“Upaya Penanganan Pencemaran Air”
Oleh: Agustinus Kukuh
@W15-AGUSTINUS
Abstrak
Pencemaran air dapat memperlihatkan imbas yang sungguh merugikan terhadap manusia, binatang maupun lingkungan serta ekosistem disekitarnya. Pencemaran air mampu menimbulkan gangguan kesehatan, kerusakan lingkungan serta terganggunya keseimbangan ekosistem. Begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran air terhadap kelangsungan makhluk hidup dan ekosistem di permukaan bumi, sehingga langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan pencemaran air penting untuk dijalankan. Berikut ini akan diterangkan mengenai langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan pencemaran air, semoga air sebagai keperluan vital bagi makhluk hidup tetap terjaga kebersihannya.
Pendahuluan
Pencemaran air menjadi duduk perkara serius yang perlu ditanggapi oleh banyak pihak alasannya dapat mengganggu kehidupan sekaligus ekosistem di bumi karena air mempunyai peranan yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, Pencemaran air adalah menurunnya kualitas air balasan masuknya makhluk hidup, zat, dan energi ke dalam air balasan kegiatan insan. Penurunan mutu air tersebut mampu disebabkan secara sengaja oleh aktivitas manusia dan juga disebabkan oleh berbagai jenis sampah dan limbah dari beberapa sektor industri di Indonesia. Melakukan pengendalian pencemaran air limbah mampu menjadi langkah yang kongkrit dalam pencegahan pencemaran air.
Air yang bersih merupakan air yang mampu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dimana kualitasnya telah memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum bilamana telah diolah. Oleh sebab itu, air bersih menjadi aset yang sungguh dibutuhkan oleh makhluk hidup karena fungsi biasanya diperlukan bagi setiap acara sehari-hari. Untuk menyambung hidup, menjaga kebersihan diri, sampai daerah meningkat biak bagi hewan-binatang air sehingga pencemaran air harus sungguh dicegah sebisa mungkin sedari dini dan tidak lupa untuk secepatnya mempelajari ihwal pengolahan limbah supaya aman saat dibuang melalui pembinaan pengolahan air limbah.
TEKNIK BIOREMEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
Bioremediasi ialah penggunaan mikroorganisme yang sudah dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu selaku upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut. Pada dikala proses bioremediasi berlangsung, enzim–enzim yang dibuat oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya. Sehubungan dengan bioremediasi, Pemerintah Indonesia telah mempunyai payung hukum yang mengontrol kriteria baku kegiatan Bioremediasi dalam mengatasi permasalahan lingkungan balasan acara pertambangan dan perminyakan serta bentuk pencemaran yang lain (logam berat dan pestisida) lewat Kementerian Lingkungan Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, wacana tatacara dan standar teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah tercemar oleh minyak bumi secara biologis (Bioremediasi) yang juga mencantumkan bahwa bioremediasi dilaksanakan dengan menggunakan mikroba lokal.
Daftar Isi
Prinsip Dasar
Pengolahan air tercemar secara biologi pada prinsipnya ialah menggandakan proses alami self purification di sungai dalam mendegradasi polutan melalui peranan mikroorganisma.
a. Pertumbuhan mikroorganisma menempel
Mikroorganisme ini keberadaannya melekat pada suatu permukaan contohnya pada batuan ataupun flora air. Selanjutnya diaplikasikan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPA) misalnya dengan tata cara trickling filter. Selama pembuatan aerobik air limbah domestik, genus basil yang sering didapatkan berupa Gram-negatif berbentuk batang heterotrofik organisme, termasuk Zooglea, Pseudomonas, Chromobacter, Achromobacter, Alcaligenes dan Flavobacterium. Filamentous basil mirip genera Beggiatoa, Thiotrix dan Sphaerotilus juga didapatkan dalam biofilm, sebagaimana organisme seperti Nitrosomonas dan nitrifikasi Nitrobacter.
b. Pertumbuhan mikroorganisma yang tersuspesi
Mikroorganisme ini keberadaannya dalam bentuk suspensi di dalam air yang terkotori. Selanjutnya diaplikasikan pada IPAL dengan tata cara lumpur aktif konvensional menggunakan bak aerasi maupun sistem SBR (Sequence Batch Reactor). Berbeda dengan mikroorganisma yang melekat, metode perkembangan mikroorganisma yang tersuspensi terdiri dari agregat mikroorganisma yang pada umumnya tumbuh selaku flocs dalam kontak dengan air limbah pada waktu pengolahan. Agregat atau flocs, yang terdiri dari berbagai spesies mikroba, berperan dalam penurunan polutan. Umumnya spesies mikroba ini terdiri dari basil, protozoa dan metazoa. Pada metode kolam stabilisasi, organisme phototrophic, yang memanfaatkan aneka macam akseptor elektron, dapat dimanfaatkan untuk mencapai pembuatan yang bagus dengan mengabaikan masukan energi.
Teknik Isolasi Bakteri
Isolasi kuman yang baik dan benar mampu menentukan bakteri yang cocok dalam proses remediasi air limbah yang dikehendaki. Oleh alasannya adalah itu prinsip penyeleksian kuman hasil isolasi mampu menawarkan kinerja penurunan kadar polutan yang optimal (Thompson et al, 2005). Karena secara alami jumlah basil yang dikehendaki terdapat dalam jumlah sedikit, malah lebih banyak kuman yang tidak diinginkan, maka diperlukan proses isolasi untuk memperbanyak bakteri yang dimaksud (Barrow. and Feltham , 2003). Tujuan mengisolasi basil adalah untuk mendapatkan basil yang dikehendaki dengan cara mengambil sampel mikroba dari lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel tersebut kemudian dikultur/dibiakkan dengan memakai media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang ingin diraih ( Tortora, 2010).
APLIKASI BIOREMEDIASI
1. 1. Isolasi basil dan Penurunan Kadar Pencemar
Saat ini observasi dan aplikasi bioremediasi untuk air tercemar mampu dibedakan menjadi dua, ialah bakteri indigenous dan cakteri “commercial product.
a) Bakteri Indigenous
Bakteri indigenous merupakan hasil isolasi kuman yang dilaksanakan oleh laboratorium yang bersangkutan. Isolat terbaik yang dipilih dapat dikombinasikan dalam sebuah konsorsium. Hasil isolasi dan seleksi kuman indigenous yang berasal dari lumpur Sungai Siak didapatkan 6 isolat basil yang mampu mereduksi logam Pb. Bakteri tersebut terdiri dari: Microccocus, Corynebacterium, Phenylo- bacterium, Enhydrobacter, Morrococcus, Flavobacterium dengan jumlah total kuman berkisar antara: 3,0 X 107 hingga 1,5 X 108 sel/ml (Sri, Dewi, dan Suwondo, 2005). Selain potensial dalam penurunan logam, kuman indigenous lain yang berasal dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) juga mempunyai kemampuan untuk menurunkan pencemar organik, seperti isolat hasil observasi Suyasa (2007) yang mendapatkan 17 isolat kuman yang berasal dari RPH mempunyai kesanggupan menurunkan COD 63% waktu retensi 7 hari. Selain dari lumpur sungai, bakteri untuk bioremediasi air juga dapat diperoleh dari air dan sedimen danau atau tambak udang. Dengan melaksanakan isolasi dan seleksi kuman yang berasal air dan lumpur Danau Maninjau didapatkan 2 isolat bakteri yang dapat mereduksi sulfida, dan 7 isolat basil untuk mereduksi amonia (Rusnam; Efrizal; Bustanul , 2009). Seperti juga di danau yang merupakan ekosistem perairan tergenang (lentic), bak tambak udang juga mempunyai potensi basil remediasi.
2. Identifikasi bakteri
Identifikasi dapat dijalankan dengan beberapa cara termasuk : Pengamatan morfologi sel, pewarnaan gram, dan uji biokimia. Beberapa acuan morfologi sel bakteri yang berasal dari peternakan sapi di Kabupaten Bandung (Gambar 4). Selain berdasarkan morfolofi, bakteri juga dibedakan menjadi 3 bentuk meliputi: Bentuk bundar (kokus), Bentuk batang (kuman), dan Bentuk spiral (Pelczar dan Chan, 2006; Bergey’s, 2005, Michael .,2006).
Beberapa contoh dari hasil isolasi dan id
entifikasi indeginous basil didapatkan jenis Microccocus, Corynebacterium, Phenylo- bacterium, Enhydro-bacter, Morrococcus, Flavobacterium. Selain basil indigenous tersebut, bakteri “commercial product” mirip jenis Bacillus, Pseudomonas, Escherichia, serta enzym Amylase, Protease, Lipase, Esterase, Urease, Cellulase, Xylanase, juga diketahui mampu mendegradasi bahan pencemar organik (BOD, COD) di sungai.
3. Perbanyakan basil
Setelah ditemukan isolat yang diharapkan, uji degradasi, dan identifikasi kuman,selanjutnya yakni membuat perbanyakan kuman untuk uji skala lapangan. Perbanyakan kuman atau pengembangan inokulum ini ialah proses untuk memproduksi inokulum. Perbanyakan bakteri indigenous dilaksanakan lewat tahapan: pembuatan kultur stok, pemeliharaan kultur, perbanyakan kultur tahap I, perbanyakan kultur tahap II, dan pengerjaan kultur buatan.
KESIMPULAN
Teknologi bioremediasi dalam pengendalian tubuh air terkontaminasi dapat dilakukan melalui proses: isolasi, pengujian kuman dalam mengdegradasi zat pencemar, kenali kuman, dan perbanyakan kuman. Isolat kuman tersebut mampu berasal dari basil “indigenous” atau dari “commercial product”. Baik basil “indigenous” maupun commercial product” dapat mereduksi bahan pencemar logam Pb, nitrat, nitrit, bahan organik (COD), sulfida, kekeruhan, dan amonia di sungai maupun danau. Perbanyakan bakteri indigenous dikerjakan lewat tahapan: pembuatan kultur stok, pemeliharaan kultur, perbanyakan kultur tahap I, perbanyakan kultur tahap II, dan pembuatan kultur produksi. Sedangkan perbanyakan bakteri yang berasal dari commercial product tinggal mengencerkan produk dengan takaran yang telah ditetapkan pada kemasannya.
Daftar Pustaka
Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
https://formasibisnis.com/postingan/solusi-menghalangi-pencemaran-air
Badjoeri, M, Tri Widiyanto. 2008. Penggunaan Bakteri Nitrifikasi untuk Bioremediasi dan Pengaruhnya kepada Konsentrasi Ammonia dan Nitrit di Tambak Udang. ISSN 0125-9830. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia Vol. 34 (2) : 261-278.
Suyasa, W.B. 2007. Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak/Lemak dari Beberapa Sedimen Perariran Tercemar dan Bak Pengolahan Limbah. Jurnal Bumi Lestari Vol. 7 (2) : 39-42.
Yudianto, D, Xie Yuebo. 2010. Evaluasi Pemanfaatan Teknologi Bakteri dan Pemodelan Proses Biodegradasi dalam Pekerjaan Restorasi Sungai Xuxi, Kota Wuxi, China. Pengembangan Teknologi Bakteri untuk Restorasi Sungai, BAPPENAS.