Makalah Kemajuan Sosiologi

BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah
Pada umumnya orang melihat sosiolog selaku pembimbing dan pengarah dengan dasar-dasar ilmiah bagi perkembangan dan pengembangan sosial. Auguste Comte yang pertama-tama menggunakan istilah sosiologi yaitu orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dengan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu wawasan lainnya. Dia menyusun sebuah sistem matika dari filsafat sejarah, dalam kerangka tahap-tahap pedoman yang berbeda-beda. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan entelektual, yang masing-masing merupakan pertumbuhan dari tahap sebelumnya.Akhirnya sosiologi juga sering memanfaatkan tata cara functionalism.
Motode-sistem sosiologi tersebut diatas bersifat saling melengkapi dan para andal sosiologi terkadang mempergunakan lebih dari satu tata cara untuk memeriksa objeknya. Setelah menerima gambaran dan pokok-pokok perihal ruang lingkup sosiologi berserta relevansinya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya dan teori-teorinya, perlu dijelaskan cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya, adalah masyarakat. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu tata cara kualitatif dan tata cara kuantitatif. Unsur-bagian sosiologi tidak digunakan dalam sebuah fatwa atau teori yang murni sosiologi akan namun sebagai landasan untuk tujuan lain.
B.         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah
1.            Bagaimana gambar ringkas wacana sejarah teori-teori sosiologi ?
2.            Bagaimana sosiologi dan sejarah perkembangannya ?
3.            Apa arti sosiologi dan perkembangannya ?
C.        Manfaat Penulisan
1.      Bagaimana gambar ringkas tentang sejarah teori-teori sosiologi ?
2.      Bagaimana sosiologi dan sejarah perkembangannya ?
3.      Apa arti sosiologi dan perkembangannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.        Gambaran Ringkas Tentang Sejarah Teori-Teori Sosiologi
1.      Pengertian Teori
Suatu  teori pada hakikatnya ialah antara dua fakta atau lebih atau pengaturan fakta berdasarkan cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang mampu diamati dan pada umumnya mampu diuji secara empiris. Oleh sebab itu, dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Suatu variable merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berlawanan, mirip misalnya, usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Teori-teori tersebut memiliki beberapa kegunaan, antara lain :
a.              Suatu teori atau beberapa teori ialah ikhtisar ketimbang hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi.
b.              Teori memperlihatkan isyarat -isyarat terhadap kelemahan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya dibidang sosiologi.
c.              Teori berkhasiat untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.
d.             Suatu teori akan sungguh memiliki kegunaan dalam memgembangkan sistem penjabaran fakta, membina struktur desain-desain serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian.
e.              Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk menyelenggarakan proyeksi sosial, yaitu perjuangan untuk dapat mengetahui kearah mana penduduk akan berkembang, atas dasar fakta yang diketahui pada era yang lampau dan pada cukup umur ini.
2.      Perhatian kepada Masyarakat Sebelum Comte
Sosiologi dapatlah dikatakan merupakan sebuah ilmu pemahaman yang relative muda usianya, karena gres mengalami pertumbuhan sejak masanya Comte tersebut. Seorang filosof barat yang untuk pertama kalinya menelaah masyarakat secara sistematis yakni Plato (429-347 S.M), Seorang filosof romawi. Sebetulnya plato berencana untuk merumuskan suatu teori wacana bentuk Negara yang bercita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada observasi yang kritis terhadap metode-tata cara sosial yang ada pada zamannya. Plato menyatakan, bahwa penduduk bahu-membahu ialah refleksi dari insan individual. Intelegensia ialah komponen pengendali,sehingga sebuah Negara juga merupakan refleksi dari ketiga bagian yang berimbang atau serasi tadi.
Pengertian politik dipergunakannya dalam arti luas, yaitu mencangkup juga duduk perkara-masalah ekonomi dan sosial sebagaimana halnya dengan plato, maka perhatiannya terhadap biologi menjadikan beliau mengadakan suatu analogi antara penduduk dengan organism biologis dari insan. Disamping itu aristoteles menggaris bawahi realita, bahwa basis masyarakat ialah budbahasa (adat dalam arti yang sempit).
Pada final masa pertengahan muncullah jago filsafat arab Ibn. Khaldun (1332-1406), yang mengemukakan beberapa prinsip, prinsip yang kuat, untuk menafsirkan insiden-insiden sosial dan peristiwa-kejadian dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang serupa akan dapat dijumpai, bila ingin menyelenggarakan evaluasi kepada timbul dan tenggelamnya Negara-negara. Faktor yang menjadikan bersatunya manusia didalam suku-suku, clean, Negara, dan sebagainya, adalah rasa solidaritas. Faktor itulah yang menimbulkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau acara-acara bareng antara manusia, pada zaman renainsance (1200-1600), tercatat nama-nama mirip Thomas More dengan Utopia-nya dan Campanella yang menulis City of the Sun. mereka masih sangat terpengaruh, oleh gagasan-gagasan terhadap adanya penduduk -masyarakat yang ideal.
Untuk pertama kalinya politik dipisahkan dari budpekerti, sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap penduduk . Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The Leviathan, yang ditandai dengan ide-ilham dari aturan alam, fisika dan matematika, ia berasumsi, bahwa dalam kondisi alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada cita-cita yang mekanis, sehingga manusia selalu saling tubruk.
Dapatlah dibilang, bahwa alam anggapan ke abad 17 tadi ditandai oleh pikiran-asumsi, bahwa lembaga-forum permasyarakatan terikat pada relasi-relasi yang tetap. Pada periode ke-18 muncullah antara lain aliran john locke (1632-1704) dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada desain kontrak sosial dari Hobbes. Menurut Locke, manusia intinya memiliki hak asasi yang berupa hak untuk hidup, keleluasaan dan hak atas harta benda. Rousseau antara lain berpendapat, bahwa kontak antara pemerintah dengan yang diperintah, menimbulkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang memiliki keinginan-keinginan sendiri, ialah keinginan biasa . Keinginan umum tadi yakni berlainan dengan cita-cita masing-masing individu.
Pada awal kurun ke-19 antara lain muncul pemikiran-fatwa dari sains simon (1760-1825) yang khususnya menyatakan, bahwa manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok. Ilmu politik merupakan sebuah ilmu yang faktual. Artinya, maslah-problem dalam ilmu politik hendaknya dianalisa dengan sistem-metode yang umum digunakan kepada gejala-tanda-tanda lain.
3.      Sosiologi Auguste Comte (1798-18530
Auguste Comte yang pertama-tama memakai ungkapan : sosiologi yaitu orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dengan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu wawasan lainnya. Dia menyusun sebuah system matika dari filsafat sejarah, dalam kerangka tahap-tahap ajaran yang berbeda-beda. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan entelektual, yang masing-masing ialah pertumbuhan dari tahap sebelumnya. Petama dinamakan tahap teologis adalah sebuah tahap dimana mana manusia menafsirkan tanda-tanda-tanda-tanda di sekelilingnya secara teologis, yakni dengan kekuatan-kekuatan yang di kendalikan roh yang kuasa-tuhan atau tuhan yang maha kuasa. Tahap kedua yang merupakan prkembangan dari perkembangan dari tahap pertama, adalah tahap mrtafisik. Pada tahap ini insan menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekutan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan mampu di ungkapkan. Pada tahap ini insan masih terikat oleh harapan tanpa verifikasi, oleh karena adanya iman bahwa setiap harapan terkait pada sebuah realitas tertentu dan tidak ada perjuangan untuk memperoleh hukum-hukum alam yang seragam.
Gagasan wacana adanya ketiga tahap tersebut, walaupun merupakan suatu fiksi, akan namun hal itu memperlihatkan penerangan tehadap pikiran manusia, serta  secara psikologis merupakan sebuah perkembangan yang penting. Ketiga tahap tadi dapat memenuhi anggapan insan pada dikala yang serentak, di mana adakala tiumbul kontradiksi-pertentangan. Mengkaitkan industrialisasi dengan tahap tahap ketiga dari pertumbuhan asumsi manusia. Secara logis, maka dalam abad industri tersebut akan terjadi perdamaian yang baka. Apakah sebenarnya yang di maksudkan oleh comte dengan ilmu pengetahuan faktual, dan dimanakah letak sosiologisnya?
Hal yang mencolokdariu sistematisnya comte ialah penilainnya terhadap sosiologi, yang merupakan ilmu pengetahuaan yang paliung kompleks, dan ialah suatu ilmu wawasan  yang akan brkembang dengan pesat sekali. Sosiologi merupakan studi faktual tentang hukum-hukum dari gejala sosial. comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dengan sosilogi dinamis.
Sosiologi statis memusatkan perhatian pada aturan-hukum statis, yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Cita-cita dasar yang menjadi latar belakang dari sosiolgi statis ialah, bahwa semua gejala sosial saling berhubungan, yang bermakna bahwa yakni percuma untuk mempelajari salah satu gejala sosial secara tersendiri.sosiologi dinamis merupakan teori ihwal kemajuan, dalam arti banggunan. Ilmu pengetahuan ini menggamabarkan cara-cara pokok dalam mana pertumbuhan insan terjadi, dari tingkat intelleigensia yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, maka dinamika menyangkut masyasrakat untuk pertanda adanya pertumbuhan.
B.         Metode-sistem dalam Sosiologi
Setelah mendapatkan gambaran dan pokok-pokok perihal ruang lingkup sosiologi berserta relevansinya dengan ilmu-ilmu sosial yang lain dan teori-teorinya, perlu dijelaskan cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya, yakni masyarakat. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, adalah tata cara kualitatif dan sistem kuantitatif. Metode kualitatif memprioritaskan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, meskipun materi-bahan tersebut terdapat dengan kasatmata didalam penduduk . Didalam metode kualitatif tergolong metode historis dan metode komparatif yang keduanya dikombinasikan menjadi historis komparatif. Metode historis memanfaatkan evaluasi atas insiden-insiden dalam kala silam untuk merumuskan prinsip-prinsip biasa .
Metode komparatif mementingkan perbandingan antara beragam masyarakat beserta bidang-bidangnya, untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan serta alasannya adalah-sebabnya. Perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut bertujuan untuk menerima isyarat -isyarat tentang perikelakuan penduduk pada era silam dan era kini.
Metode kuantitatif memprioritaskan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-tanda-tanda yang ditelitinya mampu diukur dengan memanfaatkan skala-skala, indeks, table-tabel dan formula-formula yang semuanya itu sedikit banyaknya memanfaatkan ilmu niscaya atau matematika. Metode kuantitatif adalah sistem statistic yang bertujuan menelaah tanda-tanda-tanda-tanda sosial secara matematis.
Akhirnya sosiologi juga sering  mempergunakan metode functionalism. Secara singkat mampu diterangkan bahwa metode functionalism bermaksud untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam penduduk .
Motode-metode sosiologi tersebut diatas bersifat saling melengkapi dan para ahli sosiologi kerap kali memanfaatkan lebih dari satu sistem untuk menilik objeknya.
C.        Sosiologi, Arti   dan Sejarah Perkembangannya
1.      Pengertian Sosiologi
Sosiologi ialah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyrakat dan memeriksa ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan itu. Untuk memeriksa cara hidup bergaul insan itu, maka perlu juga dipelajari sifat-sifat biologi insan mirip perasaan lapar, sakit, takut, kebutuhan akan seks dengan perbedaan-perbedaan ketimbang didunia binatang yang lebih banyak dikontrol oleh peradaban masyarakatnya.
Sebagai ilmu beliau gres mulai diketahui pada kala ke-19 dengan nama yang berasal dari August Comte (1798-1857) untuk memperlihatkan sosiologi selaku ilmu penduduk yang memiliki disiplin yakni planning pelajaran dan pengusutan serta lapangannya sendiri. Ilmu sosiologi beliau tidak usah mencoba memperbaiki penduduk , cukup mempelajari dan mengerti korelasi-korelasi insan dalam masyarakat dan dengan demikian masih berhak disebut ilmu. Tetapi dengan dipelajarinya selaku ilmu, maka lebih gampang planning pembangunan dibuat untuk mencari jalan menuju perbaikan penduduk umum.
Singkatnya, sosiologi ini yakni ilmu penduduk atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari insan selaku anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari kelompok atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan budbahasa, kebiasaan, akidah atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang mencakup segala segi kehidupannya.
2.      Melihat Sejarah Sosiologi Bergerak Merdeka
Sosiologi tidak cukup ditangani oleh seorang ahli aturan contohnya atau spesialis ekonomi saja, tetapi membutuhkan pengetahuan yang khusus sosiologi, sama saja halnya dengan seorang dokter binatang yang mau mengobati manusia atau dengan seorang ekonomi yang hendak mengadili dipengadilan alasannya disini yang dibutuhkan yakni seorang ahli aturan yang berfungsi sebagai hakim. Apalagi dalam zaman terbaru ini, dimana juga sosiologi sudah bercabang-cabang dan tiap cabang memerlukan kemampuan khusus seperti juga terdapat dalam bidang kedokteran.
            Pada abad ke-17 ilmu alam menjadi ilmu yang merdeka pada periode ke-18 ilmu ekonomi, sedangkan ilmu penduduk atau sosiologi baru diketahui selaku ilmu semenjak awal era ke-19. Kebutuhan untuk memisahkan sosiologi dari ilmu-ilmu lainnya ini lebih terlihat dan terasa pada masa revolusi kurun ke-18 di Eropa yang mengganas dalam revolusi Prancis (1789-1799).
3.      Sosiologi Berbeda Menurut Bangsa dan Daerahnya
Sebagai juga sejarah berlainan dalam perkembangannya bagi setiap bangsa maka juga corak kemasyarakatan yang tidak lain dari pada buah sejarah bangsa itu, masing-masing berlawanan satu sama lain.
4.      Sosiologi  dan Pikiran Manusia
Dalam penduduk yang tumbuh itu juga pikiran manusia menerima kemajuannya. Dimana ilmu alam asalnya menjadi dasar segala ilmu, maka lalu dengan perhatian kepada ilmu kebudayaan dan sejarah, ilmu inilah juga yang member pandangan baru dalam sosiologi.
5.      Sosiologi dan Pertumbuhan Zaman
Tadi sudah dikatakan bahwa terpencilnya sosiologi selaku ilmu dengan lapangan dan tujuannya sendiri terjadi semenjak abad ke-19 khususnya setelah Revolusi Prancis, sedangkan fikiran mengenai soal kehidupan penduduk sama usianya dengan asumsi manusia sendiri artinya : telah semenjak manusia dilahirkan dan ditakdirkan untuk mencari hidup sendiri dengan usahanya sendiri.
Kalau kita menginjak era pertengahan maka ialah gereja, yang zaman itu mencakup seluruh penduduk Katolik dalam ajaran Katolik yang menjadi pelindung dan pengikat kekuasaan serta kebudayaan. Dalam ilmu filsafatnya kita membagikan gaib dan skolastik.
 Dalam aliran ini maka Thomas Aquino (1225-1274), seorang pendeta dan para hebat pikir, ialah perintis jalan. Pendapatnya yakni bahwa insan dengan hasratnalam ditentukan untuk hidup dalam Negara supaya dapat hidup dalam dunia ini.
Italia kini ialah negeri dimana pada zaman itu kebudayaan klasik adalah kebudayaan Yunani dan Roma, dan kebudayaan Nasrani berjumpa dan berkembang. Maka juga dalam perkembangan Kerajaan Byzantin itu pula yakni italia yang menjadi pintu gerbang dan daerah pertemuan untuk barat dan timur, semuanya itu dengan disongkong oleh perusahaan bank yang maju dalam jual beli. Rasa kemerdekaan ini tak sedikit mempertebal sifat perseorangan sehingga tidak mengherankan jikalau problem masyarakat sekarang seringkali terselesaikan dengan pertengkaran yang mahir diantara kota-kota dan diantara penduduk masing-masing kota itu sendiri.
Pendapat-usulan baru dan pembukaan negeri-negeri baru bagi perhubungan dan perniagaan internasional tidak sedikit mensugesti kehidupan dalam penduduk pada kurun pertengahan dan kurun-periode selanjutnya.
6.      Sejarah dan Sosiologi
Sosiologi adalah lain ketimbang sejarah yang melihat insiden bangsa dan dunia ini berturut-turut dalam gerakannya dan mencari pertalian anatara insiden yang penting dalam sejarah itu. Sosiologi melihat kejadian-kejadian itu dalam waktu bersama-sama. Untuk pelajaran sosiologi pandangan dan pengetahuan sejarah memberi penerangan terhadap kondisi dan tumbuhnya penduduk sehingga sejarah ialah bagian yang penting untuk dipelajari.
7.      Timbulnya Sosiologi dan Asal Perkataanya
Empirisme, adalah pelajaran yang menjadikan pengusutan dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan dengan membuang takhyul dan segala apa yang tak berdasarkan logika dan pengalaman yang nyata pada kala pertengahan menjadi dasar asumsi di Inggris dan Eropa Barat yang lain. Bilamana ia mulai memancarkan pengaruhnya di italia maka di inggris lah dia telah menerima lapangan untuk mampu tumbuh dan meluas dengan baik.
Pada zaman itu juga dunia wawasan mengenal Francis Bacon di Inggris pada tahun 1561-1628, mahir politik dan filsafat. Ialah yang berpendapat untuk menguasai segala ilmu semoga dapat juga menguasai dunia. Untuk mencar ilmu ilmu haruslah lebih dahulu terdapat sebuah susunan anggapan dan pelajaran yang terencana, susunan secara sistematis dalam ilmu alam, biologi, pisiologi, tata Negara dan sebagainya. Suatu pertimbangan dan suatu pikiran dan rencana bekerja dalam dunia ilmu yang menguasai dan memberi tuntunan selama 300 tahun selanjutnya.
Deduksi muncul balasan sillogisme, sebuah unsure ilmu akal, dimana dicari dua realita yang mampu dibuktikan kebenarannya. Dari dua realita ini maka realita yang ketiga dapat ditarik kesimpulan umpamanya ;
Hewan suka hidup bergerombolan
Manusia ini adalah binatang
Jadi : manusia suka hidup bergerombolan
8.      Perkembangan Pengalaman Manusia dan Masyarakatnya di Indonesia
Di Indonesia dalam tahun 800-1000 M (Zaman Sriwijaya kurun ke-7 sampai ke-13 di Sumatera). Kita kenal zaman pembangunan candi Borobudur, Prambanan, Mendut dan sebagainya, dan acara yang dilakukan oleh masyarakatsekitar candi itu dipimpin oleh seorang ahli dari jawa yang berguru di india ataupun oleh seorang ahli yang datang dari india.
            Tahun 1000-1500 mengenangkan kita kepada zaman majapahit 1293 – 1400 dan hadirnya agama islam. sisa agama hindu dan budha menghindarke kawasan pedalaman (tengger, bali) dan sekalipun orang di jawa sudah mulai memeluk agama islam terutama dalam menjalankan ibadah (sembahyang, berpuasa), alam pikiran mereka kebanyakan masih banyak dipengaruhi akidah Hindu, Budha dan animism, adalah yang yakin akan benda yang berjiwa mirip gunung, pohon-pohon besar, goa yang menyeramkan, bahari, sungai dan sebagainya.
            Abad 1500-1900 di Indonesia diketahui sebagai akhir zaman kerajaan bumiputera yang berkuasa, dan kulit putih mulai berdatangan.
Hanya pada awal kurun ke-20 ini, dalam tahun-tahun 1900-an Belanda berpikir untuk menyekolahkan bawah umur pribumi untuk mencar ilmu membaca, menulis, dan berhitung.[3]
D.    Sosiologi dan Perkembangannya
Sosiologi ialah salah satu ilmu termuda dari cabang ilmu sosial. Istilah sosiologi sendiri muncul pertama kali dalam buku karangan Auguste Comte (1798-1857) yang berjudul ; Possitive Philosophy, yang terbit pada tahun 1842.
Sosiologi katanya harus didasarkan pada observasi ilmiah yang sistematis, bukan pada iktikad/kitab-kitab suci dan spekulasi. Gagasan Comte ini lebih lanjut dikembangkan oleh H. Spencer yang mempublikasikan bukunya yang berjudul Principles of Sosiology, pada tahun 1876, dia menerapkan teori evolusi dalam memeriksa masyarakat insan yang lalu menghasilkan sebuah teori agung perihal evolusi sosial. Pada tahun 1883, seorang Amerika berjulukan Rester F. Ward mempublikasikan buku yang berjudul Dynamic Sosiology. Ia mengisukan bahwa pembangunan sosial (social progress) terjadi melalui langkah-langkah sosial yang jitu dan untuk itu para sosiolog berperan sebagai pembimbing.
Selanjutnya, sosiologi terus diusahakan pengembangannya oleh golongan tertentu, dengan caranya sendiri-sendiri. Jurnal sosiologi mulai terbit di Amerika pada tahun 1895 yang sungguh menolong perjuangan memperkenalkan sosiologi dan pada tahun 1905 terbentuklah The American Sosiological Society.
Secara singkat dapat dikatakan, bahwa kebanyakan orang melihat sosiolog selaku pembimbing dan pengarah dengan dasar-dasar ilmiah bagi kemajuan dan pengembangan sosial. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila pada awal penerbitan jurnal sosiologi di Amerika itu, banyak rekomendasi pemecahan duduk perkara sosial yang dimuat atau diberitakan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sosiologi adalah lain daripada sejarah yang menyaksikan peristiwa bangsa dan dunia ini berturut-turut dalam gerakannya dan mencari pertalian antara peristiwa yang penting dalam sejarah itu. Untuk pelajaran sosiologi pandangan dan pengetahuan sejarah memberi penerangan kepada kondisi dan tumbuhnya penduduk sehingga sejarah ialah bagian yang penting untuk dipelajari. Sosiolog selaku pembimbing dan pengarah dengan dasar-dasar ilmiah bagi pertumbuhan dan pengembangan sosial. Menurut Comte ada tiga tahap pertumbuhan intelektual, Pertama dinamakan tahap teologis , Tahap kedua tahap metafisik dan Pada tahap ketiga manusia masih terikat oleh impian tanpa verifikasi.
Sosiologi juga memanfaatkan sistem functionalisme bertujuan untuk meneliti kegunaan. Di dalam tingkat pertumbuhan sosiologi yang demikian itu, di mana teori yang diutamakan sedangkan ilmunya belum dianggap penting untuk dipelajari tersendiri, maka tidak dapat diharapkan berkembangnya penelitian sosiologi yang menjajal memperoleh kenyataan-kenyataan sosiologi dalam masyarakat Indonesia.
.
DAFTAR PUSTAKA
Wilo Huky, Pengantar Sosiologi, Surabaya, PT. Usaha Nasional, 1986.
Soerjono Soekanto, Cet. 3, Sosiologi Suatu Pengantar,  Jakarta, 1987.
Hasan Shadily, Perkembangan Sosiologi, Jakarta: PT. Rineka Karya, 1993.