Dalam bahasa Arab, bepergian dinamakan safar yakni menempuh perjalanan. Menempuh perjalanan dinamakan dengan safar, sedang yang melaksanakan perjalanan/ bepergian dinamakan musafir. Dalam istilah fiqh, safar yaitu keluar bepergian meninggalkan kampung halaman dengan maksud menuju suatu kawasan dengan jarak tertentu yang mengijinkan seseorang yang bepergian untuk menqashar shalat dan menjamak shalat.
Pada zaman Rasulullah, melakukan perjalanan telah menjadi tradisi masyarakat Arab. Dalam Al-Qur’an Surah Quraisy [106]: 1-4, Allah mengabadikan tradisi penduduk Arab yang suka melakukan perjalanan pada musim tertentu untuk aneka macam keperluan.
Daftar Isi
Akhlak dalam Perjalanan
Sebagai anutan Islam mengajarkan budpekerti dalam melakukan perjalanan yaitu :
1) Pastikan perjalanan dilaksanakan dengan niat semata-mata alasannya Allah SWT.
2) Mengerjakan shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum mengawali perjalanan. (HR.Thabrani)
3) Ketika keluar rumah disunnahkan membaca do’a: Bismillaahi Tawakkaltu ‘alalloohi Laa hawla walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘a”hiim / Dengan nama Allah saya bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali terhadap Allah ” (HR Abu Dawud, Hakim)
4) Sunnah menaiki kendaraan dengan membaca Bismillah, kemudian duduk dengan membaca Alhamdulillah.
5) Ketika mulai memasuki kendaraan, disunnahkan membaca do’a : Subhaanalla”ii sakhkhoro lanaa haa”a wamaa kunnaa lahu muqriniin wa Innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun/Maha suci Allah, yang memudahkan ini bagi kami, padahal kami tidak sanggup mengendalikannya. Dan sangat kami akan kembali kepada Rabb kami.
6) Jika datang di kawasan tujuan, disunnahkan membaca do’a Robbi Anzilnii Munzalan Mubaarokan Wa Anta Khoirul Munziliin/ Ya Allah, Turunkanlah kami di daerah yang sarat berkah. Dan Engkau sebaik-baik Pemberi kawasan.
7) Boleh men-jama’ shalat dan atau meng-qasar dalam perjalanan pada dua waktu, yaitu : Shalat Zhuhur dan Ashar, Shalat Magrib dan Isya.
dan apabila kau bepergian di wajah bumi, Maka tidaklah mengapa kau menqashar shalat(mu)…” (An Nisa’ [4]: 101).
Anas bin Malik ra berkata, “Kami bersama Rasulullah saw. keluar dari Madinah ke Makkah, dan ia melakukan shalat-shalat empat raka’at dengan dua raka’at sampai kita kembali ke Madinah.” (HR. An Nasa’i dan At-Tirmidzi).
Mua” bin Jabal ra berkata, “Kami keluar bareng Rasulullah saw. pada Perang Tabuk, kemudian dia lakukan shalat “uhur dan shalat Ashar secara jamak, dan menjalankan shalat Maghrib dan shalat )sya’ secara jamak.” (Muttafaq Alaih).
8) Gunakan abad dalam perjalanan dengan zikir, kalau tidak ada amalan yang mampu dikerjakan lebih baik tidur.
Hikmah melakukan perjalan
Sebaiknya setiap orang menimbang-nimbang apalagi dulu secara masak-masak kepada semua perjalanan. Niat kita harus lah baik, ingin beribadah terhadap Allah SWT. Apabila melakukan safar atau Rihlah dengan perhitungan jadwal yang masak, akurat, rinci dan terang agendanya. Sebaiknya jika suatu perjalanan tanpa adanya agenda yang terang, maka akan condong menyia-nyiakan waktu, biaya ataupun Energi, dan bahkan akan membuka celah bagi syaitan untuk menyesatkan dan akibatnya tujuan Safar tak tercapai. Dan kita harusnya bersyukur jikalau kita sudah sukses melakukan perjalanan.
Orang yang lebih maju peradabannya biasanya sering melakukan erjalanan. Perjalanan banyak mengandung beberapa hkmah, antaa lain;
- Safar mampu menghibur diri dari kesedihan
- Safar menjadi fasilitas bagi sesorang untuk menemukan pelengkap pengalaman
- Safar dapat mengantarkan seseorang untuk menemukan pengalaman dan ilmu pengetahuan
- Dengan Safar maka seseorang akan lebih banyak mengenal adat kesopanan yang
- meningkat pada suatu komunitas masyarakat.
- Perjalanan akan mampu memperbesar wawasan dan bahkan mitra yang bagus dan mulia.