Pemahaman, Obyek Dan Ruang Lingkup Psikologi Kemajuan


PENGERTIAN, OBYEK DAN RUANG LINGKUP
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia ini manusia hidup bersosial dengan manusia yang lain. Hal itu dituntut untuk memahami karakter masing-masing individu. Karakter dekat kaitannya dengan keadaan kejiwaan seseorang. Dalam mengerti atau mempelajari kejiwaan manusia diharapkan satu disiplin ilmu yaitu Psikologi, Psiko = jiwa, logos = ilmu, jadi Psikologi yaitu ilmu yang mempelajari ihwal jiwa manusia.
Ilmu psikologi yang mempelajari wacana proses pertumbuhan  dan perkembangan mausia adalah Psikologi Perkembangan. Dalam psikologi perkembangan lebih detail dipelajari mengenai tanda-tanda-gejala kejiwaan seseorang dan tingkah laku yang sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya. Tingkah laku itu mampu diamatai sejak manusia memasuki kala kandungan, masa bayi, kala kanak-kanak, abad akil balig cukup akal, abad akil balig cukup akal, kala renta yang berakhir pada keadaan meninggal dunia.
Dalam makalah ini lebih akan dijelaskan lebih rinci mengenai konsp dasar psikologi pertumbuhan yang menvakup pemahaman Psikologi Perkembangan, obyek serta ruang lingkupnya.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian Psikologi Perkembangan?
b.      Apa obyek yang dipelajari dalam Psikologi Perkembangan?
c.       Apa ruang lingkup khusus yang yang dipelajari dalam Psikologi Perkembangan?
3.      Tujuan
a.       Memahami pemahaman Psikologi Perkembangan.
b.      Mengetahui obyek yang dipelajari dalam Psikologi Perkembangan.
c.       Mengetahui serta memahami ruang lingkup khusus yang yang dipelajari dalam Psikologi Perkembangan.
B.     Pembahasan
1.      Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi. Untuk menolong dalam mengerti pengertian psikologi pertumbuhan ada baiknya apalagi dahulu di kemukakan pemahaman “psikologi” dan “perkembangan” secara terpisah.
a.       Psikologi
Secara etimologis, perumpamaan psikologis berasal dari bahasa yunani, yakni psyche berrarti “jiwa”, dan logos yang bermakna “ilmu”. Makara, secara harfiah, psikologi memiliki arti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari perihal tanda-tanda-tanda-tanda kejiwaaan. Tetapi, terdapat beberapa pendapat tokoh yang menyangkal bahwa psikologi yaitu ilmu yang memepelajari ihwal jiwa, karena jiwa sendiri ialah bersifat abstrak yang tidak mampu diketahui oleh siapapun.
Seperti yang dikemukakan oleh Thomas Alva Edison, “My mind is incapable of conceiving such a thing as a soul” (Pikiran aku tidak mampu untuk mengetahui hal seperti jiwa). Satu-satunya cara yang dapat dikerjakan adalah mengobservasi perilakunya, walaupun perilaku bukan ialah pencerminan jiwa secara keseluruhan.[1]
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia , Psikologi yaitu ilmu yang berhubungan dengan proses-proses mental baik normal maupun aneh.[2]
Seperti yang diungkapkan oleh Iskandar dalam bukunya, bahwa bila kita mengacu pada salah satu syarat ilmu ialah adanya objek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jikalau kita mengartikan psikologi selaku ilmu jiwa atau ilmu wawasan yang mempelajari ihwal jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang absurd dan tidak bisa diamati secara langsung.[3]
Menurut kamus ungkapan kunci psikologi, ada tiga pemahaman psikologi secara sederhana adalah pertama, psikologi ialah sebuah studi tentang jiwa, seperti studi yang di kerjakan plato dan aristoteles tentang kesadaran dan proses mental yang berhubungan dengan jiwa. Kedua, psikologi ialah ilmu pengetahuan ihwal kehidupan mental, mirip anggapan, kemauan, dan ingatan. Definisi ini di pelopori wilhelm. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang sikap organisme, mirip sikap kucing kepada tikus, dan sikap insan terhadap sesamamnya. Definisi ini yang terakhir di pelopori oleh john watson.[4]
Jadi mampu di simpulkan bahwa psikologi mampu di artikan sebuah ilmu yang mempelajari secara ilmiah perihal gejala-gejala jiwa atau tingkah laku insan dalam hubungannya dengan lingkungan.
b.      Perkembangan
Istilah “perkembangan” secara konsepsional memang mampu di  bedakan dengan “kemajuan”tetapi antara keduanya menjadi satu kesatuan dalam proses pergeseran individu sepanjang kehidupannya.
Menurut H.M. Arifin  menerangkan:
ungkapan perkembangan memberikan pergeseran-perubahan bab tubuh dan integrasi aneka macam bagiannya ke dalam satu kesatuan fungsional jikalau pertumbuhan berjalan. Sedangkan kemajuan yaitu suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat, atau ukuran dimensif dari pada tubuh serta bab-bagiannya. Pertumbuhan itu hasilnya mampu di ukur sedang perkembangan hanya bisa di amati gejala-gejalanya. Tetapi keduanya berafiliasi sebab kemajuan ialah syarat mutlak berhasilnya perkembangan.
Dari pendapat di atas terkandung pemahaman bahwa perkembangan itu ialah pergantian-pergeseran yang terjadi pada diri manusia secara terus menerus kearah yang lebih maju yang nampak lebih banyak bersifat kualitatif, alasannya dia berkenaan dengan faktor kejiwaan. Sedangkan kemajuan lebih banyak di lihat dari segi sifatnya yang kuantitatif, alasannya ia berkenaan dengan faktor fisik insan.
Beberapa definisi Psikologi Perkembangan menurut beberapa andal:
Menurut Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditoro dalam Psikologi Perkembangan yakni suatu ilmu yang lebih mempersoalkan aspek-aspek lazim yang mensugesti proses kemajuan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi seseorang, dengan menitikberatkan pada kekerabatan antara kepribadian dan kemajuan.[5]
Menurut Dra. Kartini Kartono dalam Psikologi anak: Psikologi Perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku insan yang dimulia dengan era bayi, anak pemain, anak sekolah, periode dewasa, sampai kala dewasa.[6]
Menurut Van den Daele, Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Ini mempunyai arti bahwa pertumbuhan ukan sekedar penambah beberapa sentimeter pada tinggi tubuh seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan sebuah proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.[7]
Psikologi kemajuan ialah salah satu cabang dari psikologi khusus yang mempelajari pertumbuhan insan dari permulaan kehidupan sampai selesai hayatnya. Secara lebih jelas, adalah suatu ilmu yang mempelajari kemajuan dan kemajuan pada individu, baik perubahan fisik, mental dan sosial yang terjadi sepanjang rentang kehidupannya.
Seperti yang telah di kemukakan oleh davidoff mendefisinikan psikologi perkembangan yaitu sebagian cabang dari psikologi yang membicarakan ihwal pergantian dan kemajuan struktur jasmani, sikap dan fungsi mental insan yang umumnya di mulai sejak terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang mati.[8]
Psikologi kemajuan erat kaitannya dengan Psikologi Sosial yang termasuk cabang dari Psikologi khusus lainnya, alasannya sebagian besar pertumbuhan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Para mahir Psikolog juga kepincut akan problem seberapa jauhkah perkembangan insan tadi dipengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya. Psikologi Perkembangan yang utama tertuju pada kemajuan manusianya sebagai person. Masyarakat ialah kawasan berkembnganya person.[9] Selain itu juga berhubungan dengan Psikologi Kepribadian, alasannya kemajuan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut. Juga berhubungan dengan Psikologi Pendidikan, karena perkembangan individu dipengaruhi pendidikan.[10] Interaksi sosial dan pendidikan sungguh berpengaruh dalam pertumbuhan setiap individu dalam memilih karakter atau kepribadian yang tidak sama antar individu tersebut. Misalnya, seorang anak yang hidup dilingkungan dengan lebih banyak didominasi masyarakatnya bekerja sebagai pencopet serta anak tersebut tersebut tidak memiliki bekal pendidikan yang bagus maka aksara atau kepribadiannya akan berbeda dengan anak yang hidup di lingkungan yang sehat atau aman untuk masa pertumbuhannya serta mendapat bekal pendidikan yang bagus dan memadai.
Terapan dari ilmu Psikologi Perkembangan dipakai dalam bidang mirip pendidikan dan pengasuhan, pengoptimalan mutu hidup sampaumur renta, serta penanganan sampaumur.[11]
2.      Obyek Psikologi Perkembangan
Dalam suatu disiplin keilmuan niscaya mempunyai objek kajiannya. Objek kajian tersebut terbagi menjadi 2 macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari, diselidiki atau sesuatu yang dijadikan target aliran. Sedangkan obejk formal yakni cara menatap, cara meninjau yang dillakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Kaprikornus mampu ditarik kesimpulan bahwa objek formallah yang membedakan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Objek formal mampu dilihat dari definisi ilmu tersebut, sehingga satu cabang ilmu cuma mempunyai satu obejk formal.[12]
Psikologi sendiri menjadikan manusia sebagai obyek material dalam  pengakajiannya. Hal itu alasannya adalah Psikologi merupakan cabang ilmu yang memeplajari tentang kejiwaan manusia. Selain itu Psikologi juga menimbulkan tingkah laku manusia sebagai objek formalnya.
Menurut Linda L Daidoff, Psikologi Perkembangan adalah cabang Psikologi yang mempelajari pergeseran dan pertumbuhan struktur jasmani, sikap dan fungsi mental insan semenjak terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang pagi.[13]
Manusia sendiri yakni makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Menyadari posisi insan yang demikian, maka secara lebih terperinci yang menjadi objek kajian psikologi terbaru adalah insan serta aktivitas-aktivitas mentalnya dan tingkah laku dalam interaksi dengan lingkungannya.[14] Tingkah laris yang dimaksud ialah sebuah aktivitas yang mencakup proses berpikir, beremosi dan mengambil keputusan.[15] Aktivitas yang ada tidak mampu diperhatikan secara langsung, tetapi dapat dilihat dari tingkah laku yang terlihat, misalnya ketika seorang anak yang tampakberpandangan konsentrasi ke depan saat gurunya mejelaskan bahan, maka bisa ditentukan bahwa anak tersebut sedang memperhatikan penjelasan guru agar dapat mengerti bahan yang disampaikan atau ia sedang mencari di mana letak materia atau bagian yang tidak dia memahami. Setiap aktivitas tersebut atau tingkah laku terjadi bukan tanpa alasannya, semua itu niscaya ada penyebabnya. Hal itu tidak cuma diakibatkan oleh satu sebab, tetapi terdapat beberapa sebab yang kesemuanya dipengaruhi lingungan luar individu tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Harlow, Mc Gauchand Thompson dalam Elida Prayitno, bahwa tidak pernah terjadi suatu tingkah laku yang disebabkan oleh satu penyebab. Tetapi selalu disebabkan oleh jalinan penyebab yang sungguh kompleks.[16]
3.      Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan
Berdasarkan pengertian Psikologi Perkembangan mampu dipastikan bahwa ruang lingkupnya mencakup satu kesatuan kehidupan insan sepanjang kala.
Menurut Moh. Kasiram menyampaikan, Ruang lingkup materi Psikologi Perkembangan meliputi periode dalam kandungan, anak bayi, anak kecil, anak sekolah, abad fueral, abad pra akil balig cukup akal dan masa akil balig cukup akal serta era cukup umur.[17]
a.       Psikologi Anak (meliputi era bayi)[18]
v  Masa Bayi (usia 2 ahad – 2 tahun). Masa ini yaitu era atau masa kritis dalam perkembangan kpribadian sebab ialah kurun di man dasar-dasar untuk kepribadian cukup umur pada masa ini diletakkan.
v  Masa kanak-kanak (2-6 tahun). Pada era ini belum dewasa mempelajari dasar-dasar sikap sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk proses penyesuaian pada waktu masuk kelas 1 SD.
v  Masa Anak sekolah (6-12 tahun). Disebut juga kurun intelektual, Karena pada kurun ini anak lebih difokuskan pada aktivitas endapatkan pendidikan dan pertumbuhan intelektualnya. Pada kurun ini juga anak lebih memiliki kesiapan untuk menjalankan tuntutan dari orang lain yang ada di sekitarnya.
b.      Psikologi Puber dan Addolesensi (Psikologi Pemuda).
Psikologi ini menekankan pada abad pubertas, adalah di akhir usia kala kanak-kanan dan permulaan usia akil balig cukup akal (sekitar usia 11 atau 12 tahun hingga 15 atau 16 tahun). Dalam periode ini terdapat beberapa gejala yang dimiliki oleh individu laki-laki atau wanita yang bekerjasama dengan pergeseran bentuk, takaran, cirri seks primer dan cirri seks sekunder.
Menurut Erickson masa cukup umur yakni masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gunarsa merangkum beberapa karakteristik akil balig cukup akal yang dapat menjadikan berbagai urusan pada diri cukup umur, yakni:[19]
v  Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
v  Ketidakstabilan emosi.
v  Adanya perasaan kosong akibat perombakan persepsi dan petunjuk hidup.
v  Adanya sikap menentang dan menantang orang renta.
v  Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang bau tanah.
v  Kegelisahan sebab banyak hal dikehendaki namun cukup umur tidak sanggup memenuhi seluruhnya.
v  Senang bereksperimentasi
v  Senang bereksplorasi.
v  Mempunyai banyak fantasi,khayalan dan bualan.
v  Kecenderungan membentuk kalangan dan kecenderungan aktivitas kalangan.
c.       Psikologi Dewasa
Merupakan periode penting dalam kehidupan manusia. Periode ini terbagi menjadi 3:
v  Masa Dewasa awal (21-40 tahun). Merupakan masa kemantapan dan produktif, suatu abad yang sarat dengan duduk perkara, ketegangan emosional, kurun kesepakatan, kreativitas dll.[20]
v  Masa Dewasa pertengahan (40-60 tahun). Merupakan era transisi di mana setiap individu meninggalkan ciri jasmani dan perilkau abad dewasanya. Masa ini juga termasuk abad yang ditakuti sebagian besar individu, condong ketertarikan terhadap agama lebih tinggi dari periode-masa sebelumnya alasannya adalah merupakan kebutuhan eksklusif dan sosial.[21]
d.      Psikologi Orang renta (60 tahun – meninggal)
Merupakan kala epilog dalam psikologi pertumbuhan atau masa epilog dalam rentang hidup seseorang, ialah seseorang sudah beranjak jauh dari kala dahulu yang lebih mengasyikkan atau beranjak dari waktu yang sarat manfaat.[22] Pada masa ini ditandai dengan adanya pergeseran yang bersifat fisik dan psikologis yang makin menurun. Seringakali orang menyebut era ini ialah periode di mana individu bau tanah kembali ke era kanak-kanaknya lagi, dalam hal psikisnya. Perubahan fisik mampu diamati dari pergantian fungsi melihat dan mendengar yang secara gampang diamati.
Para Psikologi ada yang menatap kurun kehidupan era ini selaku kala yang negative, masa yang menyedihkan, lemah fisik, penyakit dll.[23]
Ruang lingkup tersebut dikarenakan dalam Psikologi Perkembangan mengkaji kemajuan tingkah laku dan acara mental insan sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari kala dalam kandungan hingga meninggal dunia.
C.    Kesimpulan
Psikologi Perkembangan ialah bagian dari Psikologi Teoritis dan Psikologi Khusus yang mengakibatkan insan sebagai obyeknya dan lebih memfokuskan kajuannya pada tingkah laris serta tanda-tanda-tanda-tanda kejiwaan.  Psikologi Perkembangan yakni suatu ilmu ang mmembahas tingkah lak manusia yang sedang dalam abad pertumbuhan, mulai kala dalam kandungan hingga meninggal dunia, dan berikutnya berdasarkan perkembangan, kematangan, mencar ilmu dan pengalaman.
Obyek serta ruang lingkupnya menyangkut satu-kesatuan tahap perkembangan individu yang dimulia dengan era bayi, abad cukup umur, abad sampaumur dan kala bau tanah yang nantinya rampung pada fase meninggal dunia. Dalam psikologi perkembangan, yang pelajari cenderung kepada manusia sebagai person yang itu sangat dipengaruhi oleh masyarakat, alasannya adalah mayarakat merupaka daerah berkembangnya person individu.
DAFTAR PUSTAKA
Adi (1 Februari 2016). “Psikologi Perkembangan”. http://sayaituadi.wordpress.com.
Afni, Nur (1 Februari 2016). “Pengertian Psikologi Perkembangan”. http://boscakdi.blogspot.com.
Azhari, Hakim (2 Februari 2016). “Konsep Dasar Psikologi Perkembangan”. http://muhammadhakimazhari.blogspot.com.
Dery (2 Februari 2016). “Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya”. http://netsains.net.
Desmita (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Cetakan V. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Harmein (2 Februari 2016). “Perkembangan Dewasa Awal”. http://www.psychoshare.com.
Hidayat, Taufik (2 Februari 2016). “Psikologi Perkembangan Anak”. http://taufikhidayat93.blogspot.com.
Iskandar (2012). Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Cetakan I. Ciputat: Referensi.
Mubin dan Ani Cahyadi (2006).  Psikologi Perkembangan, cetakan I. Ciputat: Quantum Teaching.
Rizki, Ita (2 Februari 2016). “Psikologi Orang Dewasa”. http://itarizki.blogspot.com.
Rochmah, Elfi Yuliani (2005). Psikologi Perkembangan. Cetakan I. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
Sobur, Alex (2003). Psikologi Umum dan Lintasan Sejarah. Cetakan I. Bandung: CV Pustaka Setia.
Ulil, Zheba (2 Februari 2016). “Objek dan Ruang Lingkup Psikologi”. http://zhebaulil.blogspot.com.
Widyawati, Ike Nurrohmah (2 Februari 2016). “Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Ruang lingkup Psikologi Perkembangan”. http://wiewiedreams.blogspot.com.
Yuli (2 Februari 2016). “Psikologi Orang Tua”. http://cahya-cyber.blogspot.com.


[1]Alex Sobur, Psikologi Umum dan Lintasan Sejarah, cetakan I (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), halaman 20-21.

[2]Zheba Ulil, “Objek dan Ruang Lingkup Psikologi”, http://zhebaulil.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[3]Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru, cetakan I (Ciputat: Referensi, 2012),  halaman 2.

[4]Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, cetakan I (Ciputat: Quantum Teaching, 2006),  halaman 2.

[5]Hakim Azhari, “Konsep Dasar Psikologi Perkembangan”, http://muhammadhakimazhari.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[6]Hakim Azhari, “Konsep Dasar Psikologi Perkembangan”, http://muhammadhakimazhari.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[7]Ike Nurrohmah Widyawati, “Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Ruang lingkup Psikologi Perkembangan”, http://wiewiedreams.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[8]Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, cetakan I (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), halaman 4.

[9]Ike Nurrohmah Widyawati, “Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Ruang lingkup Psikologi Perkembangan”, http://wiewiedreams.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[10]Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru, cetakan I (Ciputat: Referensi, 2012), halaman 3.

[11]Adi, “Psikologi Perkembangan”, http://sayaituadi.wordpress.com (diakses pada 1 Februari 2016).

[12]Alex Sobur, Psikologi Umum dan Lintasan Sejarah, cetakan I (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), halaman 41.

[13]Nur Afni, “Pengertian Psikologi Perkembangan”, http://boscakdi.blogspot.com (diakses pada 1 Februari 2016).

[14]Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, cetakan V (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),  halaman 4.

[15]Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, cetakan I (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), halaman 2.

[16]Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, cetakan I (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), halaman 3.

[17]Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, cetakan I (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), halaman 5.

[18]Taufik hidayat, “Psikologi Perkembangan Anak”, http://taufikhidayat93.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[19]Dery, “Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya”, http://netsains.net (diakses pada 2 Februari 2016).

[20]Harmein, “Perkembangan Dewasa Awal”, http://www.psychoshare.com (diakses pda 2 Februari).

[21]Ita rizki, “Psikologi Orang Dewasa”, http://itarizki.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[22]Yuli, “Psikologi Orang Tua”, http://cahya-cyber.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).

[23]Yuli, “Psikologi Orang Tua”, http://cahya-cyber.blogspot.com (diakses pada 2 Februari 2016).