besar untuk zona D sudah mengalami pencemaran berat, khususnya partikel tersuspensi (TSS), ammonia, nitrat, phosphat, Coli dan Fecal Coli. Untuk mempertahankan keberlanjutannya, tampaknya perlu dilaksanakan upaya keras dalam mengurangi tingkat pencemaran di Setu Rawa Besar dengan menggalakkan dan mengembangkan acara PROKASI di seluruh daerah aliran sungai dari hulu sampai ke hilir
4. KESIMPULAN
Pencemaran yang terjadi di Setu Rawa Besar Kota Depok lebih banyak disebabkan oleh air limbah domestik penduduk Kota Depok yang membuang air limbahnya ke kanal drainase, lalu mengalir ke parit parit yang pada alhasil bermuara ke perairan Setu Rawa Besar. Air limbah domestik yang dibuang ke Setu Rawa Besar banyak mengandung detergen yang dapat mengakibatkan tingginya
beban pencemaran di Setu Rawa Besar tersebut. Akibatnya kandungan deterjen dan BOD menjadi tinggi, sehingga kandungan oksigen (DO) di dalam air menjadi menipis. Kondisi perairan Setu rawa Besar yang banyak mengandung limbah domestik menjadi penyebab utama maut masal ikan bebarapa tahun dewasa ini. Air bahari yang tercemar oleh air limbah domestik memiliki kadar oksigen terlarut (DO) yang sedikit, sehingga populasi phytoplankton dari jenis dinoflagellata yang bersifat toxic atau beracun menjadi bertambah banyak.
Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKA
Http://Www.Rudyct.Com/Pps702-Ipb/08234/Lina_Warlina.Pdf
Jica 1990, The Study On Urban Drainage And Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta.
Ashar, Yulia Khairina And Susilawati, Susilawati And Agustina, Dewi (2020) Analisis Kualitas (Bod,Cod,Do) Air Sungai Pesanggrahan Desa Rawadenok Kelurahan Rangkepan Jaya Baru Kecamatan Mas Kota Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat Uinsu Medan.
Yohannes, B. Y., Utomo, S. W., & Agustina, H. (2019). Kajian Kualitas Air Sungai Dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Ijeem – Indonesian Journal Of Environmental Education And Management, 4(2), 136 – 155.
Mudarisin, (2004) Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai: Studi Kasus Sungai Cipinang Jakarta Timur Control
Said, Nusa Idaman, Pengelolaan Air Limbah Domestik Di Dki Jakarta, Jurnal Air Indonesia, Bppt 2006.
S. Yudo, Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Wilayah DKI Jakarta Ditinjau Paramater Organik, Amoniak Fosfat, Deterjen Dan Bakteri Coli. Jurnal Air Indonesia, BPPT, 2010