Agam Batat Dilatih, Dan Berjuang Bareng Gam

“AGAM BATAT”: SAYA PUNYA KUPING DIMANA-MANA

Banyak yang berinterpretasi dan menyimpulkan sendiri atas kebijakan yang diambil oleh “Agam Batat”. Hal itu sungguh masuk akal terjadi tergantung dari tingkat ataupun level intelektual seseorang menterjemahkan isi kepala “Agam Batat”.

Ketika pemimpin tertinggi suatu partai mengambil suatu kebijakan pasti telah dipikirkan secara masak-masak. Sebagian orang seringkali memang tidak mampu menjangkau dengan akal sehat. Bahkan sebagian berfikir hal tersebut sungguh “kontroversial” hingga timbul reaksi yang impulsif dari internal untuk melawan kebijakan tersebut. Apakah reaksi tersebut masuk akal dikerjakan dengan cara provokatif?
Bagi orang yang telah mengerti huruf “Agam Batat”, pasti akan melihat kejadian ini dari sudut pandang yang berlawanan. Sebagai seorang pilot Ia telah dilatih untuk bisa mengambil sikap ataupun keputusan dalam hitungan menit bahkan detik dengan mengabaikan hal kecil demi menyelematkan hal yang lebih besar.

Pernah sebuah saat pada ketika kembali dari Calang ke Banda Aceh, “Agam Batat” dan Ass II Taqwallah terbang memakai Shark Aero. Tiba-datang pada ketika berada diatas Leupung mesin pesawat mati dan pesawat turun dari ketinggian 3500ft, ketika nyaris meraih pantai Leupung tiba-tiba mesin menyala kembali sehingga “Agam Batat” memaksimalkan kecepatan hingga pada ketinggian 2000ft.

Pada ketinggian tersebut, hal yang serupa kembali terjadi, mesin pesawat kembali mati. “Agam Batat” kembali melaksanakan perkiraan bahwa jarak tempuh menuju bandara terdekat dari posisi terakhir ialah sekitar 6 km. Ia mengkalkulasi apabila Ia sendiri didalam pesawat, mungkin jarak 6 km tadi akan bisa terjangkau dan mendarat dengan selamat. Berhubung ada 2 penumpang, perhitungannya saat itu juga berganti, Ia tidak akan mungkin melawan gaya gravitasi dan mampu-mampu jatuh keatas rumah masyarakatdan menyebabkan pesawat terbakar.

  Irwandi Yusuf Dengan Nelson Mandela, Keduanya Jelas Berbeda

Dalam hitungan detik, Ia mengambil sikap untuk bisa mendarat emergency dilokasi yang paling kondusif. Karena posisi lebih akrab ke pantai Ujong Pancu, maka Ia putuskan secepatnya untuk mengarahkan pesawat yang sedang terbang menuju pantai terdekat. Sambil melayang Ia sempat berfikir lagi, meski pesawat kecil itu dilengkapi dengan parasut Ia putuskan untuk tidak menggunakannya alasannya adalah argumentasi kesusahan untuk mengontrol dan mengarahkan pesawat.

Dalam waktu yang cukup singkat Ia masih sempat memprediksikan 2 kemungkinan yang terjadi. Yang pertama, jikalau Ia menggunakan parasut menimbulkan pesawat tidak mampu dikontrol, mampu-mampu jatuh ke air dan karam sehingga merusak mesin dan navigasi pesawat, hal inipun mampu menyebabkan maut kalau pesawat jatuh ke air dalam posisi terbalik. Yang kedua, mendarat dipasir juga diperkirakan akan mengalami kerusakan baik itu patah sayap, roda rusak dan propiler pesawat mampu hancur.

Dari dua kemungkinan tadi, balasannya “Agam Batat” mengambil keputusan untuk mendarat diatas pasir pantai. Apa yang menimbulkan Ia mengambil langkah tersebut? Apa perhitungannya melaksanakan pendaratan diatas pasir?

Ternyata langkahnya mendarat di atas pasir pantai mempunyai resiko yang lebih ringan ketimbang mendarat di air. Alhamdulillah dengan hasratAllah “Agam Batat” dan Taqwallah selamat, ditambah lagi Ia mampu menyelamatkan mesin dan navigasi pesawat yang ialah komponen paling mahal dari pesawat tersebut. Ia lebih memilih mengabaikan kerusakan patah sayap dan propiler hancur alasannya adalah menurutnya gampang diperbaiki alasannya berbahan fiber dan kayu.

Begitulah “Agam Batat” dalam mengambil keputusan dalam suasana emergency. Ia dituntut menetapkan sikap dan memikirkan sesuatu hal dalam waktu yang cepat dan sempurna. Ia telah usang dilatih sejak berjuang bareng GAM dulu hingga dengan ilmu yang Ia dapat saat menjalani pendidikan sebagai pilot.

  Kembali Ke Teladan Gisa Kolam Punca, Agam Batat & Temannya

Tidak mampu dibantah, dalam konteks pengambilan keputusan internal partai untuk kepentingan Aceh yang lebih besar, bagi sebagian orang yang sudah mengetahui karakternya, pasti “Agam Batat” telah memikirnya dengan penuh perhitungan. Walaupun raganya terkurung, “Agam Batat” memiliki “kuping” dimana-dimana dan sungguh mengetahui keadaan kekinian. Meski ada yang merasa terabaikan, namun keputusan ini Ia ambil untuk menyelamatkan hal yang lebih besar.

AGAM BATAT dilatih, dan Berjuang Bersama GAM

Kepada orang-orang yang telah dibesarkan oleh “Agam Batat”, telah selayaknya kita mengucapkan terima kasih kepadanya serta terus berusaha dan berdoa biar Ia mampu segera berada kembali ditengah-tengah kita. Aminn YRA!