Al-Hakim mengatakan “Saya pernah mendengar Umar bin Alak mengomentari langsung At-Tirmidzi selaku berikut; akhir hayat Imam Bukhari tidak meninggalkan muridnya yang lebih cendekia di Khurasan selain ketimbang Abu ‘Isa at-Tirmidzi dalam hal luas ilmunya dan hafalannya.”
Imam al-Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmidzi, salah spesialis hadits kenamaan, dan pengarang aneka macam kitab yang masyhur, lahir di kota Tirmiz. Kakek Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana.
Dalam perlawatannya itu dia banyak mendatangi ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits yang kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan atau dikala tiba di sebuah kawasan. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya dengan seorang guru di perjalanan menuju Makkah.
Guru-guru Imam At-Tirmidzi
Ia berguru dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh. Juga beliau mencar ilmu terhadap Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan At-Tirmidzi mencar ilmu pula hadits dari sebagian guru mereka. Guru yang lain yakni Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain.
Murid-murid Imam At-Tirmidzi
Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di antaranya yaitu Makhul ibnul-Fadl, Muhammad binMahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Aid bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-‘Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami’ dari padanya, dan lain-lain.
Kekuatan Hafalannya
Abu ‘Isa At-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula selaku seorang yang sanggup menerima amanah, amanah dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya adalah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Dawud.
Berkata : “Saya mendengar Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkata : Pada sebuah waktu dalam perjalanan menuju Makkah, dan dikala itu aku telah menuslis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut berpapasan dengan kami. Lalu saya mengajukan pertanyaan-tanya mengenai ia, mereka menjawab bahwa dialah orang yang kumaksudkan itu.
Kemudian aku menemuinya. Saya menduga bahwa “dua jilid kitab” itu ada padaku. Ternyata yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang mirip dengannya. Ketika saya sudah berjumpa dengan ia, saya memohon kepadanya untuk mendengar hadits, dan dia mengabulkan permohonan itu.
Kemudian beliau membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu dia mencuri pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada goresan pena sesuatu apa pun. Demi menyaksikan kenyataan ini, ia berkata: ‘Tidakkah engkau malu kepadaku?’ lalu saya bercerita dan menerangkan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu sudah kuhafal semuanya.
‘Coba bacakan!’ suruhnya. Lalu saya pun membacakan semuanya secara beruntun. Ia mengajukan pertanyaan lagi: ‘Apakah sudah engkau hafalkan sebelum tiba kepadaku?’ ‘Tidak,’ jawabku. Kemudian aku meminta lagi biar dia meriwayatkan hadits lainnya.
Karya-karya Imam At-Tirmidzi
1. Jami at-Tirmidzi, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi
2. Kitab Al-‘Ilal
3. Kitab At-Tarikh
4. Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah
5. Kitab Az-Zuhd
6. Kitab Al-Asma’ wal-Kuna, dll
Diantara keutamaan kitab As-Sunan yaitu yang diisyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan ia: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku lebihterang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’. Kitab At-Tirmidzi menurutnya mampu dicapai oleh setiap orang, baik jago fiqih andal Hadist atau mahir yang lainnya.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk mencar ilmu, mencatat, berdiskusi, bertukar pikiran dan mengarang pada ahir hidupnya dia menderita penyakit buta, beberapa tahun lamanya. Dalam kondisi seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun. (209-279 H/824-892 M).