Khalifah Harun Ar-Rasyid, Peletak Dasar Pemerintahan Terbaru Dinasti Abbasiyah

Khalifah Harun Ar-Rasyid merupakan salah satu khalifah terkenal dari dari 37 orang khalifah yang pernah memimpin pemerintahan Bani Abbasiyah. Dimasa beliau memimpin dia ialah salah satu khalifah peletak dasar pemerintahan terbaru bagi pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Ia ialah pemimpin yang adil, bijaksana dan dihormati. 
Harun Ar-Rasyid adalah khalifah Abbasiyah yang terkenal, alasannya semenjak kala remajanya dia sudah ikut terjun dalam dunia politik dan pemerintahan sejak ayahnya masih ada. Ia telah mengenal ilmu pemerintahan dan politik alasannya ia hidup didalam lingkungan Istana kekhalifahan dibawah tutorial langsung dari ayahnya sendiri. 
Berikut pembahasan ihwal khalifah Harun Ar-Rasyid, peletak dasar pemerintahan modern dinasti Abbasiyah, selengkapnya.

Biografi Khalifah Harun Ar-Rasyid

Khalifah Harun Ar Rasyid yang berkuasa sejak tahun 145-193 Hijriyah  atau bertepatan dengan tahun 763-809 Masehi, dilahirkan di Ray pada bulan Pebruari 763 Masehi / 145 Hijriyah. Ayahnya berjulukan Al-Mahdi dan ibunya berjulukan Khaizurran. Ia dibesarkan di lingkungan istana menerima tutorial ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan di bawah bimbingan seorang guru yang populer yakni Yahya bin Khalid Al Barmaki. 
Yahya bin Khalid al Barmaki merupakan seorang ulama besar di zamannya, dan ketika Harun Ar Rasyid diangkat menjadi khalifah Abbasiyah, ia pun diangkat menjadi Perdana menterinya, sehingga banyak nasihat dan tawaran kebaikan yang mengalir dari wangsit anggapan Yahya bin Khalid Al Barmaki yang disampaikan. 
Tanggung jawab yang berat telah dipikul Harun Ar-Rasyid sejak sang Ayah masih ada, ialah Khalifah Al Mahdi telah melantiknya selaku gubernur di Saifah pada tahun 163 Hijriyah. Kemudian pada tahun 164 Hijriyah Harun ar Rasyid diberikan wewenang untuk mengurusi seluruh daerah Anbar dan negeri-negeri di kawasan Afrika Utara. 
Kepemimpinan
Harun Ar-Rasyid memberikan kecakapannya dalam memimpin, sehingga pada tahun 165 Hijriyah, Al-Mahdi melantiknya kembali menjadi gubernur untuk kedua kalinya di Saifah. Harun Ar Rasyid diangkat menjadi khalifah pada September 786 Masehi, pada usianya yang sungguh muda, yaitu 23 tahun. Jabatan khalifah itu dipegangnya sesudah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa Al Hadi wafat. 
Kepribadian Harun Ar-Rasyid sungguh mulia. Sikapnya tegas, bisa menertibkan diri, tidak emosional, sungguh peka perasaannya dan toleran. Akhlak mulianya dikemukakan oleh Abul ‘Athahiyah, seorang penyair kenamaan ketika itu. Selain itu, Harun Ar Rasyid juga dikenal selaku seorang khalifah yang suka humor. Dia juga terkenal pemimpin yang pemurah dan dermawan. 
Banyak sejarawan menyamakannya dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Dinasti Bani Umayyah. Tak jarang ia juga turun ke jalan-jalan di kota Baghdad pada malam hari melihat kehidupan sosial yang sebenarnya pada masyarakatnya, sehingga tak seorang pun yang kelaparan dan teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid. 
Khalifah Harun Ar-Rasyid memiliki perhatian dan minat yang besar terhadap ilmu wawasan dan kebudayaan. Para ilmuwan dan budayawan dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan.Khalifah juga melakukan penterjemahan besar-besaran berbagai buku-buku ilmu wawasan berbahasa abnormal ke dalam bahasa Arab. 
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan bahasa pengirim di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi biasa . Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa ajaib itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga bisa dikaji dan difahami penduduk luas. Dewan penerjemah dibentuk dan diketuai oleh seorang pakar berjulukan Yuhana bin Musawih. 
Kota Baghdad menjadi mercusuar kota harapan 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Selain itu, pada kala kehalifahannya kawasan kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sungguh hebat. 
Pada masa Khalifah Harun Ar Rasyid, hidup seorang akil bakir yang sering menunjukkan pesan tersirat-pesan yang tersirat kebaikan kepada Khalifah, yakni Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi bab tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid. 
Kebijakan dan kecakapannya dalam memimpin, membawa negara dalam situasi kondusif, tenang dan tenteram, sehingga tingkat kejahatan sangat rendah dan sangat sukar mencari orang yang hendak diberikan zakat, infak dan sedekah, alasannya adalah tingkat kemakmuran orangnya merata. Pada kurun pemerintahannya Dinasti Abbasiyah mengalami era kejayaan dan keemasan sekaligus menjadi salah satu pusat peradaban dunia. 
Kematian
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 Hijriyah /809 Masehi sehabis menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Saat meninggal usianya mencapai 45 tahun, dan yang menjadi imam shalat jenazahnya ialah anaknya sendiri yang berjulukan Shalih. 
Dinasti Abbasiyah dan dunia Islam ketika itu betul-betul kehilangan sosok pemimpin yang shalih, adil, dan bijaksana. sehingga tidak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan menerima santunan hukum yang cocok. 

Perempuan Yang Berpengaruh Masa Dinasti Abbasiyah

Pada kurun kekhalifahan Dinasti Abbasiyah, ada seorang wanita yang besar lengan berkuasa baik dilingkungan istana maupun dipemerintahan. Dia yaitu Zubaidah binti Ja’far Ia adalah istri Khalifah Harun Ar-Rasyid dan ibu dari Khalifah Al-Amin. Dia ialah simbol wanita yang sarat semangat, dan sarat acuan keteladan. Nama aslinya Amatul Aziz binti Ja’far. 
Wanita mulia ini selalu dimanjakan dengan curahan kasih sayang. Kakeknya Abu Ja’far Al-Mansur dan pamannya Al-Mahdi, membesarkannya dengan penuh cinta. Kakeknya sungguh mengagumi sang cucu, se sampai memanggilnya “Zubaidah” yang memiliki arti “buih nan jernih”. 
Zubaidah ialah seorang perempuan yang pintar, bijaksana, setia dan penyayang. Pendapatnya senantiasa dihormati dan dia menjadi penasehat pribadi Khalifah. Dia juga wanita yang fasih dan banyak menghafalkan syair dan gurindam. 
Dia juga pintar mengganti syair, dan selalu bersedia untuk berdebat dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang ilmu dan seni. Disamping itu, dia juga populer selaku wanita yang manis rupawan, yang mengakibatkan beliau sungguh dikasihi oleh Harun Ar-Rasyid serta diletakkannya di tempat yang tinggi lagi mulia.
Demikianlah bahasan ihwal khalifah Harun Ar-Rasyid, peletak dasar pemerintahan modern dinasti Abbasiyah. Semoga bahasan ini ada ibrah dan pelajarannya bagi generasi ketika ini dan buat generasi yang mau datang. Wallaahu a’lam.