Teks Wacana dengan Tema “Dunia Anak”
Suasana muram dan kelabu menyelimuti paras anak Indonesia. Peristiwa itu terjadi justru pada saat menjelang mereka memperingati hari nasionalnya.
Semua digemparkan dengan ditemukannya seorang anak laki-laki yang menjadi korban mutilasi di Jakarta beberapa waktu kemudian. Kasus ini menambah panik yang berkepanjangan bagi rakyat.
Belum juga reda dengan kasus klasik lainnya, kekerasan pada anak masih saja terulang. Kesemuanya memperbesar kesuraman dunia anak. Dunia anak yakni dunia yang rentan akan tindak kejahatan, bukan saja berasal dari luar, orang-orang yang selama ini dikenalnya pun tak tertutup kemungkinan menjadi parasit bagi diri si anak.
Maraknya anak terlantar justru dari ketidakmampuan orang tua dalam merawat. Jika banyak anak terlantar kondisi fisiknya, sudah bukan hal yang istimewa. Akan namun yang menciptakan prihatin, banyak anak terlantar keadaan jiwanya, perasaan, harga diri, dan kemerdekaan untuk menikmati alam kekanakannya dirampas oleh aturan yang memberatkan. Aturan itu, baik yang dibentuk oleh sekolah maupun orang renta sendiri. Anak-anak diharuskan mengikuti aneka macam macam les sampai hampir tak ada waktu terbebas dari rutinitas monoton. Tentu semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, meski sering anak diposisikan pada posisi yang dikalahkan.
Akhirnya, si anak hanya menurut sekalipun pahit sebab takut. Hal ini akan fatal alhasil jika tidak secepat mungkin terkoreksi. Bertumbuh dan berkembang yakni fenomena kehidupan, tetapi tak boleh menekan anak sekeras mungkin. Anak hendaknya diberi potensi untuk menikmati dunianya yang cuma sekali dalam kehidupannya. Terlebih anak yakni seorang peniru yang ahli.
(Sumber: Suara Merdeka, 5 Agustus 2007: hlm. 7)