Ini Syarat Untuk Belajar Ilmu Qira’at

Ilmu Qira’at ialah perbedaan tata cara membaca Al Qur’an yang diajarkan malaikat Jibril As terhadap baginda nabi Muhammad Saw. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan pengucapan kata, dialeg, cara pengungkapan kosa kata bangsa arab di zaman beliau Saw sesuai suku dan kabilah masing-masing.

Mungkin sobat-sobat sebagaian ada yang telah sanggup mengikuti dan ada juga yang belum dengan paparan penulis dibawah ini. Tapi setidaknya penulis sudah berupaya memperkenalkan salah satu produk aliran baginda Rasulullah SAW dalam Al Qur’an yang tidak ada satupun kelompok keagamaan yang menentangnya. Begitu juga, ‘amaliyyah ibadah kita sehari-hari adalah salah satu produk yang dihasilkan para ulama dari ilmu Qira’at ini. Makara, silahkan diikuti dan dibaca dengan baik.

Langsung saja, berikut ini adalah step-step yang mesti kita kuasai secara matang sebelum terjun mempelajari ilmu Qira’at, baik Qira’at Sab’ah (tujuh) atau Qira’at ‘Asyroh (sepuluh):

MENGUASAI BAHASA ARAB

Bahasa arab sungguh dibutuhkan sebagai pengantar mengerti kitab-kitab atau literatur ilmu Qira’at yang ada. Sampai saat ini, penulis belum memperoleh buku berbahasa Indonesia yang mengajarkan ilmu Qira’at secara detail dan lengkap. Hanya beberapa saja, itupun cuma pengenalan pokok-pokok & dasar-dasarnya saja.

HAFAL AL QUR’AN 30 JUZ

Tidak mungkin bagi seseorang yang belum hafal 30 juz untuk mempelajari ilmu Qira’at, lantaran dia akan merasa kebingunan dengan penggalan-penggalan suku kata Al Qur’an yang diterangkan dalam bimbingan bait-bait syair. Tidak mesti tanpa hambatan 100 %, tetapi setidaknya ia sudah hafal dan mengenal letak-letak kepingan ayat 70 % keatas.

FASIH & BERTAJWID MEMBACA AL QUR’AN

Seseorang yang mengaji Al Qur’annya belum memenuhi persyaratan persyaratan baca bertajwid (diutamakan yang telah mendapat sanad Hafs ‘an ‘Ashim) beliau akan makin kacau dan rusak mengajinya. Hal ini disebabkan perbedaan yang sungguh super sensitif pada bunyi bacaan yang ada. Sebagai teladan: untuk membedakan bacaan Fathah & Taqlil atau Imalah & Kasroh, seseorang harus sungguh-sungguh telah memantapkan bacaannya agar tidak tertukar. Belum lagi nanti ada istilah Ikhtilas, yakni membeca sepertiga harakat.

  Kepentingan Partai, Program Berbagai Kebijakan Filsafat Elit Politik

HAFAL BAIT AS SYATIBIYYAH ATAU AT THOYYIBAH

Kedua rangkaian bait tersebut adalah tuntunan yang menerangkan perbedaan tata cara membaca pada setiap kata dalam sebuah ayat. Diawali dengan kaedah ushul yang mampu dikiaskan pada setiap tempat. Kemudian ada juga kaedah farsy yang berisi perbedaan yang hanya dijumpai pada satu daerah atau beberapa saja dalam Al Qur’an.

Menghafal rangkaian bait ini bersifat wajib, tidak sanggup tidak. Karena keduanya ibarat suatu perahu & dayung yang dipakai berlayar oleh seseorang yang mau mengarungi samudra luas ilmu Qira’at.

As Syatibiyyah adalah kumpulan bait-bait Qira’at Sab’ah yang berjumlah 1173 baris. Sedangkan At Thoyyibah yakni kumpulan bait-bait Qira’at ‘Asyroh yang berjumlah 1015 baris. Diharuskan menghafalkannya hingga sungguh-sungguh tanpa gangguan 100 % selaku dalil isyarat penyebutan perbedaan baca, kalau ingin meneruskan pada tahap setor ke seorang guru/syekh.

HAFAL RUMUS-RUMUS IMAM QIRA’AT DALAM BAIT

Pada kedua kitab diatas terdapat rumus-rumus imam-imam Qira’at beserta perawi-perawinya yang harus juga dihafal supaya mampu memahami imam atau rawi mana yang sedang membaca demikian. Dengan demikian, akan mudah menuangkannya dalam bacaan setoran secara urut. Terdapat 2 macam rumusan:Rumusan tunggal untuk 1 Qori’ atau 1 rawi, contoh:
Huruf ا (Alif) : Rumus dari imam Nafi’ Al Madani
Huruf ب (Ba’): Rumus dari perawinya, ialah Qolun
Huruf ج (Jim): Rumus dari perawinya, ialah Warsy

Rumus golongan

Rumus ini yakni rumus kalimat yang berisikan beberapa imam dan perawi, pola:
Kata ‘سما‘: Rumus dari Imam Nafi’, Ibn Katsir & Abu Amr
Kata ‘حصن‘: Rumus dari Imam Ashim, Hamzah, Al Kisa’i & Nafi’
Kata ‘صحاب‘ : Rumus dari Imam Hamzah, Kisa’i & Hafs

Ini hanya sebagian kecil dari tumpuan rumus-rumus yang penulis sertakan. Untuk lebih lengkapnya, silahkan merujuk pada kitab-kitab ilmu Qira’at yang ada.

  Perbedaan Aturan Perjanjian Syari'ah Dengan Hukum Perjanjian Konvensional

MENGAJI SYARAH BAIT DENGAN SYEKH

Pada lazimnya , bait-bait yang berisi ihwal anjuran , informasi ilmu, proposal atau petuah sangatlah gampang untuk difahami. Namun untuk bait-bait ilmu Qira’at ini tidak semudah yang anda bayangkan. Tidak menjamin ahli baca kitab botak, kemudian faham dikala membacanya. Sebagai pola:

َنَعَمْ إذْ تََمَشَّتْ زَيْنَبٌ صَالَ دَلُّهَا *** سَمِيَّ جَمَالٍ وَاصِلاً مَنْ تََوَصَّلا

Atau ingin mencoba memahami bait yang lain:

وَأَبْدَتْ سَنَا ثَغْرٍ صَفَتْ زُرْقُ ظَلْمِهِ *** جَمَعْنَ وُرُوْدًا بَارِدًا عَطِرَ الطِّلاَ

Bagaimana kawan-kawan?

MENGHAFAL NAMA IMAM & PERAWI DAN URUT-URUTANNYA

Untuk Qiraat Sab’ah, akan ada 7 nama imam/perawi yang harus dihafal. Sedangkan setiap imam memiliki 2 rawi masyhur, mempunyai arti ada 14 urutan nama yang mesti dihafal dengan baik.

Untuk Qiraat ‘Asyroh, cuma penambahan 3 imam beserta 2 rawinya saja, jadi ada 6 nama. Secara keseluruhan, mesti menghafal 20 urutan nama. Ini kalau menggunakan jalur Qira’at ‘Asyroh Shughro (As Syatibiyyah + Ad Durroh). Jika menggunakan jalur Qira’at ‘Asyroh Kubro (At Thoyyibah) maka rumusnya akan berlawanan.

HAFAL SETIAP KATA YANG BERBEDA CARA BACA

Dalam hampir setiap ayat Al Qur’an terdapat beberapa perbedaan cara baca sebuah kata dari ke 20 imam diatas. Ada juga beberapa perbedaan terjadi cuma pada 1 kata saja. Nah, seorang ‘aktifis’ ilmu Qira’at yang tangguh harus tahu dan sungguh-sungguh hafal perbedaanya, jikalau beliau ingin tanpa kendala perjalanan mencar ilmu Qira’atnya.

HAFAL URUTAN PERBEDAAN SETIAP KATA PADA AYAT

Pada point diatas diterangkan bahwa perbedaan cara baca kata terjadi nyaris pada setiap ayat. Jumlahnya beragam, tergantung tingkat kerepotan perbedaan pada ayat tersebut. Nah, seorang ‘aktifis’ ilmu Qira’at yang ideal harus mengetahui urutan perbedaan tersebut dimulai dari akhir ayat sampai awal ayat.

Dari wawasan ‘tertib perbedaan’ inilah beliau sanggup meramu urutan baca 20 imam Qira’at yang penulis maksud. Sebagai teladan:

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Pada surat Al Baqarah 31 diatas nyaris di setiap kata terdapat perbedaan metode baca. Kaprikornus, sang ‘aktifis’ tersebut harus hafal urutannya dimulai dari selesai sampai awal ayat sbb:
كُنتُمْ : Mim Jama’
ءِ إِن : Bertemu 2 hamzah
هَٰؤُلَاءِ : Mad wajib pada “laaa’i”
هَٰؤُلَاءِ : Mad Jaiz pada “Haaa’u”
بِأَسْمَاءِ : Mad Wajib pada “Maaa’i”
بِأَسْمَاءِ : Ibdal, Tashil pada “Bi a”
أَنبِئُونِي : Mad Badal pada “Uuuu”
أَنبِئُونِي : Naql pada “AnBuuni”
الْمَلَائِكَةِ: Tashil pada kata “i” ketika waqaf
الْمَلَائِكَةِ : Mad Wajib pada “Laai”
عَرَضَهُمْ : Mim jama’
الْأَسْمَاءَ : Mad Wajib pada “Maaaa a”
مَ الْأَسْمَاءَ : Ada Naql dan Saktah pada “Mal as”
آدَمَ : Mad Badal pada “aaa”

  Pengirim Ilmu Aturan ( Pih ) Wacana Ilmu Aturan

Dari setiap ayat memiliki urutan dan perbedaan yang sangat menonjol , sehingga sang ‘aktifis’ harus betul-betul hafal kaidah dan rumusan hingga dia mampu teliti dan super sensitif mengetahui setiap perbedaan kata dan bacaan setiap imam dari hafalan bait-bait diatas.Pembaca yang budiman..Step-step diatas yaitu modal dasar sebelum mengarungi samudra ilmu Qira’at secara menyeluruh. Namun sebelumnya, ada hal-hal yang lebih penting untuk diperhitungkan yang berhubungan dengan problem batin, seperti:
Apakah tujuan dan niat anda mencar ilmu ilmu Qira’at?
Apakah telah percaya, mantab dan bertekat bulat menyelaminya?
Apakah siap bersabar dengan waktu yang cukup usang?
Apakah anda sudah siap dengan bahan hafalan yang ada?

Perlu diketahu, bahwa syarat-syarat diatas didedikasikan bagi teman-sobat yang ingin belajar ilmu Qira’at secara jama’/kolektif (mengumpulkan perbedaan seluruh imam). Adapun bagi yang ingin mempelajarinya secara partial (per Imam/rawi), maka syarat-syaratnya lebih mudah dan ringan.

Semoga kita semua dijadikan termasuk dari ahlul qur’an yang mereka ialah manusia-insan yang ‘dimanja’ oleh Tuhan SWT. Dan agar ada sedikit manfaatnya untuk bekal wawasan kita sebagai wujud kecintaan kita kepada Al Qur’an. Dan pada jadinya kelak, Al Qur’an akan menjadi penolong dan pemberi syafaat kita, amin yaa robbal ‘alamin.

Mohon koreksi kalau ada kesalahan dan kelemahan.Wassalam

Via : Ust. Mochamad Ihsan Ufiq