Insyaf Alasannya Ucapan Basmalah

Kisah sarat Hikmah : Insyaf Karena Ucapan Basmalah
Sepasang suami-istri lanjut usia telah membina rumah tangga selama empat puluh tahun. Mereka sanggup bertahan walaupun tinggal di sebuah gubuk. Hal itu menjadi suatu prestasi yang menciptakan beberapa tetangga mereka salut. Pasalnya, sikap dan perilaku si suami terhadap sang istri sangat buruk. Si suami suka memukul, garang dan galak.
Rasanya hanya kesabaran si istri yang menyebabkan keluarga ini bisa bertahan. Sabar tidak hanya dikala menghadapi kekerasan di dalam rumah tangga, tetapi juga tabah dalam menjalankan kebaikan dan menjauhi kejelekan.
Salah satu kebiasaan baik si istri ialah membaca basmalah setiap kali hendak melaksanakan sesuatu. Saat mau berbicara atau melakukan pekerjaan , dia tidak pernah lupa mengucap basmalah dan hal itu seakan sudah menjadi sesuatu yang refleks diucapkannya apabila hendak melaksanakan sesuatu.
Sayangnya si suami sungguh tidak suka dengan kebiasaan baik ini. Tak jarang ia mengolok-olok istrinya dikala mengucap basmalah. Malah dalam beberpa potensi , tamparan atau tendangan akan menimpa si istri.
“Bismillah lagi! Apa tidak ada ucapan lain yang baik?!” bentak si suami.
Untungnya, sang istri tidak pernah menanggapinya secara emosional. Baginya, murka atau membalas tidak akan menyelesaikan masalah. Malah sebalinya, kemarahan cuma akan memperkeruh dilema yang ada.
Pagi itu, si suami memarahi istrinya sebab dia mengucapkan basmalah. Selain itu, si suami juga mengancamnya.
“Awas, akan kubuat kau kecewa dengan kalimah itu!”
Pada sebuah hari, si suami menyiapkan sesuatu. Tekadnya sudah bundar ingin menciptakan istrinya kapok mengucap basmalah.
Pada awal bulan, seperti biasa ia menunjukkan uang belanja. Kali ini ia menitipkan sejumlah duit kepada istrinya.
“Tolong simpan duit ini. Jaga baik-baik, jangan hingga berkurang apalagi hilang.”
Tanpa banyak komentar, si istri mendapatkan uang tersebut, lalu beliau beranjak menuju suatu kamar yang biasa dipakai untuk menyimpan duit dan barang berharga yang lain. Di dalam kamar ini ada sebuah lemari jati daerah menyimpan uang atau barang-barang berguna. Si istri merasa aman atau barang-barang berharga disitu. Buktinya ia belum pernah mengalami kehilangan sekalipun.
Tanpa sepengetahuannya si suami terus memantau. Dari belakang, dia terus menguntit mirip yang direncanakan, si suami mesti tahu tempat penyimpanan uang itu.
Diam-membisu keesokan harinya si suami menuju kamar tersebut untuk mengambil uang simpanan istrinya di lemari jati. Si suami berhasil membuka lemari itu. Kemudian tas yang berisi duit itu diambilnya. Si suami lantas membayar itu dan menyimpannya di suatu kawasan rahasia, sedangkan tasnya dia buang ke semak-semak di belakang rumah.
Tiga hari lalu, si suami memanggil istrinya dan meminta uang yang pernah dititipkannya.
“Istriku, aku membutuhkan duit itu, bisakah kamu mengambil duit.
“Tunggu, saya temani!”
Si suami segera menyusul istrinya. Dari belakang, dia tersenyum dan yakin kali ini istrinya niscaya terkejut. Pada dikala itulah, beliau akan memarahi habis-habisan.
Tiba di daerah penyimpanan, si istri menuju lemari. Sebelum membuka pintu lemari, si istri mengucap,”Bismillahirrahmanirrahim.”
Bersamaan dengan itu, Allah mengutus Malaikat Jibril untuk mengembalikan tas berisi duit ke tempat semula. SI istri mengambil tas berisi duit tersebut, lalu menyerahkan kepada suaminya.
Si suami cuma termangu tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Aneh,” gumam si suami.
Si istri yang mendengar gumaman suaminya mengerutkan kening.
“Apanya yang ajaib?”
Bukannya menjawab pertanyaan, si suami malah meminta maaf kepada istrinya. Dengan segala ketulusan hati, ia mengaku bersalah. Tidak cuma itu, si suami juga bertobat kepada Allah atas segala kekhilafannya, khususnya problem ucapan basmallah istrinya. Sejak peristiwa itu, si suami juga membaca basmallah setiap hendak melaksanakan sesuatu.
Sumber : Buku “Like Father Like Son” Penulis Mohamad Zaka Al Farisi