Cerita Anak Durhaka Yang Mendoakan Orangtuanya 5 Kali Sehari

Saya pernah datang ke Kairo, Mesir. Pada ketika Shalat Zhuhur ada kajian dari seorang syaikh yang mengisi kajian sambil berjualan buku.

Di simpulan kajian, aku sempatkan untuk membeli buku yang dijual oleh syaikh tadi. Judul bukunya ‘Melipat-gandakan Keuntungan dengan Berbakti kepada Orangtua’.

Dalam satu bagian di buku tersebut di bahas mengenai ‘Adab terhadap Orangtua’ dimana dikatakan bahwa sungguh durhaka seorang anak yang cuma mendoakan kedua orangtuanya cuma 5 kali dalam satu hari.

Saya gundah, kenapa kita sudah mendoakan orangtua sehari 5 kali, kok masih di bilang anak durhaka?

Saya coba balik lagi ke masjid daerah aku berbelanja buku tersebut. Kemudian aku tanyakan kepada pengurus kajian di masjid itu, di mana saya bisa menemui syaikh yang kemarin memberi kajian di masjid ini.

Dan sesudah saya menerima nomor ponselnya, saya hubungi dan kami janjian untuk bertemu di sebuah masjid yang kebetulan beliau sedang mengisi kajian juga.

Selesai kajian, saya bertemu dengan dia. Saya bertanya kepadanya, kenapa kok seorang anak yang telah mendoakan kedua orangtuanya 5 kali sehari masih dikatakan anak yang durhaka?

Syaikh itu lalu meminta terhadap saya untuk membacakan doa untuk kedua orangtua. Lalu saya bacakan doa yang umum saya baca sesudah shalat.

“Rabighfirli waliwalidayya..”

“Setop,” kata si Syaikh.

“Ulangi lagi,” pintanya.

“Rabighfirli waliwalidayya..”

“Setop, ulangi lagi.”

“Rabighfirli waliwalidayya..”

“Setop, ulangi lagi.”

Terus saya ulangi sampai sepuluh kali.

Kemudian si Syaikh mengajukan pertanyaan terhadap aku, “Apakah kau capek?”

“Tidak, Syaikh.”

“Apakah kamu hingga berkeringat?”

“Tidak, Syaikh.”

“Apakah kau hingga membayar membaca doa mirip yang kau baca tadi?”

Kembali saya jawab tidak.

“Kamu tidak perlu mengeluarkan uang, kamu tidak perlu mengeluarkan keringat, kamu tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar cuma untuk membacakan doa ampunan bagi kedua orangtuamu.”

Tapi kenapa kau cuma mampu memintakan ampunan buat orangtuamu sehari semalam cuma 5 kali?”

“Padahal semenjak kau masih berada dalam perut ibumu, berapa banyak keringatnya yang telah ibumu keluarkan alasannya adalah beratnya menanggung kau yang berada diperutnya?”

“Betapa sakitnya ibumu saat melahirkan kau, berapa besar biaya yang telah dikeluarkan kedua orangtuamu untuk membesarkan kamu?”

“Dan sebagai akibatnya, kamu cuma bisa mendoakan kedua orangtuamu hanya 5 kali dalam sehari semalam?”

“Padahal satu kali saat kau membacakan doa untuk kedua orangtuamu, ‘Rabighfirli waliwalidayya’, ketika itu juga satu dosa dari orangtuamu dihapuskan Allah subhanahu wa ta’ala.”

“Dan ada suatu kisah, dimana ada seorang orangtua yang ketika beliau dimakamkan penuh dengan dosa, datang-tiba, saat orangtua tersebut sedang kesusahan di alam kuburnya, Allah subhanahu wa ta’ala berikan dispensasi dan Allah berikan kemuliaan.”

“Sampai-sampai si ahlul qubur resah, kenapa dia diangkat derajatnya seperti ini?”

“Kemudian jawab Malaikat, ‘Ini berkat doa anak-anakmu’.”

Masya Allah.

Sekarang, apakah kita masih berat untuk membacakan doa untuk kedua orangtua kita sehari lebih dari 50 kali? Renungkan.