Seni Manajemen Dan Kebijakan Pemerintahan Daulah Utsmani

Dalam setiap perubahan kepemimpinan akan lahir pula metode dan strategi gres yang ditorehkan, daulah Utsmani semasa kejayaan dalam pemerintahannya memiliki sejumlah sultan yang mumpuni dalam memimpin bangsa dan rakyatnya. Maka tidaklah heran kalau periode kepemimpinan daulah Utsmaniyah berlangsung lama, hal itu terjadi alasannya pemimpin dan rakyat bersatu padu dalam semangat membangun bangsanya.
Berikut bahasan perihal taktik dan kebijakan pemerintahan daulah Utsmani, selengkapnya.
Kebangkitan Daulah Turki Utsmani tidak lepas dari melemahnya kekuasaan Daulah Dinasti Abbasiyah pada ujung yang paling kritis. Lahirnya pemimpin-pemimpin mahir mengakibatkan Daulah Turki Utsmani sebagai penguasa dunia yang kembali mengangkat kejayaan dan peradaban Islam. Dibawah ini para sultan Turki Utsmani beserta taktik kebijakannya, yaitu :

1. Sultan Usman (699-726 H/1299-1326 M)

Disebut dengan Usman I, dia ialah pendiri Daulah Usmani yang mencanangkan kerajaan dibangun atas sendi-sendi persatuan suku Turki. Usman adalah seorang yang sungguh pemberani, mukhlis, adil dan bijaksana. Dengan sifat-sifat teruji yang dimiliki, pastinya menjadi kebanggan bagi masyarakat dan pengikutnya. 
Kebijakan
Usman membangun tentara yang berjuang tanpa pamrih, semua atas dasar alasannya adalah Allah Swt. Para pejuang tersebut sering disebut dengan Al Ghazi yang berisikan ikhwan (pesaudaraan) Tarekat Baktasyi.
Khalifah Usman meninggal dengan meninggalkan wilayah yang luas kurang lebih 16.000 km persegi. Sebagai daulah yang gres berdiri pada era kekuasaannya berhasil membebaskan kota Bursadi tepi laut Marmara.

2. Sultan Orkhan (726-761 H/1326-1360 M)

Menggantikan kedudukan ayahandanya Orkhan memindahkan kerajaan dari Qurah Hisyar (Iskisyiyar) ke Bursa. Pada kala kekuasaan Orkhan bergabunglah daerah Turkeman, kemudian ekspansi wilayah dilanjutkan ke Nicaea (1331), Nicomedia (1337), Scutari (1338), ia juga bisa mengendalikan wilayah teluk Edremit.
Kebijakan
Orkhan sukses mendirikan jabatan Shadr Azham (perdana menteri). Jabatan tersebut diberikan pada adiknya ialah Alauddin. Tentara di masa Orkhan dibentuk dengan tata cara yang sungguh rapi dan terencana. Ia juga membentuk prajurit khusus dengan nama Inkisyariyah atau Jenissari (Yani Tasyri).
Bendera pada saat itu berwarna merah dengan bulan sabit di tengahnya. Di bawah bulan sabit terdapat gambar pedang yang mereka sebut Dzulfiqar, yakni nama pedang yang pernah dimiliki oleh Ali bin Abu Thalib ra. Sampai dengan akhir usianya Orkhan berupaya untuk membentuk pemerintahan yang kuat.
Untuk itu beliau banyak membangun, mengendalikan administrasi, menguatkan militer, membangun masjid dan perguruan tinggi-akademi ilmu pengetahuan.


3. Sultan Murad I
(761-791 H/1360-1388 M)

Setelah sultan Orkhan wafat, kedudukannya digantikan oleh Murad I yang merupakan putera kedua dari Orkhan. Mengantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa karena putera pertama Orkhan yaitu Sulaiman yang meninggal terlebih dahulu.
Sultan Murad I yakni sosok yang sungguh pemberani, gemar berjihad, senang memberi, dan rajin melaksanakan agama, ia mengasihi peraturan dan selalu memegang teguh peraturan itu, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya.
Kebijakan
Murad I senantiasa dikelilingi oleh sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer yang selalu dia ajak untuk bermusyawarah. Murad I berhasil meluaskan daerahnya di Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan. Ia menaklukkan Adrianopel (Edirne), dan lalu dijadikan selaku ibu kota kerajaan yang gres, serta membentuk pasukan berkuda (Kavaleri).
Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibu kota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I dan hampir tidak terbendung, membuat bangsa Eropa mulai khawatir. Akhirnya raja-raja Nasrani Balkan meminta restu dari Paus Urbanus V untuk menghalau kaum muslimin dari daratan Eropa.
Murad I mulai menghadapi serangan Eropa pertama kali dari Raja Qurok V dari Serbia dan dibantu raja Bosnia bermaksud menyerang Andrianopel. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur mirip Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki. Selanjutnya menguasai Bulgaria, Serbia, Sisman dan Lozan.
Sultan Murad I meninggal dengan syahid dalam usia 65 tahun pada 15 Syaban 791 Hijriyah. Sultan Murad I mewarisi kekuasaan yang luas, lima kali lipat kekuasaan ayahnya. Banyak hal yang bisa dipetik hikmahnya dari kepemimpinan Sultan Murad I, di antaranya :
  1. Menyebarnya Islam yang kian meluas di Wilayah Balkan, banyak pemimpin mereka yang masuk Islam,
  2. Kedaulatan Daulah Usmani makin dihormati dan dihargai oleh bangsa Eropa.
  3. Pengaruh Daulah Usmani makin meluas, sehingga syiar Islam makin berkembang.
  Sejarah Berdirinya Kerajaan Islam Mughal Di India

4. Sultan Bayazid I (791-805 H/1389-1402 M)

Setelah Sultan Murad I wafat, kepemimpinan Daulah Usmani dilanjutkan oleh putranya yaitu Sultan Bayazid I. Dia adalah orang yang sungguh pemberani, pandai, murah hati, dan memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perluasan kawasan Islam. Oleh alasannya adalah itu, beliau sangat mengamati persoalan-masalah kemiliteran, mengarahkan ekspansi daerahnya ke negara-negara Nasrani Anatolia.
Kebijakan
Hanya dalam rentang waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Usmaniyah. Bayazid bergerak begitu cepat di antara dua Balkan dan Anatolia. Oleh sebab itu ia diberi gelar “Yaldrum” atau kilat. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus.
Kemudian Paus Bonafacius mengadakan penyerangan kepada pasukan Bayazid, dan pertempuran inilah yang menjadi penyebab terjadinya Perang Salib. Konstatinopel hampir saja bisa dikuasai, namun Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan Konstatinopel alasannya hadirnya bahaya baru kepada Daulah Usmaniyah. Bahaya baru itu ialah adanya serangan tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk. 
Ada beberapa aspek yang menjadikan pertengkaran antara Timur Lenk dan Bayazid, antara lain selaku berikut :
  1. Para pemimpin di daerah Iraq (Baghdad) yang daerahnya ditaklukkan oleh Timur Lenk banyak yang meminta dukungan kepada Bayazid.
  2. Kerajaan-kerajaan Kristen memprovokasi Timur Lenk untuk menyerang dan mengalahkan Bayazid.
  3. Adanya kesalahfahaman di antara kedua belah pihak sehingga saling mencibir dengan saling membakar surat.
  4. Di antara keduanya, sama-sama saling berupaya untuk meluaskan kawasan kekuasaannya kekalahan dari Timur Lenk meninggalkan murung yang mendalam, namun itu menjadi pesan yang tersirat semoga penerusnya melakukan introspeksi diri, sehingga buahnya dapat dipetik di lalu hari, saat penaklukan kota Konstantinopel.
Itulah pembahasan wacana seni manajemen dan kebijakan pemerintahan daulah Utsmani.
Semoga berguna.