Pembahasan perihal biaya kesempatan sungguh berhubungan dengan keperluan manusia yang bersifat tidak terbatas. Ketakterbatasan kebutuhan manusialah yang memunculkan terjadinya ongkos potensi . Ketakterbatasan kebutuhan insan mengharuskan insan melakukan opsi dalam menyanggupi kebutuhannya. Pilihan inilah yang membuat biaya peluang (opportunity cost). Dalam kehidupan sehari-hari kita akan senantiasa bertemu dengan ongkos kesempatan. Biaya peluang adalah suatu keputusan didasarkan pada apa yang harus dihindari (alternatif terbaik selanjutnya) selaku hasil keputusan. Keputusan apapun yang melibatkan opsi antara dua atau lebih memiliki biaya oportunitas.
Contoh ongkos kesempatan:
- Bila Tina menetapkan melakukan pekerjaan atau berproduksi sebagai karyawan pabrik maka Tina kehilangan peluang bekerja selaku karyawan toko. Di sini ongkos harapannya yakni melakukan pekerjaan sebagai karyawan toko.
- Bila Feri pada malam hari memilih menghabiskan waktunya untuk menonton pertarungan sepak bola maka Feri akan kehilangan waktu tidurnya. Di sini biaya harapannya yakni kepuasan tidur semalam.
- Bila Taufan menetapkan untuk menggunakan uangnya yang terbatas untuk berbelanja buku pelajaran maka Taufan kehilangan potensi untuk membeli satu kaset Jikustik. Di sini ongkos peluangnya yaitu satu kaset Jikustik.
Dari tiga contoh di atas maka ongkos potensi dapat diartikan sebagai ongkos yang dikorbankan untuk menggunakan sumber daya bagi tujuan tertentu, yang diukur dengan faedah yang dilepasnya karena tidak dipakai untuk tujuan lain. Atau dengan bahasa yang lebih singkat, ongkos peluang yakni biaya yang dikorbankan untuk menemukan sesuatu yang lain.
Cara Menghitung Biaya Peluang
Berikut ini akan diuraikan cara mengkalkulasikan biaya peluang. Agar lebih terperinci amati contoh berikut.
a. Setelah lulus SMA, Farida mendapat 2 usulan pekerjaan. Tawaran pertama selaku pelayan toko di bersahabat rumah dengan honor Rp400.000,- per bulan. Tawaran kedua selaku pelayandi sebuah rumah makan di kotanya dengan gaji Rp900.000,- per bulan.
Dengan beberapa pertimbangan, di antaranya ingin erat keluarga, jadinya Farida menetapkan melakukan pekerjaan selaku pelayan toko. Keputusan Farida menentukan melakukan pekerjaan selaku pramusaji toko telah menghilangkan peluang untuk melakukan pekerjaan selaku pelayanyang bahu-membahu bisa memberikan pendapatan Rp900.000,- per bulan. Dengan demikian, ongkos potensi yang ditanggung Farida dengan memilih melakukan pekerjaan selaku pelayan toko yaitu sebesar Rp900.000,- per bulan.
b. Sebagai lulusan terbaik dari sebuah akademi tinggi ternama, Andrew mendapat 5 proposal pekerjaan.
Dari lima ajuan tersebut, tinggal dua ajuan yang menarik hati Andrew. Pertama, tawaran bekerja di Jakarta dengan honor Rp6.000.000,- per bulan dan satu lagi, ajuan bekerja di Tangerang dengan honor Rp7.000.000,- per bulan. Setelah meminta pertimbangan orang renta dan sahabat, Andrew memutuskan memilih bekerja di Jakarta dengan gaji Rp6.000.000,- per bulan. Pilihan Andrew untuk melakukan pekerjaan di Jakarta telah menetralisir kesempatan terbaiknya untuk bekerja di Tangerang dengan honor Rp7.000.000,- per bulan. Karena opportunity cost senantiasa diukur dari nilai kesempatan terbaik yang dikorbankan atau yang tidak diseleksi maka besarnya biaya kesempatan yang ditanggung Andrew dengan bekerja di Jakarta ialah sebesar Rp7.000.000,- per bulan.
c. Dinda mempunyai duit Rp80.000,-. Saat ini beliau membutuhkan kaos dan buku tulis. Harga satu kaos Rp15.000,- dan harga satu buku tulis Rp6.000,-. Karena ada dua keperluan maka ada beberapa variasi kebutuhan yang mesti diseleksi Dinda.
Dari 5 variasi di atas, awalnya Dinda ingin menentukan variasi D, adalah mendapat 4 kaos dan 3 buku tulis. Akan namun, alasannya ingin menghadiahi adiknya 2 buku tulis maka Dinda berubah memilih kombinasi C, ialah mendapat 3 kaos dan 5 buku tulis. Ini bermakna untuk mendapatkan pelengkap 2 buku tulis Dinda telah mengorbankan satu kaos. Dengan demikian, ongkos peluang untuk mendapatkan pelengkap 2 buku tulis yakni sebesar harga satu kaos, yakni Rp15.000,-
Biaya peluang tidak cuma terjadi pada aktivitas konsumsi tapi juga terjadi pada acara produksi. Perhatikan acuan berikut:
Pak Tata seorang pengrajin mainan kayu sedang memenuhi pesanan dari dua konsumen. Pelanggan pertama memesan kendaraan beroda empat kayu, konsumen kedua memesan boneka kayu. Karena kekurangan modal maka Pak Tata mesti menertibkan produksinya. Ada beberapa kombinasi buatan yang bisa dipilih Pak Tata.
Untuk memuaskan pelanggan pertama (pemesan kendaraan beroda empat kayu), mulanya Pak Tata memilih kombinasi D. Akan tetapi, pilihan D bisa merugikan pelanggan kedua (pemesan boneka kayu) alasannya adalah cuma sedikit pesanannya yang bisa dipenuhi. Oleh alasannya adalah itu, Pak Tata berganti memilih kombinasi C sehingga diharapkan bisa membuat puas kedua konsumen.
Perubahan opsi dari D ke C memperlihatkan bahwa Pak Tata mesti mengorbankan 25 kendaraan beroda empat kayu (115 – 90) untuk menerima aksesori 50 boneka kayu. Karena harga satu mobil kayu Rp20.000,- mempunyai arti besar ongkos peluang untuk mendapatkan 50 boneka kayu yakni 25 x Rp20.000,- = Rp500.000,-.
Berdasarkan tabel kombinasi produksi di atas, mampu pula dibuatkan kurva kemungkinan bikinan, seperti terlihat pada Gambar kurva. Dari kurva kemungkinan buatan tersebut ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, selaku berikut.
a. Kurva yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (berlereng negatif) ialah batas antara kombinasi yang mampu dicapai dengan variasi yang tidak dapat dicapai.
b. Titik A, B, C, D, E yang terletak pada kurva memberikan kombinasi penggunaan sumber daya yang efisien dan optimal.
c. Titik F merupakan teladan variasi yang mampu dicapai (attainable combination), namun tidak efisien alasannya adalah tidak menggunakan sumber daya yang tersedia dengan optimal.
d. Titik G ialah contoh variasi yang tidak mampu diraih (unatainable combination) sebab sumber daya yang ada tidak mencukupi.
e. Titik A dan E disebut variasi ekstrem sebab variasi A tidak menciptakan kendaraan beroda empat kayu dan pada kombinasi E tidak menghasilkan boneka kayu.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap penduduk dapat berlawanan dalam hal siapa yang memilih pilihan dan bagaimana opsi tersebut diputuskan. Hal ini akan bergantung pada sistem perekonomian yang dianut oleh suatu masyarakat. Walaupun demikian, keperluan untuk memilih berlaku biasa untuk semua penduduk . Jika kelangkaan mewajibkan adanya kebutuhan menentukan, opsi secara tidak pribadi membuktikan adanya ongkos. Artinya, keputusan untuk memproduksi sesuatu lebih banyak membutuhkan keputusan untuk memproduksi sesuatu lainnya lebih sedikit.Lebih sekurang-kurangnya memproduksi sesuatu yang lain dianggap sebagai ongkos memproduksi sesuatu lebih banyak. Dengan demikian, muncullah apa yang dinamakan biaya kesempatan.