Setelah sekian usang berkuasa, pada risikonya kekaisaran Ottoman Utsmani mengalami banyak sekali macam kemunduran hingga keruntuhannya. Kemunduran yang paling mendasar yakni dalam bidang pendidikan. Hal ini terang tampakmanakala jumlah sekolah dan siswa umat Katolik lebih banyak dan mengalami pertumbuhan yang kesudahannya mulai memainkan aneka macam peranan dalam banyak sekali bidang utamanya perekonomian dan pemerintahan.
Kemunduran kesultanan Turki Utsmani mulai terjadi dimasa-abad reformasi didalam bidang pemerintahan, alih-alih demi kepentingan dan perkembangan bangsa Turki, alhasil satu persatu nilai-nilai lama yang terdapat dalam kandungan kitab suci Al-Alquran mulai ditinggalkan dan mulai beralih kepada tata cara-metode sekulerisme bikinan nalar fikiran insan yang sudah bertolak belakang dengan tuntunan syariat Islam.
Ada tiga alasannya adalah utama yang jadi faktor penyebab runtuhnya kesultanan Turki Utsmani.
1. Kondisi Pemerintahan yang Lemah dan Kemerosotan Akhlak
Turki mulai mengalami kemunduruan setelah terserang penyakit yang menyerang bangsa-bangsa besar sebelumnya, yaitu : cinta dunia dan pola hidup mewah, perilaku iri hati, saling membenci, dan terjadinya penindasan. Pejabat pemerintahan terpuruk alasannya adalah suap dan korupsi.
Para wali dan pegawai tinggi memanfaatkan jabatannya untuk sekedar menyenangkan penguasa dan penumpuk harta. Begitu pula rakyat yang terus menerus karam dalam kemewahan dan kesenangan hidup, meninggalkan pengertian nilai nilai agama.
2. Serangan dan Pertempuran Militer Dari Eropa
Sebelum terjadinya Perang Dunia I yang menghancurkan Turki, upaya penyerangan dari Raja Eropa ke Turki bekerjsama sudah dimulai pada tamat era 16, dimana dikala itu keluar statement yang menyatakan bahwa : ”Sri Paus V, raja Perancis Philip dan republik Bunduqiyah setuju untuk memberitahukan perang ofensif dan defensif kepada orang-orang Turki untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai Turki mirip Tunisia, Al-Jazair dan Taroblush”.
Sejak itulah Turki melemah sebab banyaknya pertempuran yang terjadi antara mereka dan negara-negara Eropa. Puncak dari semua itu yakni keterlibatan Turki dalam Perang Dunia I pada 2 Agustus 1914. Atas planning anyir dari Mustafa Kamal, menimbulkan Turki kehilangan segala-galanya, dimana militer penjajah akhirnya memasuki Istambul.
3. Gerakan Oposisi Sekuler dan Nasionalis
Selain serangan konspirasi dari luar, kekhalifahan Utsmaniyah juga menerima perlawanan oposisi dari organisasi sekuler dan nasionalis yang sempit, mirip Organisasi Wanita Turki dan Organisasi Persatuan dan Kemajuan yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Ataturk. Dalam perjuangannya, mereka banyak melakukan pekerjaan sama dengan negara Eropa untuk mewujudkan harapan mereka menghilangkan kekhalifahan.
Puncaknya apa yang terjadi pada tahun 1909 Masehi, dengan dalih gerakan mogok massal, organisasi Persatuan dan Kesatuan sukses memasuki Istambul, menyingkirkan khalifah Abdul Hamid II dan melucutinya dari pemerintahan dan keagamaan dan tinggal menjadi simbol belaka. Tidak cukup itu, pada 3 Maret 1924.
Badan legislatif mengangkat Mustafa Kamal sebagai presiden Turki dan membubarkan khilafah Islamiyah. Tidak usang sesudah itu, Khalifah Abdul Hamid dan keturunannya diusir dari Turki dan aset kekayaannya disita oleh Negara. Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan tanggal 1 November 1922, dan Sultan terakhirnya adalah sultan Mehmed VI yang berkuasa semenjak 1918 hingga 1922.
Sultan Mehmed VI, ia meninggalkan negara ini (Turki) pada tanggal 17 November 1922. Kemudian Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan berdirinya Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923. Kemudian kekhalifahan kesultanan Turki Utsmaniyah secara resmi dibubarkan pada tanggal 3 Maret 1924.
Kronologi Runtuhnya Kesultanan Turki Utsmani
1. Pendidikan Umat Muslim Tertinggal Oleh Umat Kristiani
Era Konstitusional Pertama kesultanan ini tidak berlangsung usang. Parlemennya cuma bertahan selama dua tahun sebelum dibubarkan sultan. Dikarenakan tingkat pendidikannya yang lebih tinggi, penduduk Katolik di kesultanan ini mulai unggul daripada penduduk Muslim yang dominan, sehingga penduduk Muslim merasa tidak puas.
Pada tahun 1861, ada 571 sekolah dasar dan 94 sekolah menengah Katolik Utsmaniyah dengan 140.000 siswa. Jumlah itu jauh melampaui siswa Muslim di sekolah pada saat yang serupa. Kemajuan siswa Muslim terus melambat dikarenakan lamanya waktu mata pelajaran bahasa Arab dan teologi Islam.
Tingkat pendidikan siswa Kristen yang lebih tinggi memungkinkan mereka memainkan peran penting dalam perekonomian negara. Pada tahun 1911, 528 dari 654 perusahaan grosir di Istanbul dimiliki oleh etnis Yunani.
2. Banyak Terjadinya Peperangan
Perang Krimea yang terjadi tahun 1853 sampai 1856 yaitu bab dari kompetisi panjang antara kekuatan-kekuatan besar Eropa yang memperebutkan pengaruh di teritori Kesultanan Utsmaniyah yang melemah. Beban perang dari sisi finansial memaksa pemerintah Utsmaniyah mengajukan santunan mancanegara senilai 5 juta pound sterling pada 4 Agustus 1854.
Perang ini menyebabkan eksodus warga Tatar Krimea. Sekitar 200.000 di antaranya pindah ke Kesultanan Utsmaniyah dalam bentuk gelombang emigrasi. Menjelang final Peperangan Kaukasus, 90% etnis Sirkasia dilenyapkan, diusir dari tanah airnya di Kaukasus, dan terpaksa mengungsi ke Kesultanan Utsmaniyah.
Sekitar 500.000 hingga 700.000 orang Sirkasia berlindung di Turki. Beberapa sumber memberi angka yang lebih tinggi, yakni 1 juta-1,5 juta orang dideportasi atau dibunuh. Perang Rusia-Turki yang terjadi tahun 1877 hingga 1878 selsai dengan kemenangan mutlak bagi Rusia. Akibatnya, kawasan Utsmaniyah di Eropa berkurang dengan segera.
Bulgaria didirikan selaku kepangeranan merdeka di dalam Kesultanan Utsmaniyah, Rumania menerima kemerdekaan penuh. Serbia dan Montenegro mendapat kemerdekaan penuh dengan daerah yang lebih kecil.
Pada tahun 1878, Austria-Hongaria bahu-membahu menduduki provinsi Bosnia-Herzegovina dan Novi Pazar. Walaupun pemerintah Utsmaniyah menentang langkah-langkah ini, pasukannya dikalahkan dalam abad tiga ahad.
Sebagai imbalan atas pertolongan Perdana Menteri Britania Raya Benjamin Disraeli dalam pengembalian teritori Utsmaniyah di Semenanjung Balkan dikala Kongres Berlin, Britania Raya menerima hak pemerintahan di Siprus pada tahun 1878. Britania lalu mengantarkan tentaranya ke Mesir pada tahun 1882 untuk membantu pemerintah Utsmaniyah meredam Pemberontakan Urabi.
Britania pun memegang kontrol sarat di Siprus dan Mesir. Pada 1894 hingga 1996, sekitar 100.000 sampai 300.000 etnis Armenia yang tinggal di seluruh kesultanan dibunuh dalam sebuah kejadian yang disebut pembantaian Hamidian.
Seiring menyusutnya wilayah Kesultanan Utsmaniyah, banyak Muslim Balkan pindah ke teritori Utsmaniyah yang tersisa di Balkan atau ke jantung kesultanan di Anatolia. Ini terjadi Per-tahun 1923, hanya Anatolia dan Trakia Timur yang dikuasai Muslim.
3. Mengalami Banyak Kekalahan dalam Peperangan
Peta terakhir Kesultanan Utsmaniyah sesudah Persetujuan Sevres. Era Konstitusional Kedua dimulai pasca Revolusi Turk Muda pada tanggal 3 Juli 1908, lewat pengumuman sultan wacana penggunaan kembali konstitusi 1876 dan pembentukan kembali Parlemen Utsmaniyah. Pengumuman ini menjadi awal pembubaran Kesultanan Utsmaniyah.
Pada Era ini didominasi oleh politik Komite Persatuan dan Kemajuan serta gerakan yang kelak dikenal dengan istilah Turk Muda yang memanfaatkan perpecahan sipil, Austria-Hongaria secara resmi menganeksasi Bosnia dan Herzegovina tahun 1908, namun mereka menarik tentaranya dari Sanjak Novi Pazar, daerah lain yang diperebutkan Austria dan Utsmaniyah, untuk menyingkir dari perang.
Pada Perang Italia-Turki yang terjadi tahun 1911 hingga 1912, Kesultanan Utsmaniyah kehilangan Libya dan Liga Balkan menyatakan perang kepada Kesultanan Utsmaniyah. Utsmaniyah kalah dalam Peperangan Balkan yang terjadi tahun 1912 sampai 1913 dan kehilangan teritori Balkan-nya kecuali Trakia Timur dan ibu kota historis Adrianopel.
Sekira 400.000 Muslim yang khawatir menghadapi kekerasan etnis Yunani, Serbia, atau Bulgaria, mengungsi mundur bersama pasukan Utsmaniyah. Menurut perkiraan Justin McCarthy, semenjak tahun 1821 hingga 1922, sudah terjadi pencucian etnis Muslim Utsmaniyah di Balkan mengakibatkan maut dan pengusiran sekian juta orang dari daerah tersebut.
Pada sekitar tahun 1914, Kesultanan Utsmaniyah telah dipukul mundur dari hampir seluruh Eropa dan Afrika Utara. Meski begitu, kesultanan ini masih dihuni 28 juta orang. 15,5 juta di antaranya di Turki terbaru, 4,5 juta di Suriah, Lebanon, Palestina, dan Yordania, dan 2,5 juta di Irak. 5,5 juta sisanya berada di bawah pemerintahan bayangan Utsmaniyah di jazirah Arab.
4. Kesultanan Turki Utsmani Terlibat Perang Dunia Ke-I
Pada bulan November 1914, Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam Perang Dunia I di blok Kekuatan Tengah. Kesultanan ini ambil bab dalam teater Timur Tengah. Utsmaniyah sempat beberapa kali menang pada tahun-tahun pertama perang, contohnya di Pertempuran Gallipoli dan Pengepungan Kut, namun ada juga kekalahan seperti pada Kampanye Kaukasus melawan Rusia.
Amerika Serikat tidak pernah mengeluarkan pernyataan perang kepada Kesultanan Utsmaniyah. Pada tahun 1915, dikala Angkatan Darat Kaukasus Rusia terus merangsek ke Anatolia timur, dibantu sejumlah milisi Armenia Utsmaniyah, pemerintah Utsmaniyah mulai mendeportasi dan membantai penduduk etnis Armenia. Aksi ini kemudian dikenal dengan nama Genosida Armenia.
Aksi genosida juga dilakukan kepada etnis minoritas Yunani dan Assyria. Pemberontakan Arab yang dimulai tahun 1916 berbalik melawan Utsmaniyah di front Timur Tengah. Utsmaniyah sempat unggul di Timur Tengah selama dua tahun pertama perang. Gencatan Senjata Mudros yang ditandatangani pada 30 Oktober 1918 mengakhiri peperangan di teater Timur Tengah, disertai pendudukan Konstantinopel dan pemecahan Kesultanan Utsmaniyah.
Dengan Perjanjian Sevres, pemecahan Kesultanan Utsmaniyah menjadi resmi. Pada kuartal terakhir kala ke-19 dan awal periode ke-20, sekitar 7-9 juta pengungsi Muslim Turki dari daerah Kaukasus, Krimea, Balkan, dan pulau-pulau Mediterania pindah ke Anatolia dan Trakia Timur.
Pendudukan Konstantinopel dan Izmir melahirkan gerakan nasional Turki yang memenangkan Perang Kemerdekaan Turki yang terjadi tahun 1919 hingga 1922 di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasya (kemudian dikenal selaku Kemal Ataturk).
5. Bubarnya Kekhalifahan Turki Utsmani
Kemunduran daulah Turki Utsmani ditandai dengan semakin kuatnya kerajaan kerajaan di Eropa, hal ini disebabkan karena lemahnya para penguasa dan kesemrawutan yang ditimbulkan oleh pasukan Inkisyariah serta bahaya dari kerajaan-kerajaan di Eropa.
Penguasa masa kemunduran ini antara lain Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Mustafa I, Utsman II, Murad IV, Ibrahim I, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II hingga terakhir periode kekuasan Abdul Hamid II. Pemerintahan daulah Usmani berakhir pada 1909 Hijriah, dan lalu benar-benar dihapuskan pada 1924 Hijriyah.
Demikian bahasan ihwal faktor penyebab runtuhnya kesultanan Turki Utsmani. Semoga ada manfaat dan pelajaran untuk kita semua.
Dari aneka macam sumber