Pertumbuhan Kebudayaan Islam Kala Dinasti Turki Utsmani

Pemerintahan Daulah Utsmaniyah, secara garis besar dalam kepemimpinan Daulah Utsmani mampu dikelompokan menjadi lima kala pemerintahan, dari masing-masing khalifah dari lima era ini mampu dengan terperinci terlihat Sultan mana saja yang mampu mengembangkan Dinasti Utsmaniyah kearah kejayaan dan kegemilangan Daulah Utsmaniyah.
Pada kurun kekhalifahan Dinasti Turki Utsmani bangkit, ada suatu kota yang dikelilingi benteng yang besar dan kokoh bernama kota Konstantinopel ternyata bisa ditaklukan. Peristiwa tersebut ialah suatu tanda bahwa kekhalifahan Turki Utsmani ialah sebuah imperium kekaisaran yang kuat yang berada di kawasan Asia dan Eropa.
Perkembangan kebudayaan Islam masa Dinasti Turki Utsmani mampu dikelompokkan kedalam 5 (lima) era, ialah :
1. Periode pertama : Yaitu periode pendirian dan pembentukan kekuasaan setelah melepaskan diri dari dinasti saljuk. Pada abad ini Utsmaniyyah sudah melaksanakan ekspansi. Masa ini berlangsung dari tahun 1299 sampai tahun 1430-an Masehi. Nama para sultan abad pertama, yaitu : Utsman I, Orkhan, Murad I, Bayazid I, dan Muhammad I.

2. Periode kedua
: Yaitu masa pembenahan, perkembangan, dan ekspansi besar-besaran. Di kala inilah puncak kejayaan dan kemenangan bagi kerajaan Utsmaniyyah dengan ditandai takluknya kota Konstantinopel yang kemudian dijadikan ibu kota dengan dirubah namanya menjadi Istambul. Periode ini berlangsung selama satu setengah era dengan enam sultan. Nama para sultan untuk abad kedua, yaitu : Murad II, Muhamad II, Bayazid II, dan Salim II.

3. Periode ketiga
: Merupakan kurun dimana keberadaan kerajaan sudah mulai terkoyak akibat serangan dari luar. Bahkan pada era ini banyak wilayah yang telah lepas dari kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah, contohnya Hongaria. Pada kurun ini merupakan periode terpanjang sebab dipimpin oleh 15 sultan.
Nama para sultan era ketiga adalah : Sulaiman I, Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Musthafa I, Utsman II, Musthafa I, Murad IV, Ibrahim, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II, Musthafa II, dan Ahmad III.
4. Periode keempat : Adalah masa dimana banyaknya gerakan separatis yang menjadikan hilangnya pelan-pelan kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah. Periode ini berjalan pada tahun 1703 hingga 1839 M dengan dipimpin oleh 8 sultan. Nama para sultan era keempat, adalah : Ahmad III, Mahmud I, Utsman III, Musthafa III, Abdul Hamid I, Salim III, Musthafa IV, Mahmud II, dan Abdul Majid I.
5. Periode kelima : Periode kelima disebut dengan kurun terakhir dari kerajaan Utsmani berlangsung sekitar tahun 1839-1922 Masehi dengan 5 sultan. Pada kala ini, imbas barat telah mulai nampak, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya kebudayaan, dan gaya manajemen ala barat. Nama para sultan masa kelima, ialah : Abdul Aziz, Murad V, Abdul Hamid II, Muhammad V, dan Muhammad VI

Biografi Para Sultan Dinasti Utsmani 

1. Sultan Muhammad I (1403-1421 M / 817-824 H).

Muhammad I ialah putera bungsu dari Bayazid, sehabis berkuasa mengambil alih ayahnya ia mulai menyusun kekuatan kembali dan memulihkan kondisi Turki Utsmani dari upaya pemecah potongan yang dilakukan oleh Timur Lenk. Ia sukses menundukan saudaranya Isa yang berkuasa di Brussa dan Sulaiman yang berkuasa di Andrianopel serta Mustafa yang menuntut haknya selaku penguasa alasannya merasa selaku putera tertua.
Pasukan Mustofa mampu dikalahkan di Solonika dan melarikan diri ke Byzantium. Strategi selanjutnya yaitu dengan berdamai pada penguasa Byzantium dan Venesia, dengan maksud agar kedua negeri ini tidak mengganggu kerja utamanya ialah mendamaikan kekhalifahan Utsmani.
Upaya yang dia kerjakan berikutnya yaitu dengan menundukkan kembali negeri negeri di Asia Kecil yang sudah dimerdekakan Timur Lenk. Sultan Muhammad I bisa menumpas gerakan Syaikh Badruddin yang menyerukan persamaan dalam harta benda dan agama serta tidak membedakan antara seorang muslim dan non muslim dalam doktrin. Berkat usahanya yang gigih. 
Prestasi yang dicapai sultan Muhammad I, adalah : Dengan menyusun pemerintahan, memperkuat serdadu dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat. Dan disaat rakyat mendapat seorang penguasa yang sesuai dengan cita-cita, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I wafat. 
2. Sultan Murad II (1421-1451 M/824-855 H).

Saat menggantikan ayahandanya Muhammad I usianya baru 18 tahun dia sangat menyayangi jihad di jalan Allah SWT dan dakwah, ia juga dikenal sebagai penyair dan orang yang mengasihi ulama. Cita-cita Sultan Murad II yakni melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Prioritas utama perjuangannya yaitu menguasai kembali daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya, ialah kawasan Asia Kecil, Soloniki, Albania, Falakh, dan Hongaria. 
Serangan adonan dari raja raja Eropa seperti Maghyar (Hungaria), Polandia, Perancis, Jerman, Venesia, Genoa, Falakh, Bosnia dan Sebia tidak mampu dibendung pasukan Murad II dan selsai di negosiasi hening yang isinya negeri Serbia merdeka kembali, Falakh berada di tangan kekuasaan Maghyar, dan kedua belah pihak tidak akan berperang selama 10 tahun.
Setelah semakin bertambahnya beberapa tempat di bawah kekuasaan serdadu Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan perlindungan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II mampu dilanjutkan kembali yang pada jadinya Murad II kembali mendapat kemenangan.

3. Sultan Muhammad II Al Fatih (145-1481 M / 855-884 H).

Al Fatih adalah gelar ia sebab sukses menaklukan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih diangkat menjadi penguasa Utsmani sehabis ajal ayahnya dikala itu umurnya 22 tahun. Muhammad Al Fatih berusaha menghidupkan kembali sejarah umat Islam hingga mampu menaklukkan Konstantinopel selaku ibu kota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sungguh penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad II Al Fatih memiliki kepribadian yang bagus dan mempesona, mampu memadukan antara kekuatan dan keadilan. Semenjak muda, beliau bisa menjadi pemenang di antara sobat-temannya dalam penguasaan ilmu yang beliau pelajari di sekolah istana, menguasai banyak bahasa yang berlaku pada masanya dan sungguh terpesona untuk mengkaji buku-buku sejarah.

Menurut Hamka, ada tiga alasan mengapa umat Islam ingin menaklukan Konstantinopel :

  1. Dorongan iman terhadap Allah SWT, dan semangat usaha menurut hadits Nabi Muhammad saw ; “Pada suatu saat kota Konstantinopel niscaya akan ditaklukan oleh umat Islam dan sebaik baiknyapemimpin yaitu yang menaklukannya dan sebaik-baik pasukan ialah pasukannya”.
  2. Konstantinopel adalah termasuk sentra peradaban dunia dan
  3. Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan sentra kerajaan atau perjuangan, penghubung antara Eropa dan Asia.
  Sejarah Kemajuan Islam Di Amerika Serikat

Muhammad II Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel dengan penyusunan rencana dan antisipasi yang masak dan juga strategi yang bagus. diantaranya :

  • Muhammad II Al Fatih menyelenggarakan perjanjian tenang dengan raja-raja Maghyar, Bosnia, dan Venesia. 
  • Membuat benteng yang kuat di selat Bosphorus atau benteng Rumli Haisar (benteng Rum) yang berhadapan langsung dengan benteng Kuzal Hisar (benteng yang indah) upaya ini dikerjakan untuk menutup akses pertolongan dari luar atas Konstantinopel, 
  • Mengadakan pengusutan akan kekuatan dan kelemahan benteng Konstantinopel dan keempat mengutus Tharkhan Pasya untuk menemui dua orang kerabat kandung kaisar Konstantin yang menjadi penguasa Mora agar tidak mampu menolong kaisar Konstantin.
Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukanlah pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam pada 29 Mei 1453 Masehi dan Kaisar Konstantin Palaelagos tewas bareng tentara Romawi Timur. 
Setelah memasuki Konstantinopel di sana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan masjid bagi umat Islam. Setelah kota Konstantinopel mampu ditaklukkan, jadinya kota itupun dijadikan selaku ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang kemudian dikenal dengan nama Istambul.

4. Sultan Bayazid II (1481-1512 M/884-918 H).

Menggantikan kedudukan ayahnya, Bayazid penguasa yang sangat lemah sehingga banyak menjadikan kesemrawutan di dalam negeri, mudah di masanya tidak ada pergantian mendasar.

5. Sultan Salim I (1512-1520 M/918-926H).

Berbeda dengan abad pemerintahaan ayahnya Bazayid II, Sallim I dapat mengangkat gambaran daulah Turki Usmani kembali. Di kurun pemerintahannya banyak yang dilaksanakan

  1. Mengatasi saudaranya yang punya keinginan untuk bangun sendiri.
  2. Mengalahkan Daulah Syafawiyah yang berpusat di Iran.
  3. Dapat memperluas wilayah ke kota Mardin, Qurfa, Riqqah, Mousul dan juga Diyar Bekr.
  4. Mengalahkan kerajaan Mamluk di Mesir dengan raja terakhirnya Thuman Bey.
  5. Mendapatkan tanda-tanda kebesaran Khalifah Abbasyiyah di Mesir mirip bendera, burdah dan pedang Nabi Muhammad Saw yang lalu dibawa ke Istambul. Secara otomatis Syam, Mesir dan Hijaz beradadalam kekuasaannya. 
  6. Pasukan yang dikirim dengan panglimanya Barbarossa mampu menguasai Aljazair. Dari apa yang telah sultan Sallim I kerjakan ia dikenal selaku Padisyah Turki Utsmani. 
  Kh Abdurrahman Wahid Atau Gus Dur

6. Sultan Sulaiman I/Sulaiman al Qonuni (1520-1566 M/927-974 H).

Sulaiman I naik tahta dikala Turki Utsmani mengalami puncak kejayaan, peristiwa penting di kurun kepemimpinannya ialah upaya penyempurnaan undang-undang Turki Usmani. Akhirnya disusunlah kitab kriteria tentang perundang-undangan yang ditulis oleh Ibrahim al Halabi. Sulaiman I diberi gelar al Qonuni atau the Magnificent “pembuat undang-undang”, sebab jasanya meletakkan dasar hukum bagi daulah Turki Usmani dan yang paling usang memerintah.
Kitab undang-undang itu diberi nama Multaqa’ al Abhrar/Multaqul Abhur (muara segala samudera). Selain itu Sulaiman I melaksanakan pembangunan Masjid Sulaiman, 81 masjid jami’, 52 masjid kecil, 55 madrasah, 7 asrama pelajar, 5 buah takiah (kawasan memberi makan fakir miskin), 7 jembatan, 33 istana, 18 pesanggrahan, 5 museum dan 33 tempat mandi biasa .
Demikian bahasan singkat perihal kemajuan kebudayaan Islam kala Dinasti Turki Utsmani, supaya berguna. Wallaahu A’lam