Pentingnya Berbahasa Indonesia Dalam Hidup Dan Kehidupan

Pentingnya Berbahasa Indonesia dalam Hidup dan Kehidupan

Bahasa memainkan peranan penting dalam hidup dan kehidupan. Bahasa memiliki efek yang hebat dalam kehidupan ini. Dengan bahasa, kita mampu berkomunikasi untuk memberikan pesan dan memperoleh isu. Menurut Ferdinand de Saussure (dalam Coulmas, 2006: 3), bahasa adalah fakta sosial, ialah bahasa dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa ialah fakta sosial alasannya adalah dalam setiap bahasa terdapat produk kolektif, sebuah artefak yang diciptakan oleh penuturnya.

Dalam ilmu sosial-budaya bila mengkaji fenomena sosial dengan perspektif fungsi maka mau tidak inginakan menyandarkan pijakan paradigma pada pendekatan fungsionalisme. Fungsionalisme selaku perspektif teoretik dalam antropologi bertumpu pada analogi dengan organisme/makhluk hidup. Artinya, metode sosial-budaya dianalogikan selaku metode organisme yang bagian-bagiannya atau unsur-unsurnya tidak hanya saling berafiliasi, melainkan juga menawarkan peranan bagi pemeliharaan, stabilitas, integrasi, dan kelestarian hidup organisme itu.

Dengan analogi seperti itu maka semua tata cara budaya memiliki syarat-syarat fungsional atau metode budaya mempunyai kebutuhan sosial yang mesti dipenuhi agar sistem sosial-budaya mampu bertahan hidup. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka tata cara sosial-budaya itu akan mengalami disintegrasi dan mati atau akan berubah menjadi sistem lain, tetapi berbeda jenis (David Kaplan &Albert Manners, 2000:77- 78).

Pentingnya Berbahasa Indonesia dalam Hidup dan Kehidupan
Pendekatan fungsional ini dikembangkan oleh dua orang antropolog Inggris, yakni Bronislaw Malinowski dan Radcliffe Brown (Adam Kuper, 1996; 40). Dengan mengacu pada pendekatan fungsional itu maka stabilitas dan integrasi sistem sosial-budaya sungguh tergantung pada fungsi dari komponen-komponen yang menjadi bab dari sistem. Kalau sebuah tata cara organisme/makhluk hidup itu unsur-unsurnya yaitu kaki, mata, telinga, tangan, ekspresi, atau hidung maka metode sosial-budaya yang bernama negara (sebagai pola) unsur-unsurnya akan terdiri dari pemerintah, birokrasi, abdnegara keamanan, kawasan, bahasa, mata duit, atau penduduk. Semua komponen tersebut tidak hanya saling berhubungan akan namun juga saling menyumbangkan fungsinya masing-masing supaya integrasi sistem tetap terjaga. Apabila salah satu unsur mengalami disfungsi atau tidak bisa menyumbangkan peran sesuai kapasitasnya, maka hasilnya akan dirasakan oleh bagian-komponen yang lain. Pada kesannya metode integrasi akan goyah.