Pamer Sesuatu Di Media Sosial Tanda Tidak Senang

Pamer Sesuatu di Media Sosial Tanda Tidak Bahagia

Kalau ada orang pamer dengan pencapaiannya, jangan dikritik. Hormatilah, mungkin itu adalah moment terbaik kebanggaan dan kebahagiaannya. Cukup itu jadi catatan untuk berjaga agar jangan menirunya kalau engkau meraih titik itu.

Jika titik itu pernah engkau capai, maka ingat-ingat era itu dan bersyukurlah bila engkau tak diuji dengan hal yang serupa. Yakni pamer untuk hal yang bahwasanya biasa-biasa saja.
Naik pesawat bagi orang yang pertama kali terbang yakni hal istimewa dan tidak lengkap rasanya jika tidak publikasi. Tapi jikalau sudah sering rasanya tentu lazimsaja, sama halnya bagi yang pertama kali naik kereta api. Naik kuda. Naik bahtera. Bahkan naik sepeda sekali pun.
Mancing dapat tongkol, ialah hal luarbiasa bagi seorang yang gres mendapatinya. Tapi bagi nelayan yang puluhan tahun telah bertemu ribuan atau jutaan ikan itu? Akh, rasanya umumsaja.
Majlis dihadiri ribuan jemaah, bagi sebagian orang mungkin gembira luarbiasa. Tapi bila hal itu telah berlalu dan jadi kegiatan rutin, apa sih bergotong-royong yang akan dibanggakan?

Konser iron maiden itu jutaan orang yang hadir!
Melihat saldo ratusan juta, mungkin luarbiasa bagi yang sehari-hari saldonya kadang dibawah limapuluh ribu rupiah. Tapi bagi pemegang omset milyaran, tentu hal itu bukan hal yang ajaib kan?
Apa yang mau dibanggakan dengan kontribusi ratusan juta atau hingga angka milyaran. Billgate foundations itu melakukan charity triliunan untuk eduksi di Afrika dan benua lain. Apa artinya disisi Allah?

Samasekali tak ada artinya disisi Allah, alasannya beliau lakukan hal itu dalam keadaan hati yang durhaka kepada-Nya.
Lalu apa yang perlu dibanggakan dikala kita, kemudian mampu bangkit satu atau dua sekolah saja?
Islamkan satu sayaitan jin saja gembira dan diceritakan sepanjang tahun, syaikh Wahid Abdussalam bali islamkan 150.000 jiwa manusia di Afrika sana. Islamkan insan nyat, bukan jin pendusta. Ia tetap tawadhu..
Dan banyak lagi sample yang lain, yang pada dasarnya.. Jika engkau melihat sahabatmu pamer, dan engkau mulai peduli dan mengkritiknya. Hati-hati saudaraku. Jika bukan hasad, mungkin hal itu terjadi alasannya adalah keangkuhan yang menyeliputi. Ada hawa nafsu yang tersembunyi. Ingatlah..
Sesungguhnya orang beriman itu akan berbahagia melihat mukmin lain bahagia, bahkan ingin menolongnya saat dia susah. Bukan sebaliknya!?

  Berupaya Mengalah Ketika Bisa Membalas

Tak usahlah galau dengan kesalahannya. Apalagi perlu cemburu, iri, dengki dan lalu hasad. Engkau mengatakan beliau pamer lalu tak sadar diam-membisu engkau hasad kepadanya. Aduhaaai..
Ketahuilah bahwa sikap pamer seseorang itu sebenarnya membuktikan ketidakbahagiaannya atas pencapaiannya sendiri. Sehingga beliau membutuhkan orang lain untuk validasi dan melengkapi kepuasan jiwanya. Dan pamer demi pamer selanjutnya, pada situs yang sama menandakan kondisi sakit jiwanya.
Makara, biarkan saja..

Justru koreksilah iman kita, koreksi hati kita. Dan ucapkanlah, sering-seringkah ucapkan dengan hangat kalimah; “barokallahufiik”, agar Allah memberkahimu. Semoga Allah berkahi harta dan amalmu. Ucapkan meski di kolom comentar. Ini adalah obat hasad. Sebuah do’a..

Jangan anggap remeh kalimah itu, jikalau di dunia maya saja sukar. Bagaimana dialam yang aktual?
Dicatat ya, ini obat mujarab untuk ngupahan maneh; semua orang pamer didunia ini yakni orang-orang kurang senang, sehingga ia perlu pengukuhan dari insan lain. Jika penyakit ini menjangkiti diri sendiri, maka tentukan dikala itu engkau sedang tidak nrimo. Karena salah satu ciri orang sedang lapang dada yaitu merasa puas ketika amalnya sudah disaksikan tuhannya, Allah azza wa jalla.
Baarokallahufii ahlikum wa maalikum, wa ‘amaalikum.
Nuruddin Al Indunissy
Sidoarjo, 3 Agustus 2019.